• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kerangka Teori

2.2.6 Media Sosial

A. Pengertian Media Sosial

Media sosial terbentuk dari dua kata, yaitu media dan sosial. Media merupakan sarana komunikasi, alat, atau penghubung. Sosial adalah masyarakat yang suka memperhatikan kepentingan umum. Media sosial adalah aplikasi yang berbentuk jaringan yang memungkinkan orang lain untuk berkomunikasi dalam sebuah komunitas. Dari media sosial kita bisa melakukan berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, saling berkenalan dalam bentuk tulisan visual maupun audiovisual. Contohnya Twitter, Facebook, Instagram, Blog, dll.

Menurut Van Dijk dalam Nasrullah (2015) menyatakan bahwa media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktifitas maupun berkolaborasi. Karena itu media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebuah ikatan sosial. Menurut Kaplan dan Haenlein dalam Abugaza, menyebutkan bahwa “media sosial adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user- generated content (Rahman, 2016).

Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2016:642) adalah media yang digunakan oleh konsumen untuk berbasis teks, gambar, suara dan video informasi baik dengan orang lain maupun perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa media sosial adalah medium di internet untuk berinteraksi ataupun berkomunikasi antar penggunanya secara virtual.

Dalam pendapat Van Dijk, Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, dapat disimpulkan media sosial adalah sebuah wadah yang digunakan untuk memudahkan individu maupun komunitas berkumpul untuk bertukar informasi melalui jaringan internet tanpa mementingkan waktu dan jarak. Pada intinya, dengan media sosial dapat dilakukan berbagai aktifitas dua arah dalam berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan, visual maupun audiovisual. Media Sosial diawali dari tiga hal, yaitu Sharing, Collaborating dan Connecting.

B. Karakteristik Media Sosial

Menurut Nasrullah (2017:16-34), Karakteristik media sosial tidak jauh berbeda dengan media siber dikarenakan media sosial merupakan salah satu platform dari media siber. Namun demikian, media sosial memiliki karakter khusus, yaitu:

1. Jaringan (Network)

Jaringan adalah infrasturktur yang menghubungkan antara komputer engan perangkat keras lainnya. Koneksi ini diperlukan karena komunikasi bisa terjadi jika antar komputer terhubung, termasuk di dalamnya perpindahan data.

2. Informasi (Informations)

Informasi menjadi entitas penting di media sosial karena pengguna media sosial mengkreasikan representasi identitasnya, memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan informasi.

3. Arsip (Archive)

Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karakter yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bias diakses kapanpun dan melalui perangkat apapun.

4. Interaksi (Interactivity)

Media sosial membentuk jaringan antar pengguna yang tidak sekedar memperluas hubungan pertemanan atau pengikut (follower) semata, tetapi harus dibangun dengan interaksi antar pengguna tersebut.

5. Konten oleh pengguna (user-generated content)

Di Media sosial konten sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi pengguna atau pemilik akun. UGC merupakan relasi simbiosis dalam budaya media baru yang memberikan kesempatan dan keleluasaan pengguna untuk berpartisipasi. Hal ini berbeda dengan media tradisional dimana khalayaknya sebatas menjadi objek atau sasaran yang pasif dalam distribusi pesan.

6. Simulasi Sosial (simulation of society)

Media sosial juga berkarakteristik menjadi sebuah simulasi. Dikatakan simulasi karena dalam penggunaannya pengguna tidak bertemu langsung dengan pengguna lain dan perilaku yang dilakukan di media sosial bisa jadi berbeda sekali dengan keadaan yang sebenarnya. Sebagai contohnya seorang introvert yang mampu memiliki pengikut (followers) melimpah di media sosial namun pada kenyataannya dia tidak dapat bergaul dengan orang sebanyak itu di kehidupan nyata.

7. Penyebaran (Sharing) Benkler dalam Nasrullah menyatakan bahwa,

“penyebaran (share/sharing) merupakan karakter lainnya dari media sosial. Medium ini tidak hanya menghasilkan konten yang dibangun dari dan dikonsumsi oleh penggunanya tetapi juga didistribusikan sekaligus dikembangkan oleh penggunanya”.

Berdasarkan pendapat ahli Nasrullah dan Rulli dapat disimpulkan bahwa Media Sosial adalah media komunikasi berbasis internet yang dapat digunakan

untuk menyebarkan informasi dengan berbagai macam bentuk seperti gambar, teks, video, audio.

C. Pengelolaan Media Sosial Menggunakan Teori 4C

Menurut Suharsimi arikunta (2016) pengelolaan adalah subtantifa dari mengelola, sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyususnan data, merencana, mengorganisasikan, melaksanakan, sampai dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan kemudian pengelolaan menghasilkan suatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya. Marry Parker Follet mendefinisikan pengelolaan adalah seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pecapaian tujuan. Dalam penyelesaian akan sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor yang terlibat.

Menurut penelitian dari Chris Heuer pada buku “Engage The Complete Guide for Brands and Businesses “ (Solis, 2010:263), pendiri social media club dan inovator media sosial baru, terdapat teori 4C dalam mengoperasikan media sosial yaitu:

1. Context “How we frame our stories.” , yaitu bagaimana membentuk sebuah pesan atau cerita (informasi) seperti bentuk dari sebuah pesan itu sendiri, penggunaan bahasa maupun isi dari pesan tersebut.

2. Communication “The practice of sharing our story as well as listening, responding, and growing.” Adalah cara berbagi cerita atau informasi yang meliputi cara mendengarkan, merespon, dengan berbagai cara seperti menambahkan gambar ataupun pengemasan pesan yang membuat pengguna merasa nyaman dan pesan tersampaikan dengan baik.

3. Collaboration “Working together to make things better and more efficient and effective.” Adalah kerja sama antara sebuah akun atau perusahaan dengan penggunanya dimedia sosial untuk membuat hal baik yang lebih efektif dan efisien.

4. Connection “The relationships we forge and maintain.” Yaitu pemeliharaan hubungan yang sudah terbina. Bisa dengan melakukan sesuatu yang bersifat berkelanjutan sehingga pengguna merasa lebih dekat dengan sebuah akun maupun perusahaan pengguna media sosial.

Berdasarkan pendapat dari Chris Heuer dapat dipahami kesimpulannya, bahwa teori 4C dalam pengelolaan media sosial, yaitu: context, communication, collaboration dan connection. Context merupakan bentuk dari informasi yang disampaikan, communication cara berbagi informasi itu sendiri, collaboration kerjasama antara pemilik akun dengan penggunanya di media sosial dan

connection ialah pemeliharaan hubungan antara pemilik akun dengan para pengikutnya agar terbinanya komunikasi yang berkelanjutan.

Dokumen terkait