• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisnya. Paradigma menunjukan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normative, memunjukan kepada praktisnya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.

Menurut Bogdan dan Biklen paradigma merupakan sekumpulan angapan dasar mengenai pokok permasalahan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian yang akan diteliti. Melalui parade gma, peneliti dapat memperhatikan, menginterpretasi, dan memahami realitas. Sedangkan menurut Wimmer dan Dominick, paradigma merupakan seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia.

Khaerul azmi (2019:114) dalam buku “Filsafat Ilmu Komunikasi”

menyatakan, ada empat perspektif dalam ilmu komunikasi, adalah positivis, post- positivisme, kontruktivis dan teori kritis.

Postivis Post positivis Kontruktivis Teori Kritis Paradigma

positivis hanya mengakui atau membatasi pengetahuan yang benar- benar. Fakta positivis didekatkan dengan metode ilmu

pengetahuan yaitu

eksprementasi, observasi dan komparasi.

Paradigma post positivis adalah aliran yang ingin memperbaiki kelemahan dari paradigm positivis, post- positivis memandang adanya peran subjek yang menentukan adatidaknya realitas

Paradigma kontruktivis menganggap subjek sebagaifaktor sentral dalam kegiatan

komunikasi serta hubungan- hubungan sosial dan subjek memiliki control terhadap

maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana.

Teori kritis merupakan pandangan dalam repertasi yang berperan dalam membentuk tertentu.

Karena itu aliran ini menekankan pada konsep subjektivitas dalam

29

Universitas Budi Luhur

Kebenaran teori lebih dilihat bersifat local dan kontekstual

menentukan suatu

pengetahuan dan nilai nilai yang dianut oleh subjek pengamatan turut serta dalam menentukan kebenaran tentang suatu hal Sumber: Buku Khaerul Azmi, berjudul Filsafat Ilmu Komunikasi

Berdasarkan pemeparan yang tertera pada tabel, dapat diambil kesimpulan bahwa paradigma merupakan cara pandang untuk melihat perspektif suatu hal.

Paradigma juga merupakan kerangka berpikir pada penelitian dengan menggunakan teori dan serangkaian metode untuk mempresepsikan fenomena pada peristiwa yang terjadi dikehidupan nyata.

Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma post-positivis yang berpendapat bahwa manusia tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari realitas atau tidak terlibat secara langsung dengan realitas serta berpendapat bahwa realitas itu memang nyata, ada yang sesuai dengan hukum alam.

3.2 Pendekatan Penelitian

Creswell (2013:3) mendefinisikan pendekatan penelitian (research approach) sebagai sebuah rencana dan prosedur penelitian yang meliputi langkah- langkah: dari asumsi-asumsiluas hingga metode-metode terperinci dalam pengumpulan, analisis, dan interpretasi data.Terdapat tiga jenis pendekatan penelitian yaitu pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pendekatan ini memungkinkan seorang peneliti untuk menginterpretasikan dan menjelaskan suatu fenomena secara holistik denganmenggunakan kata-kata, tanpa harus bergantung pada sebuah angka. Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataulisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar danindividu tersebut secara holistik (utuh). Pendekatan kualitatif menekankan pada makna,penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Pendekatan kualitatif, lebih lanjutmementingkan proses dibandingkan dengan hasil akhir.

Kesimpulan didapat ialah penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui dan memahami penerapan media relations dalam mempertahankan reputasi.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, (2013:44) menyatakanbahwa metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuan utamanya adalah untukmemberikan gambaran dengan menggunakan kata-kata dan angka serta untuk menyajikanprofil (persoalan), klasifikasi jenis, atau garis besar tahapan guna menjawab pertanyaan sepertisiapa, kapan, dimana, dan bagaimana.

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalahdalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, sertaproses- proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Berdasarkan jenis penelitian deskriptif, data yang di kumpulkan berupa kata-kata,gambar, dan bukan angka-angka. Dengan begitu proposal penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut dapat berasaldari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,videotape, dokumen pribadi, catatan ataumemo, dan dokumen resmi lainnya.

Dalam riset desktiptif kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampaling bahkan populasi atau sampling sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.

Lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukannya (kuantitas) data.

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Karena dengan metode tersebut peneliti dapat secara langsung berhubungan dengan informan yang dapat menjelaskan secara rinci bagaimana pengelolaan media sosial Instagram oleh Humas sebagai informasi publik pada Baketrans dikelola dengan prosedur yang benar, “mengapa”, “alasan apa”, dan “bagaimana terjadinya?”.

3.4 Subjek dan Objek Penelitian 3.4.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian, subiek penelitian harus ditata sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data. Subiek penelitian dapat berupa benda, hal atau orang. Dengan demikian subjek penelitian pada umumnya manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia.

Dalam penelitian kualitatif peneliti memiliki subjek penelitian atau infroman yang dibedakan menjadi dua, diantaranya:

1. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, dia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.

2. Key Informan adalah mereka yang tidak hanya bisa memberi keterangan tentang sesuatu kepada peneliti, tetapi juga bisa memberi saran tentang sumber bukti yang mendukung serta menciptakan sesuatu terhadap sumber yang bersangkutan.

Adapun yang menjadi key informan dan informan yaitu:

1. Key Informan

Nama: Fira Damayanti S.Kom Jabatan: Social Media Officer 2. Informan

Nama: Kasubag Umpeg Pak Ibnoe Tanzil Mubarok S.E, M.Si.

Jabatan: Kepala Subbagian Umum dan Pegawaian 3. Informan 2

Nama : Fahmy Rahardian S.Kom Jabatan: Staff Humas

3.4.2 Objek Penelitian

Pengertian objek penelitian yang dikemukakan oleh sugiyono (2013:65) nilai, skor atau ukuran yang berbeda untuk unit atau individu yang berbeda atau merupakan konsep yang lebih dari satu nilai.

Maka objek penelitian ini adalah keputusan pendanaan, profitabilitas dan kebijakan deviden sebagai variabel independent (bebas), sedangkan yang menjadi variabel dependent (terikat) adalah nilai perusahaan yang di ukur dengan Price Book Value (PBV). Sementara Objek dalam penelitian ini adalah Humas Kecamatan Pondok Aren dengan Pengelolaan Instagram Kec. Pondok Aren sebagai Media Informasi Publik.

3.5 Definisi Konsep

Peneliti akan berusaha menjelaskan batasan-batasan konsep yang akan dibahas dalam masalah ini, adapun konsep yang akan dibahas adalah:

3.5.1 Hubungan Masyarakat

Humas adalah proses komunikasi yang strategis digunakan oleh satu pihak bisa itu individu, perusahaan atau organisasi untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan masyarakat. Dalam perusahaan humas merupakan bagian dari organisasi yang bertanggung jawab dalam menyusun rencana komunikasi khusus dengan media publikasi. Sederhananya hubungan masyarakat merupakan proses strategis dalam mengelola penyampaian dan

penyebaran informasi terkait organisasi kepada masyarakat atau publik guna mempertahankan reputasi yang baik dari organisasi.

3.5.2 Instagram

Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambi foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Instagram merupakan salah satu media sosial yang dapat digunakan sebagai media promosi suatu produk atau jasa. Instagram aplikasi jejaring sosial yang dikhususkan untuk berbagi foto, instagram memiliki ciri menarik yakni ada batas foto ke bentuk persegi, mirip dengan gambar Kodak Instamatic dan Polaroid, yang sangat berbeda dengan rasio aspek 16:9 sekarang, yang biasanya digunakan oleh kamera ponsel.

3.5.3. Pengelolaan Instagram

Teori 4C dalam pengelolaan media sosial, yaitu: context, communication, collaboration dan connection. context merupakan bentuk dari informasi yang disampaikan, communication cara berbagi informasi itu sendiri, collaboration kerjasama antara pemilik akun dengan penggunanya di media sosial dan connection ialah pemeliharaan hubungan antara pemilik akun dengan para pengikutnya agar terbinanya komunikasi yang berkelanjutan

3.5.4. Informasi Publik

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun secara non elektronik.

Sedangkan informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan atau diterima suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya sesuai dengan UU.

Pada model ini merujuk pada pendekatan public be informed, di mana informasi dikirim keluar oleh sebuah organisasi. Model ini yaitu di mana praktisi Humas bertujuan untuk menyebarkan informasi terpercaya bagi publiknya.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang akan diwawancarai. Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang sudah ada, sehingga peneliti tinggal mengutip dan menganalisisnya (Moleong, 2012).

3.6.1 Data Primer

Merupakan data yang diperoleh berdasarkan keterangan dari semua pihak (responden) yang terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti, dalam hal ini data diperoleh dari nara sumber secara langsung yang berkaitan dengan pengelolaan Instagram Kecamatan Pondok Aren oleh humas sebagai media informasi publik.

Data primer adalah semua pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti yaitu beberapa informan melalui wawancara, dengan memilih informan yang terdiri dari pengelola instagram Kecamatan Pondok Aren, Kasubbag Umum dan Humas, dan Staff Humas.

1. Observasi

Menurut Sugiyono (2018) observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi juga tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.

Menurut Sugiyono (2017) menyatakan, dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:

1. Observasi Berperan Serta (participant observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari obyek yang sedang diteliti. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka

dukanya. Data yang diperoleh dapat lebih lengkap, tajam sampai mengetahui tingkat makna.

2. Observasi Non Partisipan (non participant observation)

Dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Penelitian ini tidak akan mendapat data yang mendalam dan tidak sampai tingkat makna.

3. Observasi Terstruktur

Observasi terstruktur telah dirancang sistematis dilakukan bila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel yang akan diamati.

4. Observasi Tidak Terstruktur

Observasi yang tidak disiapkan secara sistematis apa yang akan diobservasi.

Dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi tidak berperan serta (non participant observation). Peneliti tidak terlibat langsun g dan hanya sebagai pengamat independen.

2. Wawancara

Menurut Sugiyono (2018) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan.

Dalam melakukan wawancara, Peneliti menggunakan wawancara semi-terstruktur (semistructure interview). Menurut Sugiyono (2016), wawancara semi-terstruktur termasuk dalam in depth interview dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dalam melakukan proses wawancara, Peneliti telah membuat dan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan namun jika ada hal lain yang terkait dengan permasalahan Peneliti akan menanyakan lebih lanjut sehingga data-data yang dibutuhkan dapat terpenuhi.

3. D okumentasi

Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interprestasi data.

Dokumen bisa berbentuk dokumen publik maupun privat. Peneliti juga menggunakan penelusuran data-data online. Penelusuran data online adalah tatacara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet, yang menyediakan fasilitas online sehingga memungkinkan penelitidapat memperoleh data informasi berupa data dan juga informasi teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

3.6.2 Data Sekunder

Data Sekunder adalah jenis data yang mendukung dan menunjang kelengkapan data primer melalui bahan kepustakaan, buku-buku ilmiah dan lain sebagainya. Data Sekunder yang digunakan adalah visi misi intansi, serta struktur instansi humas Kecamatan Pondok Aren.

3.7 Teknik Analisa Data

Data dianalisis dengan menggunakan beberapa langkah sesuai teori Miles, Huberman dan Saldana (2014). Miles dan Huberman menganggap bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yakni:

1. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data “kasar” yang di dapat dari data-data di lapangan, termasuk dalam hal ini adalah catatan wawancara. Tahap ini peneliti melakukan editing, pengelompokan, dan meringkas data.

2. Penyajian data (data display)

Penyajian data adalah upaya mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan kelompok data lain. Penyajian data dapat dimaknai sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Pada tahap ini pula peneliti

melakukan pemaknaan atau interpretasi dengan berdasar teori-teori untuk menjelaskan dan berargumentasi. Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks naratif.

3. Pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusion)

Peneliti menerapkan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang dibuat.

Kesimpulan dapat dikatakan kredibel jika apa yang dideskripsikan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sesuai data yang dikumpulkan dari lapangan, serta didasari keterpaduan dengan basis teoritis.

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dimulai sejak 15 Oktober 2022 sampai dengan Desember 2022.

Lokasi penelitian adalah Kantor Biro Humas Kecamatan Pondok Aren, Jl. Graha Raya Bintaro No.1, Parigi Baru, Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15228.

3.9 Validitas Data

Teknik validasi yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan metode Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triagulasi teknik pengumpuan data, dan waktu.

Triangulasi teknik untuk menguji kredibulitas data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuisioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi terlebih dahulu kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memstikan data mana yang dianggap benar.

Dalam buku Kriyantono, ada beberapa macam triangulasi menurut Dwidjowinoto, sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Dengan membandingkan dan mengecek suatu informasi dengan di peroleh dari sumber yang berbeda. Contohnya: membandingkan hasil wawancara dengan pengamatan dan membandingkan yang dikatakan umum dengan yang dikatakan sendiri

2. Triangulasi Waktu

Yang berkaitan dengan perubahan proses pada perilaku manusia, karena prilaku manusia selalu berubah setiap waktu

3. Triangulasi Teori

Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu dan dipadu 4. Triangulasi Periset

Membandingkan lebih dari satu periset dalam mengadakan observasi atau wawancara

5. Triangulasi Metode

Upaya untuk mengecek keabsahan data atau keabsahan temuan riset, triangulasi riset dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan yang sama.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dengan tujuan untuk mendapatkan informasi melalui data dari sumber yang beda, lalu melakukan wawancara dengan key informan, dan melakukan observasi.

39 Universitas Budi Luhur

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

4.1.1 Profil Kecamatan Pondok Aren

Pondok Aren adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi kota otonom, Pondok Aren merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tangerang dengan luas terbesar yaitu 2.988 km². Kecamatan Pondok Aren merupakan pecahan dari Kecamatan Ciledug sebagai kecamatan induknya, ketika masih provinsi Jawa Barat.

4.1.2 Sejarah dan Perkembangan Instansi

Awal berdirinya Kecamatan Pondok Aren pada tahun 1982 hasil dari pemekaran Kecamatan Ciledug yang pada saat itu masih merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang. Pada awal berdirinya, Kecamatan Pondok Aren melaksanakan kegiatan pelayanan di Desa Pondok Aren karena saat itu belum memiliki gedung, namun sejak tanggal 20 September 1983 kegiatan pelayanan dipusatkan di gedung yang telah di bangun dan diresmikan oleh Bapak Bupati Tangerang H. Tajus Sobirin yang di bangun di areal tanah eks perkebunan karet milik PTP XI yang pada saat itu masuk wilayah Desa Pondok Aren. Sejalan dengan perkembangan wilayah yang cukup pesat dan dalam rangka penataan wilayah, pada tahun 2003 Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang bekerja sama dengan pengembang yang ada di Kecamatan Pondok Aren yaitu PT. Jaya Real Property, Tbk, membangun sebuah kawasan Perkantoran Kecamatan Pondok Aren di Desa Parigi Baru dan penggunaannya secara resmi dimulai sejak diresmikan oleh Bupati Tangerang, yaitu Bapak Drs. H. Ismet Iskandar pada tanggal 17 Agustus 2004. Dalam perkembangannya perluasan ataupun pemekaran wilayah Kecamatan Pondok Aren dan 6 Kecamatan terdekat lainnya seperti:

Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Serpong, Serpong Utara, dan Kecamatan Setu menjadi Kota Tangerang Selatan yang terjadi pada tahun 2008.

40

Universitas Budi Luhur

Dengan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, Kecamatan Pondok Aren menjadi bagian dari Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan, yang kemudian diperjelas tugas pokok dan fungsinya dengan Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 101 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi,dan Tata Kerja Kecamatan Pondok Aren.

4.1.3 Visi, Misi dan Nilai-nilai Instansi

Kecamatan pondok aren memilik Visi dan Misi sebagai berikut:

Visi: “Terwujudnya Tangsel Kota Cerdas , Berkualitas dan Beradaya Saing Berbasis Teknologi dan Inovasi.”

Misi:

1. Mengembangkan Sumberdaya manusia yang handal dan berdaya 2. Meningkatkan infrastruktur kota yang fungsional.

3. Menciptakan kota layak huni yang berwawasan lingkungan.

4. Mengembangkan Ekonomi kerakyatan berbasis inovasi dan produk unggulan.

5. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik berbasis teknologi informasi

4.1.4 Logo Instansi

Gambar 4.1

Logo Kecamatan Pondok Aren Sumber: https://www.bing.com/search?

q=logo+kecamatan+pondok+aren+png&cvid=642f

51c35fde4db18bf6817a4caf308f&aqs=edge..69i57j0l8.9266j0j4&FORM=ANAB 01&PC=U531

Pukul 23.00 WIB

4.1.5 Lokasi Kecamatan Pondok Aren

Jalan Raya Jombang, Perigi, Tangerang, Parigi Baru, Tangerang Selatan, Parigi Baru, Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15229, Indonesia

Gambar 4.2 Lokasi Penelitian

Sumber Google Maps, Diakses tanggal 4 April 2023, Pukul 23.10 WIB 4.1.6 Struktur Organisasi Kecamatan Pondok Aren

Gambar 4.3

Lokasi Penelitian Struktur Organisasi Kecamatan Pondok Aren

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai Agustus 2022 hingga Mei 2023, termasuk didalamnya proses mencari dan menunggu persetujuan dari pihak instansi pemerintah yang ingin saya teliti.

Hasil penelitian ini mengenai “Pengelolaan Instagram Kecamatan Pondok Aren Oleh Humas Sebagai Media Informasi Publik”. Peneliti melakukan wawancara secara mendalam dengan Key Informan yaitu Fira Damayanti Selaku Social Media Officer, Informan 1 yaitu Pak Ibnoe Tanzil Mubarok selaku Kepala Subbagian Umum dan Hubungan Masyarakat, dan Informan 2 Fahmy Rahardian selaku staff humas Kecamatan Pondok Aren yang dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian mengenai Pengelolaan Instagram Kecamatan Pondok Aren Oleh Humas Sebagai Media Informasi Publik, dan juga untuk mencari data-data yang bisa menjawab rumusan masalah tersebut. Peneliti juga menggunakan data pendukung lainnya yang telah peneliti rangkum sesuai dengan kepentingan dan tujuan peneliti. Peneliti menghubungkan teori 4C oleh Chris Heuer dengan hasil wawancara untuk mencapai tujuan dari penelitian. Peneliti melempirkan berbagai pertanyaan kepada key informan dan informan, guna mengetahui cara apa yang dilakukan oleh pihak Humas Kecamatan Pondok Aren dalam mengelola akun instagram sebagai informasi publik. Dalam penelitian ini, peneliti banyak menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian.

4.2.1 Context (konteks)

Dalam pengelolaannya terkait dengan aspek konteks, konten yang akan dibuat akan berlandaskan isi pesan serta penggunaan bahasa. Berdasarkan hal tersebut konten yang diproduksi memiliki 3 hal utama yang menjadi acuan yaitu informasi, brand image dan interaksi. Dalam pengelolaanya , konten instagram

@kecamatanpondokaren menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan disesuaikan dengan isi konten baik bahasa yang digunakan dalam poster maupun caption. Penjadwalan yang terstruktur, pemilihan informasi serta isu konten yang jelas, serta penggunaan bahasa yang baik dan benar ini dijadikan acuan oleh

Humas Kecamatan Pondok Aren. Seperti yang disampaikan oleh Key Informan kak Fira Damayanti selaku Social Media Officer:

“Biasanya sih penyampaian pesannya melalui caption ataupun narasi, disitu tuh semuanya dijelasin apa saja kegiatan yang sedang dilakukan hari ini ada sosialisasi apa atau apel yang biasa dilakukan, lalu dijelain apa saja isi dari kegiatan tersebut. Kita selalu buat caption yang gampang dingerti sama masyarakat dan sebisa mungkin tidak menggunakan bahasa yang terlalu baku biar masyarakat tertarik untuk baca caption yang kita buat ”

Hal yang sama juga disampaikan oleh Informan kak Fahmy Rahardian selaku Staff Humas Kecamatan Pondok Aren dalam pengemasan pesan yang digunakan pada setiap postingan instagram Kecamatan Pondok Aren:

“Pesan yang disampaikan lewat caption emang harus menarik dan gampang dipahami sama masyarakat sih, apalagi sekarang masih ada beberapa orang yang sudah kami jelaskan lewat caption tapi masih bertanya, mungkin itu bisa dijadikan bahan evaluasi kedepannya oleh tim humas kecamatan, apakah penggunaan bahasannya masih kurang jelas atau berbelit-belit.”

Gambar 4.4

Pengemasan Pesan Pada Caption @kecamatanpondokaren Sumber: https://www.instagram.com/p/Cr- kPzzPbr8/?

utm_source=ig_web_copy_link&igshid=MzRlODBiNWFlZA (Diakses Pada 3Juni 2023, Pukul 23:23 WIB)

Dokumen terkait