• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPACAYA.UPACARA YANG TERAKHIR

Dalam dokumen PDF perpustakaan.gunungsitolikota.go.id (Halaman 160-165)

r

Bab II[

UPACAYA.UPACARA YANG

-

kain bqngo tulak (kain yang ujungnya diwenter,deilganwapna biru atauhitam). Dipakai untuk menolak bahaya.

-

tukon pasar atau jajan pasar

/

macam-macam makanan yang di-

beli di

pasar,

dan dua

buah tampah

(nyiru).

Makzudnya memberi makan sang penunggu (dhanyeng) tanah agar tidak menganggu.

-

beras dan telor di dalam empluk (periuk kecil dari tanah liat) yang diletakkan di pojok rumah. Agar si pemilik ruinahsenantia- sa kecukupan sandhang pangan.

-

uripurip (ayam jantan), lambang keberanian dalam hidup..

-

berbagai macam jenang; jenang abang satu tampah, jeneng bero baro satu tampah. Maksudnya untuk memberi sesaji kepada ci.

ka[.efta] desa yang sudah meninggalkan mereka agar merelakan tanahnya untuk pembangunan rumah.

-

sega golong (nasi yang bulat-bulat) sebanyak sembilan tangkap - (Iodoh) melambangkan gumolongi

ati

atau kesepakatan hati

sekiluarga dalam membangun rumah.

-

nasi gurih (nasi dicampur santan), melambangkan persembahan untuk junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W. dan pa ra sahabatnya Abubakar, Usman, dan Ali.

-

kembang setaman (campuran bunga beraneka macam), maksud- nya agar para undangan yang datang merasa tenang dan kera- san.

-

tumpeng (nasi yang dibentuk seperti piramida), melambangkan keangungan Tuhan kepada hamba-nya.

Setelah para hadirin berkumpul, Pak Kaum mengucapkan sambutan ala kadarnya yang berhubungan dengan pertemuan tersebut.

Di

samping

itu

mendoakan agar semua yang terlibat dalam proses pembangunan rumah selamat tidak kurang suatu apa.pun.

Begitu sambutan selesai terus disusul dengan uiub (tujuan selamatan) yang ditujukan kapada Tuhan, Nabi Adam dan Siti Hawa, Nabi Muhammbad S.A.W. dan sahabat yang empat, wali leluhur yang ciisemayamkan

di

Tegalarum (Sunan Mangkurat), Kotagedhe (Penembahan Senopati)

dan di Imogiri

(Sultan

Agung).

r62

Bunyi ujub tersebut seperti di bawah ini:

"Bagindha Haleluyar, Bagindha Kilir Ngali, Ingkang rumeksa lautan,, daratan, mbokbilih wonten kalepalau anggenipun nyawuk toya sacawuk, angggnipun nyoklck kayu sacoklek, anggenipun anyerateni wilujengan, nyuwun berkah, salumahing bumi, salumahing langit, kutu-kutu walang atogo, nganut serengating

Kanjeng

Nabi dipun suwun barokah pangestunipun wilujeng rpunika. Amin.

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar- ArtinYa:

- "Baginda Haleluyar, Nabi Khidir serta Baginda

Ali,

yan3

menjaga daratan dan lautan- Bila ada kesalahan dalam mengambil air setetes, memotong kayu satu ranting, dan dalam memimpin selamatan. Hamba mohon berkah dan doa rtxtu. Selain itu, agar apa saja yang berada

di

atas

bumi serta dikolong langit, seperti binatang-binatang hutan menganut syariat Kanjeng (yang Mulia) Nabi. Sekali lagi hamba mohon

doa

restu dalam selamatan

ini.

Amin.

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar.

Pekerjaan selanjutnya

ialah

memasang bagian kerangka bangunan. Hal ini dilakukan dengan hati-hati agar suasana yang bersifat sakral dan religius tetap terjaga.

Pada waktu para pekerja mendirikan tiang, kain bangun tulak yang telah disiapkan dipasang pada ujungnya. Setelah itu memasang blandar dan pengeret. hal itu sudah berarti memasang janggrungan tanpa ander-ander. Kalau mau memasang ander, sejumlah pekerja,

yaitu

sebanyak empat orang,

naik di

atas

pengeret. setelah ander dipasang

di situ,

barulah

Molo

atau

survungan dipasang di atasnya.

Pekerja yang menunggu

di

bawah segera menyerahkan sesajian yaitu padi bunting (pari meteng), kelapa gading muda, pisang raja, pohon tebu yang disebut tuwuhan (tumbuh-tumbuh- an) untukdiletakkan

di

atas pengeret. Jangan lupa pula untuk meletakkan perlengkapan makan

sirih

dan cermin kecil. Dan orang lainnya juga sibuk menanam beras, air dan telur yang srrdah dimasukkan ke dalam empluk ke tengah lantai atau jogan. lJntuk

./

163

rumah

joglo

ditambah dengan darah kambing

jantan

yang sebelumnya sudah disembelih

di

atas uleng (tumpukan kayu di atas saka guru rumah joglo).

malamnya diadakan tirakatan dengan jalan lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk) setelah sebelumnya menikmati hidangan kenduri.

Di samping upacara seperti di atas, setelah 35 hari (selapan) diadakan upacara tambahan yang disebut selapan. Upacara ini

tidak

berbeda dengan yang dilakukan para

ibu

yang sedang mengadung yakni bulan ke 3,7 dan ke 9. Yang jelas kalau sudah di atas 35 hari rumah iersebut sudah dianggap kokoh.

Tepat pada

hari

yang ditentukan,

yaitu

sesudah Isya, orang-orang sudah hadir semuanya. Banyak

pula

yang telah mengadakan persiapan agar malamnya kuat berjaga (tidak tidur) sampai pagi. Tidak lama kemudian hidangan kenduri sudah disiapkan dalam suasana yang cukup khidmat.

Soal hidangan yang disediakan,

hal itu

tergantung dari kemampuan si pemilik rumah. Kalau

ia

cukup mampu, maka hidangan selapanan berupa tumpeng lengkap yang diletakkan di antara besek yang berjajar. Tumpang itu berisi nasi putih dengan sayur-mayur yang lengkap. Ditambah lagi dengan kue-kue seperti jenang sengkala atau jenang makutha, jenang putih, jenang ireng (hitam), jenang dhadhu, dan jenang merah. Semuanya ini untuk menghormati saudara yang berada

di

dalam badan wadag kita, yaitu sedulur papat lima pancer (termasuk tembuni yang dianggap bernyawa). Kalau yang bersedia di atas tikar hanya besek dan lauk gudhangan (sayuran yang diramu dengan parutan kelapa), pisang raja dan tempe, berarti yang punya hajad termasuk orang yang tidak mampu.

Setelah semua hadirin (yang memakai sarung dan kopiah).

memasuki rumah, mereka segera bersila di atas tikar. Setelah Pak Kaum mengucapkan doa ala kadarnya, tumpeng boleh dipotong- potong untuk dinikmati secara bersama-sama. Kadangkadang ada yang langsung pulang membawa besek.

i

l'.

I I

t@

Buku lcin ycng perlu crndcr

dcrpotkon segercl

Darmanlo Yatman, dkk SEBUTLAH IA BUNGA Kumpulan Sajak oleh Penyair-penyair

Kampus UNDIP RM.lsmunandar

JOGLO

Arsitektur Rumah Tradisional Jawa Suyadi Respationo UPACARA MANTU JANGKEP

GAGRAG SURAKARTA Drs. F.Soetarno ANEKA CANDI KUNO

DI INDONESIA Sambudhi

JAZ,

Sejarah dan tokoh tokohnYa Made Sudi Yatmana, disumbagani Ki NarTosabdho

SIMPANG LIMA Sarojaning Jiwa Loka KumPulan

Gegurhan Basa Jawa

Gary Provos lOO CARA

Untuk Peningkatan Penullsan Anda Hadi Santoso

GAMEI-AN Tuntunan Memukul Gemelan

RM lsmunandar WAYANG Asal-Usul dan jenisnya Amir Maftosedono, SH

SEJARAH WAYANG Silsilah, jenis, Sifat dan Cirinya

Drs. Soedjarwo DI SEKITAR BAHASA INDONESIA

Kumpulan Karangan Drs. Sodjaruo DI SEKITAR SASTRA INDONESIA

Kumpulan Karangan Amir Martosedono, SH MENGENAL SENJATA TRADISIONAL

Mas Ngabehi Wirosoekad ga MISTERI KERIS

Asal Usul Keris

J

Dalam dokumen PDF perpustakaan.gunungsitolikota.go.id (Halaman 160-165)

Dokumen terkait