• Tidak ada hasil yang ditemukan

referensi agama Yahudi yakni Taurat (Perjanjian Lama), Talmud7 dengan segala penjelasannya dan kisah-kisah palsu yang dibuatnya, begitu juga segala kisah dan berita yang bersumber dari referensi agama Nasrani Kitab Injil (Perjanjian Baru), kisah-kisah para rasul dengan sejarah hidupnya dan lain-lain. Itu semua merupakan sumber kisah-kisah Israiliyat, sekalipun diakui bahwa kisah-kisah tersebut didominasi oleh referensi dari agama Yahudi. Sebagaimana kita maklumi bahwa orang- orang Yahudi adalah orang-orang yang sangat membenci dan sangat memusuhi Islam dan umatnya.8

Bukhari dan ulama lain, di antara Ahli hadits yang menerima periwayatan Abdullah bin Salam. Meskipun demikian ada juga hujatan- hujatan untuk menentangnya seperti halnya yang dilakukan terhadap Ka`ab Al-Akhbar dan Wahab bin Munabbih. Rasulullah SAW. telah mengingatkan kaum muslimin agar tidak terpengaruh oleh sumber ini.

Abu Hanifah meriwayatkan Ahl al-kitab (Yahudi) biasa membaca kitab Taurat dalam bahasa Ibrani dan mereka menjelaskannya dalam bahasa Arab kepada orang-orang Islam. Ibnu Mas`ud, sahabat yang terkenal, berkata: “Jangan tanyakan kepada Ahl al-kitab tentang tafsir, karena mereka tidak dapat membimbing ke arah yang benar mereka sendiri berada dalam kesalahan.11

Al-Qur`an bertujuan dengan memaparkan kisah-kisahnya agar manusia dapat mengambil pelajaran dari pengalaman dan kesudahan tokoh/masyarakat yang dikisahkannya, kalau baik agar diteladani dan kalau buruk agar dihindari.12 Bukan semata untuk bercerita, untuk memberikan pelajaran moral, untuk mengajarkan bahwa masa lalu Tuhan selalu memberikan balasan pahala kepada orang-orang baik dan menghukum orang-orang jahat.13

Bila kita meneliti kitab-kitab Taurat (Perjanjian Lama) dan Injil (Perjanjian Baru), kita akan mendapati bahwa kedua kitab suci itu juga memuat banyak kisah yang sama seperti yang terdapat dalam Al- Qur`an, terutama kisah-kisah yang berhungan dengan para nabi, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan besar atau kecil.

Dalam mengemukakan kisah-kisah para nabi, Al-Qur`an menampilkan pola yang berbeda dengan pola Taurat dan Injil. Al-

11 Thameem Ushama, Metodologi Tafsir Al-Qur`an , terj .Hasan Basri dan Amroeni, h.

37

12 M. Quraisy Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentara Hati, 2013), h. 320-321

13 Philip K. Hitti, History Of The Arabs, (New York: Palgrave Macmillan, 2002), h. 15

Qur`an hanya mengambil bagian-bagian kisah yang membawa kisah yang membawa nasihat dan pelajaran, tidak mengungkapkan permasalahannya secara rinci. Al-Qur`an tidak menyebutkan saat dan nama negeri tempat terjadinya peristiwa tertentu dan biasanya tidak menyebutkan nama-nama tokoh yang berperan dalam peristiwa tersebut dan tidak memberikan rincian jalannya cerita, melainkan hanya memilih beberapa fragmen yang ada relefansinya dengan tema cerita itu.14

Sementara itu pada saat yang lain, Al-Qur`an menyebutkan nama tokoh, akan tetapi dalam konteks deskripsi atau kata-kata yang digunakan antara satu kisah dengan lainnya ada kemiripan dan kesamaan.15

Bila kita membaca salah satu kisah yang sama-sama diceritakan dalam Al-Qur`an dan Taurat, atau dalam Al-Qur`an dan Injil, kemudian kita bandingkan maka kita dapat melihat dengan jelas adanya perbedaan dalam pola-pola kisahnya.16

Dalam merespon masalah ini Ibnu Taimiyah (w. 728 H) telah mengungkapkan komentarnya di dalam kitab Muqaddimah sebagai berikut: “Mayoritas riwayat hadis yang disebutkan oleh Isma`il bin

`Abd Al-Rahman Al-Suddi di dalam kitab tafsirnya dari Ibnu Mas`ud dan Ibnu Abbas. Akan tetapi, kadang-kadang disebutkan juga beberapa riwayat dari beberapa orang Ahl al-kitab yang telah diperolehkan Rasulullah SAW. untuk diambil beritanya. Sebab Rasulullah bersabda:

ﱠﻲَﻠَﻋ َبَﺬَﻛ ْﻦَﻣَو ،َجَﺮَﺣ َﻻَو َﻞﻴِﺋاَﺮْﺳِإ ِﲏَﺑ ْﻦَﻋ اﻮُﺛِّﺪَﺣَو ،ًﺔَﻳآ ْﻮَﻟَو ِّﲏَﻋ اﻮُﻐِّﻠَـﺑ ِرﺎﱠﻨﻟا َﻦِﻣ ُﻩَﺪَﻌْﻘَﻣ ْأﱠﻮَـﺒَـﺘَـﻴْﻠَـﻓ ،اًﺪِّﻤَﻌَـﺘُﻣ

14 Ahmad Dimyati Badruzzaman, Kisah-Kisah Israiliyat Dalam Tafsir Munir, h. 41

15 Muhammad A. Khalafulah, Al-Fann Al-Qashashi Fi Al-Qur`an Al-Karim, (Beirut:

Sina li Al-Nasyr Wa Al-Intisyar Al-Arabi, 1999), h. 216

16 Ahmad Dimyati Badruzzaman, Kisah-Kisah Israiliyat Dalam Tafsir Munir, h. 41

“Sampaikanlah olehku kalian ajaran yang berasal dariku sekalipun hanya satu ayat. Sampaikanlah juga berita yang berasaldari Bani Israil. Dan hal itu tidak apa-apa (hukumnya). barang siapa mendustakan aku secara sengaja, maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya dari api neraka.17

Hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari riwayat

`Abdullah bin `Amr pada waktu perang Yarmuk. `Abdullah bin `Amr telah mendapatkan harta rampasan dua ekor unta milik Ahl al-kitab yang penuh dengan beberapa kitab mereka. Oleh karena itu, dia meriwayatkan beberapa berita dari kitab tersebut dengan alasan adanya izin dari hadits Rasulullah SAW. Berita-berita Israiliyat boleh dijadikan sebagai sumber sekunder, namun bukan lantas untuk diyakini.18

Tafsir dan hadis, keduanya sangat terpengaruh oleh kebudayaan Ahl al-kitab yang berisikan cerita-cerita palsu dan bohong. Israiliyat juga mempunyai pengaruh buruk ia diterima oleh masyarakat umum dengan kecintaan yang jelas. Ia dituliskan pula oleh sebagian cendikiawan dengan mudah, sehingga kadangkala ia sampai pada keadaan diterima walaupun jelas lemah dan terang bohongnya. Padahal itu semua merupakan hal yang akan merusak akidah sebagian besar kaum Muslimin, serta menjadikan Islam dalam pandangan musuh- musuhnya sebagai agama yang penuh khurafat dan hal-hal yang tidak masuk akal.

Jadi, merembesnya cerita Israiliyat ke dalam tafsir dan hadis secara meluas itu karena telah diketahui oleh para ulama, bahwa tafsir dan hadis itu memiliki dua periode yang berbeda. Pertama, periode periwayatan, dan kedua, periode pembukuan.19

17Al-Bukhari Muhammad bin Ismail. Shahih Bukhari, (Beirut: DarAl- Fikr, ), jilid 11, h. 234

18Faizah Ali Syibromalisi, Tafsir Bi Al-Ma`tsur, h. 103

19Muhammad Husain Adz-Zahabi, Israiliyat dalam Tafsir dan Hadis, terj. Didin Hafidhuddin, h. 14