• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memasang Pintu dan Jendela

Dalam dokumen PDF perpustakaan.gunungsitolikota.go.id (Halaman 70-80)

B. Alhamdu lillahi rabbil alamin

10. Memasang Pintu dan Jendela

Pintu dan jendela yang terletak di tengah dan di depan rumah fungsinya

untuk

ventilasi

atau

pengatur udara serta untuk keamanan. Tidak berbeda dengan ubun-ubun manusia yang harus diperhatikan dengan baik.

Bagi orang yang akan membuat pintu, faktor tingginya harus diperhatikan supaya kelihatan tegak lurus dan kelihatan kokoh.

Begitu pula ukurannya disesuaikan dengan tinggi tiang mulai dari atas lantai sampai ke blandar.

pada jaman dahulu, banyak

pintu

yang memakai engsel bagian atas dan bawah. Hal

itu

bisa dilihat pada pintu gerbang

Kraton

Jogyakarta

yang

mempunyai engsel

pada

bagian bawahnya dan Dalem Notoprajan yang mempunyai engsel atas.

Tetapi pada umumnya banyak pintu yang mempunyai engsel pada bagian tepinya serta memiliki tlundhak atau tumpuan yang berada

di depan pintu dan melekat

di

lantai. Benda tersebut fungsinya untuk memperkuat pintu agar tidak mudah didobrak dari luar.

Jumlah daun pintu taia.rata dua buah. Orang menyebutnya-

kupu tarung (kupu yang sedang berkelahi). Apakah model-model pintu hanya satu macam saja? Tidak, sekarang ada pintu dengan model tunggal, yang daun pintunya hanya satu. Dan di namakan

pintu

ineb-siji (menutup satu).

Pintu

semacam

ini

menurut pendapat sebagaian orang justru lebih kokoh, aman, praktis dan tentu saja ekonomis.

Pintu-pintu yang diceritakan di atas dibuat dari kayu. Tapi ada juga desa-desa yang membuatnya dari bambu. Pintu yang

seperti inilah modelnya slorogan.

Cara membuat pintu juga menurut hari-hari tert€ntu yang dianggap baik, seperti hari Jumat untuk, memasang pintu depan, hari Sabtu untuk memasang pintu samping, dan hari Rabu untuk memasang "lawan gandhok" (pintu beranda) serta yang terakhir, hari Kamis untuk pintu gerbang regol).

Yang dinamakan pintu samping ialah pintu yang terletak antara gandhok (beranda) dengan rumah besar; pintu geibang disebut juga pintu pagar atau teteg, dan pintu rumah ut:rma yaitu pintu yang terdapat pada pendhapa sampai pringgitan (tempat yang sering dipakai untuk memainkan wayang) dan dalem (rumah besar).

mula-mula ada pantangan bagi orang-orang Jawa untuk meletakkan pintu pekarangan lurus dengan pintu rumah, tetapi

pada jaman

sekarang pantangan seperti

itu tidak

begitu diperdulikan

oran& Pintu

dengan posisi

danikian

biasanya disebut pintu yang mempunyai bentuk sujen tems (t

eiluk

suien).

Konon,

kata

orang-orang, rumah yang memi,liki

pintu

yang demikian

itu

sering dirnasuki maling, atau penghuninya sering dimasuki angin alias masuk angrn. Sehingga untuk mencegahnya,

banyak

rumah

tradisional

yang pintu

halamannya terletak disamping pintu utama rumah.

Lalu, banyak juga orang yang memakai patokan

"kuna"

yaitu panjangnya diukur demudian dibagi lima. Menurut primbon .tersebut, bila pintunya menghadap ke barat, dihitungnya dari selatan. Sebaliknya bila pintunya menghadap ke utara penghitung- annya harus dari barat. Sedangkan bila pintunya menghadap ke

timur, perhitungannya dimulai dari utara.

Dengan hati-hati, orang Jawa membuat perhitungan hukum

kausal

atau sebab akibat, termasuk penyesuaian dengan mata angin, lalu terjadilah apa yang disebut klasifikasi "empat lima".

Selanjutnya klasifikasi tersebu

tidak

hanya berlaku pada hitungan pendirian bangunan saja.

Dari

situlah berkembang menjadi perhitungan pada pewayangan, kebatinan, pemerintahan, warna, hukun adat-istiadat, sastra seni dan seterusnya.

Kemudian

kami

persilahkan para pembaca menyaksikan bagan di bawah ini.

70

r

rycqtuDrml ,ntuog .g Iring Lor

l.

Mik,slamet

qnAatilnu?utults

't

konX linon-

mokolehi

o1o'otltuosway .g j. Kerusengkala,ala

ryapiDut 'tpopuotury 4- *ingmaupkewuh

PwDls'qltatg'l 'uop; tu1.t1 5. kngor, kumng becik

Keterangon:

l. Recik, slanct = t,(lik ddn selomal,

2. kborotg kong tinandon dari,makolehi = Poda prinsipnya, apo saja yong dikerjakan okon berhasil.

3'. Keno sangkala, ala : kring mendopt keelakaan.

4. Srlng ncmu pakcwuh = sering mengalami atou mendopot

ilnlangan.

5. Saagar, kuraag beci* = Angker, dan kurang baik.

*

U

.o

s

oos

!

:t

.\a

ftr

oo

I

-i

I

m

I

o

p5 iS

{

q,tr

q

!' E

aJE .&60

*

r+

s

l!

s

B

{

ao

E6 lrE .UV

-i go la! E

Etr

!oE

tIE

lsIE

lu

IE

,sta I

s {'

U

aa i'

:- EG

+ i'f,

G

s x

G! a Is

oa+s

s-a E.

.\

R

s' G

:

G

\

:lE

*

G

+

t

! '!/

'.ca0

!"

k

I

OO

]

a

+

s

0a

FG

s

.j

v

B q;

s

s

s \

v

N

I

l* *

t9 u

sl3. !

sii

s

qia=

$

o l-; .'i

tr

s

trE

k

-;

{

o c;

YP

^i la ao

a -i

{

I a

o\

m

{

o

A'5

0c

x

oJ

tr

+ t"

: x

$6

h

a

5 x

A

l,Jaq tung 'l Iring Lor 9. Bumi becik

l0aq 'oprx 'z

DID'DIDX 'E 7. Kolo elo

qD 'llDx 't 6. Kreto becik

lt)aq 'rwng .g 5. Bumi, becik

NDaq'Dprx '9 4. Koli, ala

DtD'DIDX 'l 3. Kala, ola

Dto'llDx '8 2. Kreta, becik

l,Jaq twng '6 Iring K idul

l.

Bumi becik

Sistem pe rh il ungan empat -sem bilan.

Keterangan:

L Bumi, baik.

2. Kereta, boik.

3. Kala, buruk.

4. Kali, buruk.

5. Bumi, boik 6. Kereta, baik.

7. Kala, buruk.

8. Kali, buruk.

9. Bumi, baik.

Pintu halaman itulah (di samping jendela) dianggap masih ada hubungan dengan keseluruhan arti dengan rumah dan pintu rumah. Dalam pembuatannya, jendela berbeda dengan pintu. Di samping itu jendela terletak berimbang di sebelah kiri dan kanan pintu. Seperti halnya pintu yang terdiri dari bentuk kupu-tarung (daun pintunya dua) dan ineb-siji (menutup satu), jendelapun demikian. Lihatlah pembagian dan namanya di halaman samping.

1)

9"

Xs s

\o >l

x

= s

tr

:-.

*

B

9 x

F

I

A. Dhudhan B. Monyelan.

Di sekeliling pintu atau jendela (termasuk bagian kayunya) sering diberi ragam hias garuda, panah dan hiasan kaligrafi.

Ragam hias seperti

ini

sudah dikenal sejak jaman Prasejarah.

Walaupun sudah berlangsung lama sekali terhitung sejak jaman perunggu, toh hiasan garuda tetap hidup dan mendarah daging pada bangsa kita. Bahkan dijadikan lambang negara.

Sempati dan Jatayu, dua ekor burung yang perkasa dalam cerita Ramayana, yang ditulis ribuan tahun yang

lalu, di

situ diceritakan tentang kecepatan terbangnya yang mentakjubkan.

Konon, hampir mendekati matahari. "Bersedia mengorbankan apa saja dalam membela kebenaran, tapi ganas dan tiada belas

kasihan terhadap tokoh-tokoh angkara murka, seperti Prabu Dasamuka". Demikian

kira-kira tulisan

Pujangga Walmini.

Benar tidaknya

cerita

Ramayana, yang

jelas

dalam cerita

Garudeya, seekor burung Garuda anak Wanita berhasil memper- oleh air kehidupan (Tirta amrta) sehingga para dewa bisa hidup abadi.

Berbeda dengan ragam hias garuda pada masa lalu, pada jaman sekarang ragurm hias tersebut (gurda) sudah menyebar pada

ukir-ukiran

kayu,

perak,

batik,

sampai kepada ragam hias bangunan rumah yang akan diceritakan sedikit di sini. Tapi ada yang hanya mengambil bagian sayapnya saja, yang disebut elar.

Wujud ragam hias peksi garudha

ini

terdiri dari gambar, pahatan relief, atau pahatan plastik. Dari yang sederhana sampai yang rumit. Ragam hias tersebut ada yang bercorak naturalistis (alamiah), simbolis dan ada pula yang distilisasikan (gestyleerd).

E

B. Monyelan

73

Ragam hias garuda yang terbuat dari bahan tembikar dahulu sangat sederhana. Akan tetapi lama kelamaan para pengrajin tembikar juga menyempurnakan diri sehingga berhasil membuat burung garuda dari bahan tembikar yang cukup rumit.

Setelah menerangkan tentang ragam hias panah yang terdapat pada pintu dan sebagainya, marilah kita membahas ragam hias panah.

Yang dimaksud panah di sini ialah anak panah. Bukan nama burung yang terbang

di

angkasa. Dan panah

ini

dalam bahasa Kawinya ialah warayang. Para pengukir biasanya menggambar- kannya lebih dari satu buah (bahkan sampai delapan) dan arah atau konsentrasinya menuju ke suatu titik.

Mereka

itu

menggambarkannya

juga

secara stilisasi, dan biasanya berupa segi empat panjang. Kebanyakan menggambar- kan delapan penjuru angin menuju ke titik-titik silang garis sudut-

menyudutnya.

Banyak ujudnya

yang

menunjukkan- relief tembus.

Kebanyakan rumah-rumah yang kerangka sampai dinding- dindingnya (gebyog)

tidak

dicat, demikian menurut penelitian, maka hiasan anak panahnya juga tidak dicat alias polos sesuai dengan kayunya. Dan bila diberi cat, jadilah hiasan anak panah yang sewarna dengan cat gebyognya. Motifnya bisa bermacam-ma cam. Banyak yang menggunakan warna hijau dengan garis tepi kuni.ng gading, maka hiasan anak panahnya

juga

demikian.

Sejumlah warna yang lain juga tidak berbeda pelaksanaannya.

Warna cat yang bolak-balok, atau yang hanya satu sisi saja tidak mengurangi keindahan ragam hias anak panah.

76

I

Dalam pembuatannya

tidak

selalu cara

relief

tembus,

walaupun ujudnya relief tembus, Jika seorang pengrajin menemui hal yang demikian , dia harus membuatnya dengan cara pasangan.

Banyak orang yang mengira

itu

relief tembus, padahal hanya pasangan. Mereka tahu

itu

sebetulnya kurang "sreg", tapi pada kenyataannya sistem pasangan malah lebih banyak pada saat sekarang ini.

Sikapnya yang mencerminkan senjata perang

ini,

banyak

"diperagakan" untuk "menjaga" bagian-bagian:-

a.

tebeng pintu, ialah bidang segi empat yang terletak di atas pin- tu. Entah pintu depan, pintu patang aring, pintu kamar, pintu gandhok, pintu kamar mandi dan seterusnya. ?okoknya sem- barang pintu.

b.

tebeng jendela, ialah bidang segi empat yang terletak di atas jen dela, boleh jendela mana saja.

ampir semua ragam hias seperti

ini,

secara teknis berfungsi sebagai ventilasi atau jalan udara agar terjadi peredaran udara yang segar dalam kamar

itu.

Selain

itu, untuk

menambah

penerangan pada kamar tersebut, atau "nampang"

di

tempat yang kosong.

Lalu gambar senjata yang berasal dari delapan penjuru angin yang selalu dijaga oleh Dewa Lokapala

ini

berkonsentrasi pada suatu

titik,

yang menyebar pada setiap jalan pintu masuk rumah.

Hiasan

itu

pasti memasang perangkap untuk menolak segala macam kejahatan dalam rumah tersebut. Hal ini memang sesuai

benar dengan keinginan setiap penghuni rumah maupun untuk merasakan ketenteraman, keamanan, dan juga kedamaian lahir batin.

Pada

pembuat hiasan

ini

biasanya

juga

mengerjakan pembuatan gebyog batang aring, pintu dan jendela-jendela, serta bisa dilihat dari cara-cara mengukirnya syarat-syarat tadi, berarti si pembuat adalah tukang kayu yang benar-benar mahir. Lalu bagaimana dengan hiasan

anak

panah yang terdapat pada masyarakat umum? Rata-rata sederhana ujudnya.

Setelah kita menikmati ragam hias anak panah, marilah kita melihat ragam hias yang ketiga, yaitu Kaligrafi.

Sementara ragam hias yang sudah diterangkan

di

halaman

depan banyak yang berbau

"Hindu",

ada juga para seniman yang menggunakan pola-pola

huruf Arab

sebagai dasar hiasan. Ini semuanya mengandung maksud tertentu, yang bukan kaligrafi sebenarnya dan nama sebenarnya belum ada yang mengetahui.

Menurut jenis diketahui, ada empat macam kaligrafi ini, antara lain:

a.

Huruf Arab yang dipahatkan atau digambarkan secara wajar.

b.

Huruf Arab yang distilisasikan hingga berujud hiasan.

c.

Huruf Arab yang dirangkum hingga berupa hiasan.

d.

Kata Jawa yang mirip dengan kata Arab yang berbentuk sesuai dengan yang dikehendaki.

Kebanyakan perwujudannya ada yang digambarkan, dipahat- kan beperti relief, dan perwujudan tiga dimensi.

Perwujudannya sebagai berikut :

a.

Tulisan: Subhanahu, yang tertulis dari kiri ke kanan berbentuk simetris. Terdapat pada kerangka bangunan dhadhapeksi, pada sebelah ujung-ujungnya.

b.

Urutan huruf Arab: mim, ha, mim, dan dhal (Mohammad) yang distilisasikan sedemikian rupa sehingga berbentuk hiasan bermotif padma, pada umpak, sebagai sitilisasi Songkok pada umpak sebagai motif sorotan pada balok kerangka bangunan, semuanya

untuk

mengagungkan asma

Nabi

Mohammad

s. A. w.

c.

Rangkaian huruf Arab: mim, ha, mim; dhal serta huruf: ra, sin, wau, lam, alif, lam, lam dan ta simpul. Dimaksudkan un- tuk menyebutkan: Mohammad Rasul allah. Tulisan ini distilisa si sedemikian rupa sehingga berbentuk hiasan dengan motif

putri morong

pada tiang.

78

{.1.J Kata waluh atau waloh tidak jauh berbeda dengan bunyi kata Allah. Walaupun begitu, diwujudkan berupa hiasan buah wa- luh (labu) sebagai lambang kata Allah. Hiasan yang demikian itu ditempatkan sebagai ujung pilar pada bangunan pagar tem- bok di lingkungan halaman masjid (lihat gambar di- bawah,

t"+.5

Ragam hias semacam kaligrafi di-atas biasanya menghiasi pu*ri mirong, songkok pada umpak, sorotan pada balok-balok kerangka bangunan. Hiasan tersebut berwarna ernas yang terbuat dari cat kuning atau bahan p*rada. Sedang pada perwujudan lainnya tidak memiliki warna. Apalagi yang berbentuk profil suatu umpak, jelas tidak mungkin diberi warna. Kecuali warna dasar sebelah kanan dan kirinya yaitu merah kecoklatan, atau hijau tua.

79

cl,lt

r fZ ) f \ (f\ \ r \v/ \Y/ !

<- --- ---,.,

Setelah ragam

hi

ya ditempatkan pada

kerangka

bangunan

ahng aring, tebeng,

tiang, pagar, temb Dan

terdapat ai

mana-mana, baik di desa maupun di kota.

t1

/\

L___ ,r __ _l

80

Dalam dokumen PDF perpustakaan.gunungsitolikota.go.id (Halaman 70-80)

Dokumen terkait