B. Alhamdu lillahi rabbil alamin
8. Memasang Ander
I ) I
l
untuk konstruksi atau rakitan rumah bentuk kampung dan limasan, ander memang boleh dibanggakan, karena merupakan penopang
molo dan
dihubungkan dengansistem
purus.Cara-cara merakit ander adalah seperti di bawah ini:
t!t!_(yLs!t
tllti
Coro merokit ander
I
riil
ganiaAnderpenopang molo
Molo atau suwunan, balok yang terletak paling atas serta
paling menentukan.
Letak molo
tyersebutdi
tengah-tengahblandar. Bentuknya memanjang sesuai dengan membujurnya rumah. Bagian
ini
oleh kebanyakan orang dianggap keramat kerena terletak pada bagian yang paling atas yang deryian sendirinya berfungsi sebagai penopang rumah. Oleh karena molo disebut juga sirah (tidak berbeda dengan sebutan kepala manusia) atau suwunan, sewaktu masih berada di tengah orang tidak boleh sembarangan melangkahinya. Dan cara memasangnya juga yang paling akhir. Jadi, kalau kita melihat rumah sudah dipasang molo, maka dapat dipastikan bahwa rumah tersebut hampir selesaididirikan. Kita tinggal menyaksikan pemasangan dinding, payon atau atapnya saja. Beberapa saat setelah kedua bagian yang terakhir selesai dibuat
juga,
berarti rumah telah siap untuk didiami. Anda tinggal menyiapkan perabotan saja.58
r
Ander seperti disebutkan
di
atas, merupakan balok yang menopang molo dan pengeret. Agar pengeretnya sendiri tidak goyah, maka tukang-tukang yang mengerjakan biasanya memakai sistem purus ke dalam ganja atau gaganja.Pengeret, balok yang berfungsi sebagai pienghubung dan stabilisator (penopang) ujung-ujung tiang dan menjadi pusat bertumpu dan penghubung blandar. Balok
ini
berfungsi agarrumah tidak renggang. Santen merupakan penyangga pengeret dan terletak antara pengeret dan kili.
Kili, balok penghubung dua buah tiang dan berfungsi sebagai cathokan. Kili tersebut juga merupakan stabilisator cathokan.
Ragam hias apakah yang dipakai untuk balok-balok bagian atas? Hal
itu
tergantung dari mewah atau murahnya bangunanyang sedang
didirikan.
Semakin mewah bangunan tersebut hiasannya juga semakin rumit namun lengkap.Fungsi hiasan pada suatu bangunan ialah untuk memperindah atau mempercantik bangunan. Sebab keindahan yang memukau seseorang biasanya juga menyejukkan hatinya, disamping rasa ketenteraman yang
sulit
digambarkan. Keindahan mana yang abadi itu? Ialah keindahan sorga yang seringkita
dengar dari dongeng-dongeng. Setelah seorangahli ukir
misalnya dapat menggambarkan secara imajinasi tentang bagaimanaitu
hiasan sorga, maka ia menuangkan dalam ukirannya sesuatu hal yang berbau fantasi pula. Kalaupunia
menggambatkan benda yang pernah dilihatnyadi
dunia fanaini
pasti diberi tambahan yang disebutdistilir.
Orang-orangdi
Jawa yang terbiasa melihatpuluhan
candi-candi,baik candi Hindu
maupun Buddha mempunyai keyakinan sendiri bahwa pahatan yang melekat pada dinding-dinding candi merupakan gambaran hiasan sorga. Sebab hiasan-hiasan itu berkumpul di sekitar patung para dwata.Selain hiasan
yan!
bercorak stilisasi, ada juga seniman-seni- man tertentu yang membuatragam hias dengan corak naturalistis.Walaupun ragam
hias yang ada
mengandung ciri-ciri naturalisdan
stilisasi, pada prinsipnya terbagi dalam lima kelompok, yaitu flora, fauna, alam, agama atau kepercayaan dan lain-lain terserah si pembuat.Kelompok flora sudah dijelaskan bahwa hal
itu
termasuk ragam hias terdapat pada candi-candi,di
sampingkelc
pokfauna. Oleh
karena setelah Indonesia mendapatp
,ruh kebudayaanIslam yang pada
prinsipnya menggar arkanmakhluk hidup secara naturalistis atau alamiah itu dilarang, maka hiasan flora dan fauna itu .hanya terdapat pada rumah-rumah biasa (tidak di masjid).
Sedangkan jauh sebelum Hindu maupun Islam datang, atau yang lebih dikenal dengan istilah jaman Prasejarah, gambai-gam- bar yang menunjukkan flora dan fauna telah dipahatkan atau
diukirkan pada
benda-bendayang terbuat dari
perunggu,misalnya mekara, candrasa, nobat, kapak corong, dan lain-lain- nya.
Bogbagoi macam kapak corong.
60
:bbuah candrasa yont kto-kito sotu metet po4ion?nya
Flora yang tersebar pada bangunan rumah tradisional Jawa pada Umumnya bermakna suci, indah, ukirannya halus dan simetris dan mengandung daya estetika tersendiri (daya yang menuju kepada keindahan). Adapun flora yang sering dipakai adalah bagian batang, daun, bunga, buah dan pucuk pohon-po- honan.o
a. Lunglungan.
Istilah lung-lungan berasal dari kata dasar lung yang artinya batang tumbuh-tumbuhan
yang
masih ,muda-,yang
masih melengkung. Selain itu, juga mengandung arti sebagai nama daun atau ujung ketela rambat, Sedangkan yang disebut dengan Lung kangkung'ialah salah satu motif kain balik.Khusus untuk lung-lungan terdiri dari bentuk tangkai, daun, bunga dan buah yang distilir. Tapi stlirannya berbeda-beda sesuai dengan daerah asalnya, seperti stiliran model Mataram, Jogyakar-
ta,
SUrakarta, Pekalongan, Jepara, Madura dan lain-lainnya.Bahkan gaya Bali juga sudah mulai tersebar.
Contoh ragam hias lung.-lungan gaya Jogyakarta adalah s€perti di bawah ini:
Lung-lu.ngofi, .
Setelah ukir-ukiran seperti di atas disebut, kemudian terserah kepada yang punya hajad, mau diberi warna atau tidak. Tapi yang bahannya dari kayu jati pada umumnya polos karena harus diberi hiasan dengan menggunakan
relief.
Sebaliknyauntuk
rumah bangsawan memberi warnanya dengan jalan sunggingan (berupa cat) atau dengan cara yang berbeda.a.
Untuk warna dasar biasanya merah tua atau merah coklat dan disebut"cet tuk",
sedang lung-lungannya berwarna kuning emas dari bahan "prada".b.
S'ebagai dasar warna hijau tua, dan lung-lungannya beiwarna kuning emas dari bahan "prada".c.
Tangkai dan daun tetap berwarna hijau dengan jalan menyung- ging (pewarnaan dari warna tua sampai warna muda hingga menjadi putih). Bunga dan buah warnanya merah, juga dengan cara sunggingan dari warna tua ke warna muda hingga menjadi putih. Kadang-kadang juga dipergunakan warna ungu, biru dan kuning.Dalam hal memahat, halus dan kasarnya sudah tentu di tangan si pemahat.
Di
sampingitu
juga ditentukan oleh materi yang dimiliki oleh yang punya rumah. Untuk rumah petani yang sederhana misalnya, pahatannya juga sederhana dan tidak begitu halus (kurang rata). Sebaliknya untuk rumah bangsawan yang kaya atau rumah para pengrajin hasil pahatannya sangat halus dan enak dipandang mata. AIat yang dipakai untuk memahat berbeda dengan pahat untuk ukir kulit, perak, dan sebagainya.Ragam hias lung-lungan cukup banyak mengisi bangunan rumah, seperti:
a.
Setiap balok kerangka rumah (blandar, tumpang, pengeret, dhadhapeksi, sunduk, dudur, ander, tiang, rusuk, takir, kerbil, molo, brunjung, usuk peniyung, usuk ri gereh, reng, gimbal, sa ka ruwa, cukit, mangkokan, dan lainJainnya.b.
Pemidhangan.c.
Tebeng(kayupenutup) pintu, tebeng jendela, daun pintu, dan sebagainya.d.
Patang aring, dan lJinJainnya (patang aring=
kayu penyekatkamar tengah).
Bagian pemidhangan rumah joglo yang ada di dalam kraton sering penuh dengan hiasan lung-lungan, namun ada juga rumah joglo milik rakyat jelata yang tanpa hiasan sama sekali.
Hiasan ini biasanya untuk memberikan kesan keindahan dan sakral. Terkadang malah nampak angker atau wingit.
62
i
I
Jenis
pohon-pohonyang sering distilir untuk
hiasanlung-lungan adalah: teratai (padma), daun kluwih, bunga melati, pohon bunga dan daun markisah, buah keben, tanam-tanaman atau pohon-pohonan yang bersifat melata seperti ketela rambat dan beringin, dan masih banyak lagi.
Orang-orang yang biasa melakukan pekerjaan
ini
(membuatlung-lungan) disebut pengrajin ukir kayu, Khusus untuk daerah Jogyakarta mempunyai nama depan yang memakai kata: wognyo, seperti Raden Wadono Wignyowidagdo. Pekerjaan semacam ini sekarang banyak ditopang oleh lembaga-lembaga yang dianggap dewa penyelamat seperti Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI)
"ASRI".
Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) dan Sekolah Menengah Industri dan Kerajinan (SMIK) Lembagalem-baga itu mempunyai pelajaran seni kriya (seni pekerjaan) yang di dalamnya terdapat seni mengukir kayu. Begitu juga dengan Balai Penelitian
Batik dan
Kerajinanyang
mengadakan semacam sanggar untuk latihan mengukir kayu.b.
TlacapanKata
tlacapan berasaldari kata
tlacap yang mendapat akhiran, yang artinya memakai tlacap. Adapun yang dimaksud dengan ragam hias tlacap ialah hiasan yang berupa deretan segi tiga sama kaki, sama tinggi dan sama besar. Selain itu bisa polos, bisa pula diisi dengan hiasan lung-lungan, daun, atau bunga-bu- ngaan yang telah distilir. Dengan garis tepi atau tidak memakai garis tepi.Dalam memberi warna, tergantung pada hiasan yang telah dipahatkan sebelumnya. Untuk kayu yang polos hiasannya polos juga. Sedang untuk bangunan yang berhias dan berwarna, ragrun hiasnya berwarna kuning emas atau warna sunggingan, yaitu hijau dan merah. Bila memakai garis tepinya, diusahakan wafnanya sama (warna emas). Sedang warna dasarnya bisa hijau tua atau merah menurut warna dasar kayu atau balok yang diberi hiasan.
Cara membuat hiasan tlacapan
ini
ada yang melakukan dengan cara melukis dan memahat. Kalau dipahat, baik padatembok
maupunkayu, akan
menjadibentuk relief.
Dan pewarnaannya bisa kuning emas yang polos atau sunggingan dari warna tua ke warna yang muda hingga menjadi putih.Setelah
dilukis atau
dipahat, hiasan tlacapanini
bisaditempatkan pada pangkal dan ujung balok kerangka bangunan seperti dhadhapeksi, blandar, sunduk, pengeret, ander, santen, saka santen, dan seterusnya. Kalau perlu pada bagian gimbal.
Hiasan tlacapan
ini
menggambarkan sinar matahari, atau sinar yang berkilauan. Jadi tidak mengherankan bahwa ada orang yang menyebut tlacapan ini sebagai sorotan. namun yang pokok hiasan semacam ini mengandung arti kecerahan atau keagungan.Molo atau
suwunan mdrupakanbagian rumah
yangdisamakan dengan kepala manusia. Jadi dianggap sangat vital.
Agar sesudah dipasang pada bangunan rumah nanti mempunyai kekuatan magis,
maka
diadakan .upacara lengkap dengan sajiannya.Mula-mula kayu yang akan dijadikan molo diletakkan di suatu tempat yang bersih. Sesudah
itu,
beberapa orang tukang ukir yang berpengalaman mulai menatahnya dengan tekun.Cara menatahnya diusahakan agar tidak dilakukan berulang kali, tetapi kalau dapat satu kali jadi tanpa membuat kesalahan.
Orang-orang mengharapkan, kalau menatahnya terlepas dari kesalahan,
hal itu
akan mempengaruhi kekuatan bangunan rumah.Selama molo dalam proses penatahan, harus diusahakan agar tidak dilompati orang. Sebab menurut kepercayaan, molo yang sudah pernah
di
lompati orang, setelah menopang bangunan rumah akan menyebabkan rumah menjadi sangar dan banyak menimbulkan malapetaka. Baik kepada orang yang mendiami maupun kepada tetangga di kiri-kanannya.&
Waktu
yang dipakaiuntuk
menatahmolo juga
tidaksembarangan, tetapi diusahakan untuk memakai hari-hari yang baik menurut penanggalan Jawa, misalnya hari lahir pemiliknya.
Yang dianggap tidak baik ialah hari-hari di mana salah seorang
famili
meninggal dunia (gebleg). Misalnyahari
kelahiran sipemilik rumah bertepatan dengan geblag,
hal itu
bisa diganti dengan hari lahir istri atau anak sulungnya.Hari-hari yang dianggap tidak baik atau naas dinamakan Kalamenga.
Orang-orang yang menatah molo, biasanya tidak enak kalau ditonton orang, jadi banyak yang mengisolasi
diri.
Mereka pada umumnya sudah berusia lanjut dan sudah menikah (walaupun sudahtua, tapi kalau
belum menikahtidak
diperbolehkan menatah molo). Selama pengerjakan molo, diusahakan berpakai- an bagus dan kalau perlu memakai wangi-wangian serta harus mbisu (tidak boleh berbicara).Sebelum upacara dimulai, orang menunjuk Pak Kaum untuk memimpin upacara menatah molo. Bila Pak Kaum atau sesepuh
lain
berhalangan,pak tua
yang menatahmolo
boleh saja memimpin upacara tersebut.Setelah alat-alat seperti tatah berbagai ukuran, pukul besi disiapkan, Termasuk, sesaji yang berupa makanan dan uripurip (hidup-hidup
:
maksudnya ayam jantan yang hidup dengan kaki terikat) serta kemenyan.Semuanya
itu
melanbangkan kesuburan, kebahagiaan dankekuatan. Sedangkan kemenyan
yang dibakar
merupakanpersembahan kepada Tuhan agar selama menatah molo tidak mendapat gangguan suatu apapun.
Di
sampingitu
juga untuk keselamatan para pekerja.+
Sesudah kemenyan habis terbakar dan maunya semerbak memenuhi halaman sekitarnya, para pekerja mulai menatah molo dengan hati-hati dantidak
boleh ditunda-tunda sampai esok harinya, jadi harus lembur. Sebab kalau sampai proses ini tidakselesai pada waktunya, dan mengacaukan seluruh acara yang telah diperhitungkan dengan primbon. Maka, hal
itu
dianggap suatu perbuatan yang tercela.Tetapi jangan lupa, sebelum tangan menyentuh molo untuk ditatah, masing-masing pekerja harus mengucapkan bismilah hirrohmanirrohim. di dalam hati, kemudian barulah Pak Kaum segera membuka do'a:
I
{
1
l
l rl
;r
li
I
int rl
llr
'".rr'ugi.-mu;gi.
anggenipun ngupakara damel menika lan dumugi nginggahaken, boten wonten'rubeda menapa-menapa.
Allahuakbar, Allahuakbar, Amin' r.
Artinya:
"Mudah-mudahan dalam menggarap pekerjaan menatah
molo
ini
termasuk menaikkan ke atas, tidak mendapat suatu halanganapapun. Allah Maha Besar, eAllah Maha Besar. Amin.Setelah selesai, tinggailah proses pemasangannya.