hukum lain, yaitu metode eksposisi, metode sinonimasi dan metode-metode yang lain.170
apabila hendak menjelaskan kata "kepentingan" maka dibuatlah kalimat yang menggunakan kata "kepentingan" sebagai berikut: Orang mempunyai kepentingan dalam perbuatan atau kejadian. Kemudian dibentuklah kalimat lain yang tidak mengandung kata "kepentingan" namun maknanya sama. Perbuatan atau kejadian itu menimbulkan untung rugi. Kemudian kalimat tersebut diganti menjadi kalimat berikut: Orang mempunyai kepentingan dalam suatu perbuatan atau kejadian, kalau perbuatan atau kejadian itu mengakibatkan untung atau rugi.
Metode Definisi
Agar arti istilah yang digunakan itu jelas, maka perlu ditetapkan definisi yang benar. Sekali ditetapkan definisi tentang suatu istilah, untuk seterusnya istilah itu digunakan dalam arti yang sama. Selama sebuah istilah belum jelas arti dan definisinya, maka kemungkinan besar akan menggunakannya dalam berbagai arti dan dengan demikian akan dapat ditarik kesimpulan yang salah.
Namun sebelum menetapkan definisi suatu istilah, baiklah diketahui terlebih dulu apakah sebetulnya definisi itu.
Definisi merupakan suatu pernyataan tentang arti suatu lambang. Kata- kata merupakan salah satu jenis lambang. Kata atau kata-kata yang akan diberi definisi/didefinisikan disebut definiendum, sedangkan kata atau kata-kata yang digunakan untuk memberi definisi disebutdefiniens.171
Definisi adalah suatu pernyataan yang eksplisit tentang arti suatu istilah.
Arti –seperti telah diketahui- terdiri atas lambang-lambang pokok dari istilah itu, dan definisi adalah pernyataan secara eksplisit tentang lambang-lambang itu,
171Sudikno Mertokusumo 1,Op.cit.,hlm. 74.
tidak kurang dan tidak lebih.
Tujuan definisi adalah; menjelaskan kata, meengurangi kekaburan arti kata, menghindari kata-kata yang yang berwayuh arti atauambiguitas, dan untuk menambah kosa kata.
Ada 5 (lima) tipe definisi:
1. Definisi yang memberi arti kepada kata-kata baru atau membari arti baru kepada kata-kata lama atau definisistipulatif.
2. Definisi yang menetapkan arti kata menurut bahasa sehari-hari atau definisi leksikal.
3. Definisi yang merinci arti kata.
4. Definisi yang teoritikal.
5. Definisi untuk menambah kosa kata.
Ada 2 (dua) cara dalam membuat definisi.
1. Denotative definition, yaitu yang berkaitan dengan hubungan semantik antara suatu bahasa dengan benda yang diterapi/dikenai oleh suatu bahasa itu, yang bersifat menentukan atau memberi ciri-ciri. Denotative definition ada 3 (tiga) macam, yaitu dengan memberikan contoh-contoh, dengan menyebutkan sub- class (kelas-kelas yang lebih rendah) misalnya orang ttua adalah ayah dan ibu, dan dengan menunjuk pada suatu benda.
2. Connotative definition, yaitu yang memiliki mkna tautan.Connotative definition ada 3 (tiga) macam:
a. Synonymous definition yaitu dengan menunjuk kata lain yang mempunyai arti sama.
b. Operational definitionyaitu dengan menetapkan arti kata dengan menjelaskan apabila dilakukan dengan tindakan tertentu akan membuahkan suatu hasil.
Contohnya, benda disebut rapuh apabila benda itu hancur atau pecah hanya karena disentuh secara ringan.
c. Definitie per genus et differentiam, yaitu bahwa dalam membuat definisi disebutkan kelas yang tertinggi atau genus terlebih dahulu, baru kemudian kelas yang lebih rendah atau species, dengan ciri-ciri yang esensial. Dalam hal membuatdefinitie per genus et differentiamini tidak boleh terlalu luas atau terlalu sempit, dan tidak boleh berpengertian negatif, dalam arti harus menetapkan secara positif definiendumdan tidak boleh ambiguitas arti serta harus menyebutkan atribut esensial darispecies.172
Cara yang terbaik untuk menyatakan lambang-lambang pokok secara eksplisit ialah dengan menetapkan definisi mengenai istilah per genus et differentia, yaitu dengan menyatakan arti porximate genus dan differentia istilah itu. Dengan menyatakan arti genus berarti menunjukkan kelasnya karena telah menyatakan semua lambang umum yang terdapat pada berbagai species dalam genus yang sama dan dengan menyatakan differentia dapatlah menyatakan lambang-lambang khusus yang membedakanspeciesitu.
Jadi dengan menetapkan definisi per genus et differentia, maka dapat menetapkan kelas dengan lambang atau lambang-lambang yang membeda- bedakan anggota kelas itu.
Aturan Definisi.
172Sudikno Mertokusumo 1,Ibid.hlm. 75.
1. Suatu definisi tidak boleh lebih atau kurang daripada arti istilah.
Arti terdiri atas lambang-lambang pokok dan umum, lambang-lambang yang tidak pokok tidaklah merupakan arti. Jika peraturan –demikian- ini tidak diikuti, mungkin definisi akan lebih luas atau lebih sempit daripada arti istilah dan kedua hal ini merupakan kesalahan. Jika definisi menyatakan lebih banyak daripada arti, lambang-lambang yang dikemukakan mungkin berupa property (sifat), accident (kebetulan) tak terpisahkan atau accident terpisahkan. Jika definisi itu menyebutkan property, maka menyatakan sesuatu yang berlebihan dan terjadilah kesalahan yang disebut redundant definition atau definisi yang berlebihan. Jika kelebihan itu mengenai accident tak terpisahkan, kesalahan itu disebut accidental definition atau definisi kebetulan dan jika mengenai accident terpisahkan disebut definisi yang terlalu sempit, sebab property hanya terdapat pada beberapa anggota kelas saja, sehingga definisi itu hanya berlaku bagi kelas itu saja. Jika definisi tidak meliputi semua arti istilah terjadilah kesalahan dan definisi ini disebut definisi yang terlalu luas, sebab definisi meliputi benda- benda yang lebih banyak jumlahnya daripada benda-benda yang sebenarnya ditunjukkan oleh istilah itu.
Apabila memberi definisi tentang “manusia” bahwa manusia adalah hewan, maka istilah hewan tidak hanya berlaku bagi manusia tetapi juga segala jenis hewan, dengan demikian istilah-istilah manusia akan meliputi semua hewan yang sebenarnya tidak termasuk ke dalam kelas manusia. Jadi istilah itu meliputi juga benda-benda yang sebenarnya tidak termasuk ke dalam denotasinya (tandanya) dan definisi itu menjadi terlalu luas.
2. Definisi tidak boleh dinyatakan ke dalam bahasa yang samar-samar (kabur), haruslah lebih jelas daripada istilah yang didefinisikan.
Pelanggaran terhadap aturan ini mengakibatkan kesalahan yang disebut figurative definition (definisi secara klas) atau absure definition (definisi yang samar-samar).
Contoh: Kebutuhan adalah pokok penemuan. Burung adalah yang pandai terbang. Kuda adalah yang berkaki empat, dan lain sebagainya.
3. Definisi tidak boleh diberi istilah yang didefinisikan atau sinonimnya.
Pelanggaran terhadap aturan ini mengakibatkan kesalahan yang disebut circular definition atau definisi yang berbelit-belit. Misalnya binatang adalah hewan, dan lain sebagainya.
4. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bentuk negatif apabila masih mungkin dinyatakan dalam bentuk positif.
Definisi harus menyatakan apa artinya dan tidak boleh menyatakan apa yang bukan artinya. Proposisi (dalil) negatif tidak menyatakan artinya, melainkan selalu menyatakan apa yang bukan artinya. Akan tetapi ada kalanya tidak mungkin dapat memberikan definisi dalam bentuk positif dan dalam hal semacam ini peraturan itu tidak berlaku valid atau sah. Pelanggaran terhadap peraturan ini menimbulkan kesalahan yang disebut definisi negatif. Contoh.
Benar adalah tidak salah. Kebenaran adalah bukan kebohongan. Bangun adalah bukan tidur.
Jadi definisi harus mencukupi, tepat, jelas, tidak boleh bersifat ulangan yang tidak berguna dan negatif. Akan tetapi karena memberikan definisi per
genus et differentia, akan didapati kemudian bahwa beberapa istilah tidak dapat didefinisikan sama sekali. Misalnya istilah-istilah yang merupakan summum genus, nama-nama benda abstrak tunggal, nama diri. Summum genus tidak dapat didefinisikan karena tidak dapat ditempatkan di bawah suatu genus sebab ia merupakan genus yang tertinggi. Kata benda abstrak tunggal tidak dapat didefinisikan karena merupakan lambang-lambang elementer atau sederhana dari padanya. Nama diri atau individu tidak dapat didefinisikan karena ia tidak mempunyai arti.173
Seperti halnya pengetahuan-pengetahuan ataupun ilmu-ilmu yang lain, maka sudah sewajarnyalah apabila seseorang yang ingin mendapat pandangan yang jelas tentang sesuatu yang hendak dipelajari, dalam dirinya timbul berbagai pertanyaan, di antaranya ialah pertanyaan tentang apa yang dipelajari itu.
Sehingga dalam kajian ilmu hukum, pertanyaannya adalah apakah ilmu hukum itu. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah berupa definisi atau pengertian. 174
Meskipun disadari bahwa definisi tidak akan pernah dapat menampilkan dengan sempurna tentang pengertian sesuatu yang dikandungnya, di samping setiap orang selalu berbeda gaya dalam mendefinisi suatu pengertian atau masalah, pada setiap penyelidikan permulaan suatu ilmu ataupun pengetahuan, sudah lazim dibuka dengan membicarakan definisi. Tindakan ini ditempuh mengingat dalam keanekaragaman itu terdapat persamaan-persamaan prinsip yang dapat mengantarkan pada garis besar masalah, medan gerak dan batas dari pengetahuan ataupun ilmu yang hendak diselidiki. Sudah barang tentu
173Partap Sing Mehra, 1986, Pengantar Logika Tradisional,Binacipta, Bandung,hlm. 29.
174Soenarko, 1975,Filsafat Logika I,Fakultas Hukum, Universitas Negeri Jember, hlm. 9
pengetahuan yang diantar oleh sebuah definisi tidak sejelas yang didapat bila dibanding dengan setelah akhir penyelidikan. Karena itu, definisi yang bertugas sebagai pembuka pintu, tidak mengandung bahaya selama dipandang sebagai tempat pengenalan sementara yang dapat digeser ke arah kesempurnaan yang lebih lanjut.175