B. Hikmah Dari Kisah Nabi Yusuf as
5. Pengakuan Istri Al-Aziz
a. Allah berfirman, (QS. Yusuf: 53)
ﺎَﻣ ِﱠِﻟﻠﻪ َشﺎَﺣ َﻦْﻠُـﻗ ِﻪِﺴْﻔَـﻧ ْﻦَﻋ َﻒُﺳﻮُﻳ ﱠﻦُﺗْدَواَر ْذِإ ﱠﻦُﻜُﺒْﻄَﺧ ﺎَﻣ َلﺎَﻗ َ�َأ ﱡﻖَْﳊا َﺺَﺤْﺼَﺣ َن ْﻵا ِﺰﻳِﺰَﻌْﻟا ُتَأَﺮْﻣا ِﺖَﻟﺎَﻗ ٍءﻮُﺳ ْﻦِﻣ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﺎَﻨْﻤِﻠَﻋ ) َﲔِﻗِدﺎﱠﺼﻟا َﻦِﻤَﻟ ُﻪﱠﻧِإَو ِﻪِﺴْﻔَـﻧ ْﻦَﻋ ُﻪُﺗْدَواَر 51
ُﻪْﻨُﺧَأ َْﱂ ِّﱐَأ َﻢَﻠْﻌَـﻴِﻟ َﻚِﻟَذ (
) َﲔِﻨِﺋﺎَْﳋا َﺪْﻴَﻛ يِﺪْﻬَـﻳ َﻻ َﱠﻟﻠﻪا ﱠنَأَو ِﺐْﻴَﻐْﻟِﺑﺎ ﱠنِإ ﻲِﺴْﻔَـﻧ ُئِّﺮَـﺑُأ ﺎَﻣَو ( 52
) ٌﻢﻴِﺣَر ٌرﻮُﻔَﻏ ِّﰊَر ﱠنِإ ِّﰊَر َﻢِﺣَر ﺎَﻣ ﱠﻻِإ ِءﻮﱡﺴﻟِﺑﺎ ٌةَرﺎﱠﻣََﻷ َﺲْﻔﱠـﻨﻟا 53
(
Dia (raja) berkata (kepada perempuan-perempuan itu),
“Bagaimana keadaanmu ketika menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya?” mereka berkata. “Maha sempurna Allah, kami tidak mengetahui sesuatu keburukan darinya. “Istri Al-Aziz berkata, “Sekarang jelas kebenaran itu, akulah yang menggoda dan merayunya, dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.” (Yusuf berkata), “Yang demikian itu agar dia (Al- Aziz) mengetahui bahwa aku benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (di rumah), dan bahwa Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat. Dan aku tidak menyatakan diriku bebas (dari kesalahan), karenasesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”
Ayat ini menunjukkan ketawadhu`annya Nabi Yusuf as. yang
perlu ditiru oleh umat muslimin dan muslimat dan ayat ini juga menunjukkan sifat nafsunya manusia, yang dinamakan nafsu ammarah para ulama berpendapat; nafsunya manusia itu hanya satu, tetapi pembagian nafsu itu ada lima, yaitu; Nafsu Ammarah, adalah nafsu yang mengajak melalaikan perintah Allah SWT., melanggar larangan Allah SWT. Orang yang mempunyai nafsu ammarah ini jika mendapat taufiq dari Allah Swt. Pendiriannya akan berubah, akan marah kepada dirinya sendiri jika melalaikan perintah-Nya dan melanggar larangan-Nya.
Nafsu lawwamah. Umumnya orang yang nafsunya berubah dari nafsu ammarah menjadi lawwamah yatu orang yang sering mendengarkan ayat-ayat Al-Qur`an, sering merenungkan takdir, sunnatullah, dan merenungkan hari akhir. Contohnya: kamu akan dikasihi berdasarkan perlakuanmu, jika orang yang nafsunya berubah menjadi nafsu lawwamah ketika diberi taufik oleh Allah SWT. Akan berubah menjadi nafsu mulhamah maksudnya nafsu yang orangnya selalu menerima ilham (bisikan dari malaikat ilham yang bisa dirasakan di dalm hatinya).
Malaikat yang memberi ilham selalu mengajak dalam kebaikan dan segala sesuatu yang diridhoi Allah SWT. Orang yang seperti ini tidak mau berhenti beramal baik, selalu bisa menundukkan nafsunya, dia selalu mengingat karakter nafsunya dalam keadaan sendirian. Seperti yang dikatakan dalam burdah:
“Nafsu itu seperti anak bayi, jika dibiarkan menyusu sampai besarpun pasti tetap suka menyusu, tetapi jika disapih tentu akan berhenti menyusu (tidak mau menyusu). Jika orang mempunyai nafsu mulhamah diberi taufik oleh Allah SWT. Tidak mempunyai waktu kosong, setiap menitnya digunakan untuk beramal sholeh,
dan tidak ada waktu untuk melakukan maksiat, mulai pagi terbukanya mata sampai malam tertutupnya mata di hitung ucapan mana yang tidak berupa amal sholeh, perbuatan mana yang tidak berupa amal sholeh, lalu nafsunya menjadi nafsu muthainnah, yaitu; senang dan diridhoi Allah SWT. Adanya peningkatan nafsu dari nafsu ammarah hingga raadhiyatan mardiyah ini tidak lepas dari lima ilmu. Raja Mesir Rayyan bin Al-Walid berkata: “Wahai Yusuf, hari ini kamu mempunyai kedudukan yang mulia dihadapanku dan dianggap gila dengan segala kejadian di kerajaanku.34
b. Penilaian dan kritik para ulama:
1) Ibnu Katsir
“Yang demikian itu agar dia (Aziz) mengetahui bahwa aku tidak tidak berkhianat kepadanya di belakangnya.”35 2) Qatadah
“Yang demikian itu agar dia (Aziz) mengetahui bahwa aku tidak tidak berkhianat kepadanya di belakangnya.” Ia berkata, “Yusuf yang mengatakan ini.36
3) Mujahid
“Yang demikian itu agar dia (Aziz) mengetahui bahwa aku tidak tidak berkhianat kepadanya di belakangnya.”
Maksudnya, Yusuf yang mengatakannya, “Aku tidak mengkhianati tuanku.”37
4) Ismail bin Salim
34 Misbah Musthafa, Al-Iklîl Fî Ma`ânî At-Tanzîl, h. 2253-2255
35 Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, Al-Israiliyyat wa al-Maudhu`at Fi Kutub at-Tafsir, h. 229
36Ibnu Jarir Al-Tabarir, Jami Al-Bayan an Ta`wil Al-Qur’an , h. 754
37Ibnu Jarir Al-Tabarir, Jami Al-Bayan an Ta`wil Al-Qur’an , h. 753
“Yang demikian itu agar dia (Aziz) mengetahui bahwa aku tidak tidak berkhianat kepadanya di belakangnya.”
Itu merupakan perkataan Yusuf, bahwa ia tidak mengkhianati Al-Aziz melalui istrinya.38
c. Analisis penulis
Tafsir Al-Iklîl Fî Ma`ânî At-Tanzîl, menjelaskan nafsu itu selalu mengajak kepada kejelekan. Penjelasan ayat ini dalam Bible tidak ada. Penulis mengambil kesimpulan riwayat di atas benar adanya dalam Al-Qur`an dan Sunnah.
Sebab, konteks pembicaraan seluruhnya adalah bagian dari perkataan istri Al-Aziz di hadapan sang raja. Dan ketika itu Yusuf as. tidak berada di tengah-tengah mereka. Tapi sang raja menghadirkannya setelah itu.
6. Pernikahan Nabi Yusuf dengan Istri al-Aziz a. Allah berfirman, (QS. Yusuf: 56)
ﺎَﻨِﺘَْﲪَﺮِﺑ ُﺐﻴِﺼُﻧ ُءﺎَﺸَﻳ ُﺚْﻴَﺣ ﺎَﻬْـﻨِﻣ ُأﱠﻮَـﺒَـﺘَـﻳ ِضْرَْﻷا ِﰲ َﻒُﺳﻮُﻴِﻟ ﺎﱠﻨﱠﻜَﻣ َﻚِﻟَﺬَﻛَو ) َﲔِﻨِﺴْﺤُﻤْﻟا َﺮْﺟَأ ُﻊﻴِﻀُﻧ َﻻَو ُءﺎَﺸَﻧ ْﻦَﻣ 56
(
Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia- nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Muhsinin artinya as- shabirin yaitu orang-orang yang bersabar. Seperti Nabi Yusuf as.
yang selalu bersabar dalam ujian penganiayaan saudara- saudaranya, sabar dalam tipu daya perempuan, salam ketika di
38Ibnu Jarir Al-Tabarir, Jami Al-Bayan an Ta`wil Al-Qur’an , h. 754
penjara. Biasanya pahala dalam kesabaran itu diperlihatkan di dunia oleh Allah SWT. Tetapi umat Nabi Muhammad saw.
mengharap pahala di akhirat Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. ayat ini menunjukkan bahwa orang yang beriman yang tidak berhati-hati tidak akan mendapatkan pahala akhirat, karena biasanya manusia tidak mengharapkan pahala dan tidak mau karena akhirat.
b. Penilaian dan kritik ulama 1) Wahab bin Munabbih
“Sesungguhnya pernikahan Yusuf AS dengan Zulaikha, istri al-Aziz berlangsung dengan bantuan banyak orang.
Kisahnya adalah, al-Aziz suaminya wafat dan Yusuf AS berada di dalam penjara. Zulaikha seketika menjadi miskin, dan pengelihatannya hilang disebabkan tangisan yang panjang terhadap Yusuf AS. Nasib membuat Zulaikha menjadi pengemis ditengah rakyat yang pernah dipimpinnya. Ada sebagian orang yang mengasihinya namun tidak dengan sebagian yang lain. Setelah Yusuf AS menjadi pejabat dengan jabatan yang mulia, Yusuf AS suka berkeliling negeri dengan mengendarai kuda arak- arakan yang diiringi para punggawa kerajaan mencapai jumlah kurang lebih 1000 orang, dalam seminggu sekali.39
2) Muhammad Ibnu Ishaq mengatakan,
39 Al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi , 487-489
“ketika Yusuf berkata kepada raja Mesir: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.”, raja berkata kepadanya, ‘Saya terima,’ lalu raja mengangkatnya yang menurut pendapat ulama menyebutkan bahwa Yusuf menggantikan kedudukan Qithfir, sedangkan Qithfir sendiri dipecat dari jabatannya.
Allah berfirman: “Dan demikian Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” Muhammad Ibnu Ishaq mengatakan bahwa menurut kisah yang sampai kepadanya, hanya Allah yang lebih mengetahui. Qithfir meninggal dunia di hari-hari itu. Lalu raja ar-Rayyan Ibnu al-Walid mengawinkan Yusuf dengan bekas istri Qithfir, yaitu Ra’il. Ketika Ra’il masuk ke kamar Yusuf, maka Yusuf berkata kepadanya, “Bukankah ini lebih baik dari apa yang engkau inginkan dahulu?” Menurut mereka Ra’il berkata kepada Yusuf, “Hai orang yang dipercaya, janganlah engkau mencelaku, sesungguhnya aku seperti yang engkau lihat sendiri adalah seorang wanita yang cantik jelita lagi bergelimang di dalam kemewahan kerajaan dan duniawi,40
c. Analisis penulis
40 Ibnu Kathir, Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir Al-Iklîl Fî Ma`ânî At-Tanzîl, menjelaskan memuliakan Nabi Yusuf as. penjelasan ayat ini dalam Bible tidak ada. penulis mengambil kesimpulan bahwa nama- nama tersebut diatas tidak ada dasarnya dalam Alquran ataupun Sunah. Nama-nama tersebut hanya sebuah riwayat yang tidak berdasar. Meskipun dimungkinkan riwayat-riwayat di atas tidak akan merusak ‘aqidah kaum muslim, tetapi sebagai orang yang berakal haruslah lebih berhati-hati dalam mengambil sebuah riwayat.
91 A. Kesimpulan
Setelah melakukan penulisan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Isrâilîyat dalam Tafsir Al-Iklîl Fî Ma`ânî At-Tanzîl ada tiga yaitu:
Isrâilîyat yang dipandang benar (shahih), Isrâilîiyat yang dipandang tidak benar (dha`if), dan Isrâilîyat yang dipandang mungkin benar dan mungkin tidak benar. Contoh yang dipandang benar tentang pengakuan istri Al-Aziz, “akulah yang menggoda dan merayunya, dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.” riwayat di atas benar adanya dalam Al-Qur`an dan Sunnah.
Sebab, konteks pembicaraan seluruhnya adalah bagian dari perkataan istri Al-Aziz di hadapan sang raja. Dan ketika itu Yusuf as. tidak berada di tengah-tengah mereka. Tapi sang raja menghadirkannya setelah itu. Contoh yang dipandang tidak benar tentang godaan istri Al-Aziz kepada Nabi Yusuf as.Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Riwayat tentang ayat ini tidak berdasar dalam Alquran dan juga Sunah, bahwa seorang Nabi tidak mungkin melakukan perbuatan keji tersebut dan jika riwayat-riwayat tersebut dipercayai oleh umat Islam maka bisa merusak aqidah. Dan terhadap Isrâilîyat yang mungkin benar dan mungkin tidak benar, bukan merupakan penafsiran dari ayat yang disamarkan dalam Al-Qur`an, kita boleh meriwayatkannya, karena kisah kisah itu hanya sekedar cerita dan berita, tidak menyangkut masalah aqidah atau hukum.
2. Dalam surah Yusuf yang mengandung Isrâilîyat yaitu: ayat 4, 19, 20, 24, 42, 51-53, 56.