• Tidak ada hasil yang ditemukan

Israiliyat, khurafat dan kesesatan musybihah dan mujassimah yang diingkari oleh syara’ dan tidak diterima oleh akal.34

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS al-Hujurat [49]: 6)

Ayat di atas memberi pengertian bahwa sebuah konsep Qur`ani yang ilmiah dalam memeriksa, menyaring dan mengecek berita jika sumbernya dari orang-orang fasik. Menanggapi berita dari orang Yahudi, sesungguhnya orang-orang Yahudi dalam riwayat israiliyyat, senantiasa lihai dalam bualan dan mengubah berita, dan mereka tidak dapat dipercaya dalam konteks sejarah, berita, mupun riwayat. Kebanyakan yang keluar dari mulut mereka mengandung karakter kontradiksi, klaim, distori dan mitos.36

Ayatullah Baqir mengatakan, penjelasan-penjelasan dari Taurat dan Injil tidak dapat dijadikan sandaran. Karena di dalamnyamengalami ketimpangan, juga terdapat pandangan- pandangan mengenai akhlak yang tidak diakui kebenarannya dalam Islam. Alquran sendiri jelas-jelas menerangkan pada beberapa ayat tentang adanya penyimpangan yang terjadi pada ahli kitab. Lantas bagaimana mungkin cerita mereka dapat dibenarkan.

Adapun ulama-ulama yang menolak israiliyyat dalam tafsir Alquran, diantaranya: Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Syaltut, Abu Zahrah, Abdul Aziz Jawisy,dan al- Qasimi.37

36Anshari, Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, Cet. I (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2013), 242

37 Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Israiliyat dalam Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir, h. 43

b. Ulama yang Membolehkan Periwayatan Israiliyat

Ada ulama-ulama yang menerima secara mutlak israiliyat dalam kitab tafsir. Menurut mereka, ini adalah bukti bahwa boleh merujuk pada Ahli Kitab. Allah Swt., berfirman:

َﻚِﻠْﺒَـﻗ ْﻦِﻣ َبﺎَﺘِﻜْﻟا َنوُءَﺮْﻘَـﻳ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ِلَﺄْﺳﺎَﻓ َﻚْﻴَﻟِإ ﺎَﻨْﻟَﺰْـﻧَأ ﺎﱠِﳑ ٍّﻚَﺷ ِﰲ َﺖْﻨُﻛ ْنِﺈَﻓ ) َﻦﻳَِﱰْﻤُﻤْﻟا َﻦِﻣ ﱠﻦَﻧﻮُﻜَﺗ َﻼَﻓ َﻚِّﺑَر ْﻦِﻣ ﱡﻖَْﳊا َكَءﺎَﺟ ْﺪَﻘَﻟ 94

(

“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, Maka Tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datangkebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.” (QS Yunus [10]: 94)

Menurut ayat ini, Allah Swt., telah membolehkan Nabi Saw., untuk bertanya kepada ahli kitab, begitu juga umatnya untuk bertanya pada mereka.

Al-Biqa`i (w. 881 H) pandangan Al-Biqa`i terhadap cerita- cerita Israiliyat juga senada dengan pandangan sebelumnya. Dia membolehkan cerita-cerita tersebut dimuat dalam tafsir Al-Qur`an selama tidak bertentangan degan ajaran Islam (Al-Qur`an dan Hadis).

Dan beliau mengingatkan bahwa cerita itu dimuat hanya sebagai isti`nas saja, bukan untuk dijadikan dasar aqidah dan bukan pula dijadikan dasar hukum.38

38 Abu Anwar, Ulumul Qur`an Sebuah Pengantar, (Pekanbaru, Amzah, 2009), h. 111

c. Ulama yang Menerima Israiliyat dengan Syarat

Sebagian ulama memberi syarat dalam meriwayatkan kisah- kisah Israiliyat Mereka mengambil jalan tengah dari dua pendapat di atas. Di antara mereka adalah Ibnu Kathir danIbnu Taimiyah. Dalam hal ini, Ibnu Kathir dan Ibnu taimiyah membagi Israiliyat menjadi tiga: Pertama, jika kita mengetahui kebenaran kisah Israiliyat sesuai dengan ajaran Islam, maka adalah benar. Akan tetapi, dalam hal ini (cukup ajaran Islam sebagai pegangan), sedangkan kisah-kisah Israiliyat hanya untuk Israiliyat ( bukti pendukung). Kedua, jika kita mengetahui tentang kedustaannya (menyalahi ajaran Islam), maka kita harus menolaknya. Ketiga, kisah-kisah yang didiamkan, cerita yang tidak ada keterangan kebenaran dan pertentangan dalam Islam, tidak dipercayai dan tidak didustakan.39

Ibnu al-`Arabi (w. 543 H) menurutnya bahwa riwayat dari Bani Israil yang boleh untuk diriwayatkan dan dimuat dalam tafsir Al-Qur`an adalah hanya terbatas pada cerita mereka yang menyangkut keadaan diri mereka sendiri. Sedangkan riwayat mereka yang menyangkut orang lain masih sangat perlu dipertanyakan dan membutuhkan penelitian yang lebih cermat.40

Ahmad Muhammad Syakir mengomentari hal ini dalam bukunya Umdah at-Tafsir, “Boleh mengambil berita dari mereka (yang tidak adil atas kebenaran dan dustanya kepada kita) adalah satu hal, sedangkan mengutip hal itu dalam Al-Qur`an dan menjadikannya sebagai suatu pendapat pendapat atau riwayat dalam memahami makna ayat-ayat Al-Qur`an, atau menentukan sesuatu yang tidak ditentukan di dalamnya, adalah hal lain. Ini karena dengan dengan

39 Didin Saefuddin Buchori, Pedoman memahami kandungan Al-Quran (Bogor:

Granad Sarana Pustaka, 2005), 242

40Abu Anwar, Ulumul Qur`an Sebuah Pengantar, h. 110-111

mengutip hal seperti itu di samping kalam Allah SWT. dapat memberi kesan bahwa berita yang tidak tahu kebenaran dan dustanya itu adalah penjelas makna firman Allah SWT.dan menjadi pemerinci apa yang disebut global di dalamnya.41

Begitu pula Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya menyatakan diperbolehkannya merujuk kepada Ahl al-kitab, “Tafsir itu terbagi menjadi dua macam. Berita-berita yang dinukil dari kaum salaf biasanya berupa pengetahuan tentang nasikh mansukh, asbab an-nuzul, maksud beberapa ayat, dan segala sesuatu yang tidak bisa diketahui kecuali melalui riwayat dari generasi tabi`in. Sebenarnya generasi awal umat ini sudah memiliki perhatian yang sangat besar terhadap riwayat-riwayat naqli ini. Hanya saja kitab dan hasil nukilan mereka masih banyak mengandung unsur yang baik dan buruk atau maqbul dan mardud.42

41 Yusuf Qardawi, Berinteraksi Dengan Al-Qur`an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 497

42 Muhammad Abdurrahim Muhammad, Tafsir Nabawi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 102

DALAM TAFSIR AL-IKLIL DAN BIBLE A. Deskripsi Surah Yusuf

Surah Yusuf yang terdiri dari 111 ayat merupakan surah yang kedua belas dalam perurutan mushaf. Ia terletak sesudah surah Hud dan sebelum surah Al-Hijr. Penempatannya sesudah surah Hud sejalan dengan masa turunnya, karena surah ini dinilai oleh banyak ulama turun setelah turunnya surah Hud.1

Surah Yusuf termasuk golongan Makiyah yang berisikan kisah-kisah nabi dan secara khusus berkisah tentang Nabi Yusuf bin Yakub as. dan berbagai ujian serta kesulitan yang beliau alami dari saudara-saudaranya dan orang lain di rumah pembesar Mesir, juga saat di penjara, ketika hadir di pertemuan kaum wanita, sampai Allah menyelamatkannya dari kesempitan itu. Inti dari surah ini adalah menghibur Nabi Yusuf as. atas suka duka yang dialaminya serta gangguan yang berasal dari orang dekat maupun orang jauh.2

Penamaan surah Yusuf sudah di kenal sejak zaman Nabi Muhammad saw. Nama Yusuf sekedar nama disebut dalam dalam surah al-An`am dan surah al-Mukmin,3 namun kisahnya dituturkan secara lengkap dan epik ada di surah ini bersama bapak dan saudara- saudaranya yang terhimpun dalam suatu keluarga kenabian.4

1 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentara Hati, 2002), vol. 6, h. 375

2 Muhammad Ali Ash-shabuni, Shafwatut Tafasir (Beirut: Dar al-Fikr, 2001), jilid 2, h.

749 3M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 375

4Ahmad Sonhaji bin Muhammad, Tafsir Al-Qur`an di Radio (Kuala Lumpur: Pustaka Salam, 2012), jilid 12, h. 122

65

Surah ini memiliki susunan yang khas pada kata-katanya, redaksinya, penyampaiannya dan kisah-kisahnya. Surah ini bersama nafas bagaikan mengalirnya darah pada urat nadi, dan surah ini mengalir di hati bagaikan ruh dalam jiwa. Meskipun surah ini makkiyah yang lazimnya berisi ancaman dan ultimatum namu surah ini lain, namu surah Yusuf hadir dengan susunan yang lembut dan lentur, penuh rahmat dan kasih sayang serta kasih. Itulah sebabnya khalid bin Ma` berkata: Surah Yusuf dan Maryam termasuk hal yang menjadi nikmat bagi penghuni surga di dalam surga. Sementara Atha` berkata: tidak ada orang yang sedih yang mendengar surah Yusuf kecuali dia menjadi senang.5 Siapa pun akan gembira saat pertama kali membacanya.6

Dalam kisah ini, pribadi tokohnya (Nabi Yusuf as.) dipaparkan secara sempurna dalam berbagai kehidupannya.dipaparkan juga aneka ujian dan cobaan yang menimpanya serta sikap beliau ketika itu.7

Para mufasir mengatakan bahwa surah Yusuf salah satu surah dalam Al-Qur`an yang diturunkan untuk menghibur dan mengembirakan hati Nabi Muhammad saw. di kala beliau menghadapi tekanan-tekanan yang berat dari kaum Quraisy berupa cemohan, hinaan, pembangkangan, dan tindakan kekerasan sehingga beliau terpaksa hijrah bersama Abu Bakar ke Madinah.8 Surah Yusuf turun di Makkah sebelum Nabi saw. hijrah ke Madinah. Situasi dakw ah ketika itu serupa dengan situasi turunnya surah Yunus, yakni

5Muhammad Ali Ash-shabuni, Shafwatut Tafasir, h. 749

6 Fuat Al-Aris, Pelajaran Hisup Surah Yusuf (Jakarta: Zaman, 2013), h. 13

7M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 375

8 Kementrian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsir (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), 496

sangat kritis, khususnya setelah peristiwa Isra` dan Mi`raj di mana sekian banyak yang meragukan pengalaman Nabi Muhammad saw.

bahkan sebagian imannya yang lemah menjadi murtad. Di sisi lain, jiwa Nabi saw. sedang diliputi oleh kesedihan, karena istri beliau Sayyidah Khadijah ra. paman beliau Abu Thalib baru saja wafat.9 Dua peristiwa ini terjadi dalam jangka waktu yang tidak terpaut lama,sehingga menorehkan perasaan duka dan lara di hati Rasulullah saw.10 Tahun itu oleh beliau dinamakan tahun kesedihan.11 Allah berkehendak memperlihatkan ayat-ayat-Nya kepada nabi agar ketenangan dan kepercayaannya terhadap Allah semakin bertambah.12

Menurut Imam Baihaqi di dalam kitab Dalail-Nya telah meriwayatkan bahwa sejumlah orang Yahudi masuk Islam ketika mereka mendengar Rasulullah saw. membacakan surah Yusuf ini karena kandungannya sesuai dengan apa yang ada pada kitab mereka.13 Menurut beliau tujuan surah ini adalah untuk membuktikan bahwa kitab suci Al-Qur`an benar-benar menyangkut segala sesuatu yang mengantar kepada petunjuk, berdasarkan pengetahuan dan kekuasaan Allah SWT. secara menyeluruh baik terhadap yang nyata maupun yang gaib.14

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa surah Yusuf turun untuk menghibur Rasulullah saw. atas apa yang beliau alami.

9M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 376

10Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah (Ruyadh: Darussalam, 2014), h.129

11H. Bey Arifin, Rangkaiian Cerita Al-Qur`an Kisah Nyata Peneguh Iman (Jakarta:

Zahira, 2015), h. 465

12Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedia Sejarah Islam (Mesir: Muassasah Iqra, 2013), h. 19

13 Abul Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, jilid. 12, h. 188

14M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 377

Surah ini membawa kabar gembira, kedamaian, ketentraman, dan mengandung banyak pelajaran dan peringatan serta nasehat yang sempurna berupa kisah-kisah yang mengagumkan untuk beliau dan seluruh umatnya.