• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN LOGISTIK sebagai PROSES

Dalam dokumen Administrasi Rumah Sakit (Halaman 141-148)

LOGISTIK

pasokan dalam jumlah besar, sesuai jadwal, ke banyak orang, yang berlokasi di berbagai tempat. Dalam hal penyediaan obat-obatan, sistem logistik mencakup semua aspek proses yang diperlukan untuk membawa obat mulai dari pemasok ke dispenser, dan berakhir di pasien.

Sistem logistik adalah benar-benar “sistem” di mana mereka memerlukan upaya terkoordinasi dari banyak unit individu di dalam dan di luar pemerintah (Quick, et al., 1981). Fungsi utama dalam siklus logistik dari setiap sistem pasokan obat terbagi dalam empat kategori seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.3.

Definisi manajemen logistik obat

Pengertian manajemen logistik menurut Bowersox (2004) adalah suatu ilmu bagaimana mendesain dan mengurus suatu sistem untuk mengawasi arus dan penyimpanan yang strategis bagi material, suku cadang dan barang jadi agar dapat diperoleh manfaat maksimum bagi organisasi. Sedangkan menurut Dwiantara (2009) dalam Utari (2014) manajemen logistik adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan, pencatatan, penyimpanan, pendistribusian, pemeliharaan, dan penghapusan guna mendukung efektivitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan.

Pelaksanaan kegiatan manajemen logistik harus didukung oleh sistem pendukung yang handal sehingga terjamin ketersediaan barang setiap waktu diperlukan.

Tujuan manajemen logitik obat

Manajemen Obat bertujuan untuk menjamin tersedianya obat dengan mutu baik, tersebar secara merata, dengan jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan dasar bagi rumah sakit, masyarakat yang membutuhkan di unit pelayanan kesehatan.

Pengelolaan obat yang baik dapat menjaga kondisi obat tetap optimal dan menghindarkan dari kondisi obat stagnant dan stockout serta overstock .Tahun 1997, buku Managing Drug Supply mengalami revisi dan perluasan konten, termasuk di dalamnya yang direvisi adalah teori The Logistics Cycle yang berubah nama menjadi Drug Management Cycle. Dalam drug management cycle, siklus manajemen obat masih terdiri dari empat kategori yaitu Selection, Procurement, Distribution, dan Use, hanya saja pada bagian tengah siklus terdapat perubahan dari Logistics Management menjadi Management Support.

Dimensi logistics management terdiri dari organization, cost reduction, security, dan training, sedangkan pada management support diperbarui menjadi organization, financing, information management, dan human resources (Quick, et al., 1997; Quick, et al., 1981). Teori siklus manajemen obat menurut Quick (1997) dapat dilihat pada gambar 6. Empat kategori utama dalam siklus manajemen obat terdiri dari: 1) selection (seleksi), 2) procurement (pengadaan), 3) distribution (distribusi), dan 4) use (penggunaan). Manajemen obat merupakan sebuah siklus. Setiap fungsi utama dibangun di atas fungsi sebelumnya dan secara logis mengarah ke fungsi

berikutnya. Seleksi harus didasarkan pada pengalaman aktual sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan penggunaan obat, proses pengadaan harus berdasarkan hasil keputasan proses seleksi, dan begitu seterusnya (Quick, et al., 1997).

Pada pusat siklus manajemen obat terdapat inti dari sistem manajemen pendukung, yaitu: organisasi, pembiayaan, manajemen informasi, dan sumber daya manusia. Sistem manajemen pendukung ini memegang siklus manajemen obat secara bersamaan. Hal senada juga diungkapkan dalam buku The Logistic Handbook bahwa aktivitas yang berada di pusat siklus logistik mewakili fungsi-fungsi pendukung manajemen yang menginformasikan dan memengaruhi elemen-elemen lain di sekitar siklus logistik. Manajemen pendukung yang dimaksud adalah sistem informasi manajemen logistik, organisasi dan kepegawaian, pembiayaan, supervisi, serta monitoring dan evaluasi (USAID, 2011).

Siklus pengelolaan obat

Menurut Quick et al., 1997., Depkes, 2005., siklus pengelolaan obat terdiri dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan. Setiap tahapan siklus pengelolaan obat didukung oleh manajemen pendukung. Untuk lebih jelas tentang siklus pengelolaan obat dapat dilihat pada gambar 6.1

Gambar 6.1 Siklus Pengelolaan Obat (Quick et al., 1997., Depkes, 2005)

Pada gambar 6.1 dijelaskan bahwa pengelolaan obat menurut Depkes (2005) terdiri dari 5 proses yang dimulai dengan perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, dan penggunaan. Dalam menjalankan kelima proses tersebut didukung oleh manajemen pendukung yaitu anggaran, organisasi, sistem informasi obat, dan SDM pengelola obat. Sedangkan menurut Quick, Embrey, Dukes,& Musungu (2012) pengelolaan obat memiliki siklus tertentu mulai dari seleksi sampai dengan penggunaan. Di setiap proses pada siklus pengelolaan obat perlu didukung oleh sistem pendukung yang kuat serta ada dukungan dari pemerintah berupa undang- undang maupun kebijakan kesehatan lainnya. Untuk lebih jelas siklus manajemen obat dapat dilihat pada gambar 6.2:

Gambar 6.2 Siklus Pengelolaan Obat Quick, Embrey, Dukes, &

Musungu (2012)

Menurut Quick, Embrey, Dukes, & Musungu (2012) Pengelolaan obat terdiri atas 4 fungsi dasar yaitu seleksi (selection), pengadaan (procurement), distribusi (distribution), dan penggunaan (use). Jika dibandingkan dengan siklus pengelolaan obat menurut Quick, Embrey, Dukes, & Musungu (2012) dengan siklus pengelolaan obat menurut Depkes (2005) secara garis besar kedua siklus pengelolaan obat tersebut memiliki persamaan tetapi berbeda dalam pengelompokan proses di setiap tahap pengelolaan obat.

Manajemen obat menurut Quick, Embrey, Dukes,

& Musungu (2012) terdiri atas 4 fungsi dasar yaitu seleksi (selection), pengadaan (procurement), distribusi (distribution),dan penggunaan (use). Fungsi seleksi terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya mengkaji masalah kesehatan, mengidentifikasi pilihan pengobatan,

pemilihan bentuk sediaan tunggal obat dan dosis, sampai dengan memutuskan obat apa disediakan (perencanaan) di tiap-tiap level pelayanan kesehatan.

Pada fungsi pengadaan ada beberapa proses yang dilakukan diantaranya menghitung kebutuhan obat, pemilihan metode pengadaan, pengelolaan tender, menyusun aturan kontrak, memastikan kualitas obat, dan memastikan kepatuhan terhadap aturan kontrak.

Sedangkan fungsi distribusi mencakup proses penerimaan obat dari supplier, proses pemeriksaan dan pencatatan obat, mengontrol persediaan obat, penyimpanan, pendataan permintaan obat, distribusi obat, pemberian obat kepada pasien, pelaporan distribusi obat.

Penggunaan obat dalam manajemen obat memiliki beberapa proses yaitu melakukan diagnosis kepada pasien, peresepan, peracikan obat, dan pmeberian obat yang tepat oleh pasien. Dalam menjamin kelancaran pelaksanaan keempat fungsi manajemen obat tersebut perlu didukung oleh manajemen yang disebut manajemen pendukung.

Manajemen pendukung terdiri dari administrasi dan perencanaan, manajemen informasi, dan manajemen SDM. Manajemen pendukung sangat mempengaruhi proses pada setiap fungsi di siklus manajemen obat.

Secara keseluruhan siklus manajemen obat harus berpedoman dan mengacu pada kebijakan, hukum, dan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Kebijakan, hukum dan peraturan tentang seleksi obat, pengadaan, distribusi, dan penggunaan obat dapat berupa Undang-Undang, peraturan menteri, surat keputusan

menteri, atau peraturan daerah.

Dalam dokumen Administrasi Rumah Sakit (Halaman 141-148)

Dokumen terkait