• Tidak ada hasil yang ditemukan

اَف َكِئٰٰٓلو

2. Metode Muraja’ah

a. Pengertian Metode Muraja’ah

Metode merupakan hal yang diperlukan oleh Guru, metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan muraja’ah adalah pengulangan, artinya muraja’ah secara kontinyu akan menguatkan hafalan. Muraja’ah secara kontinyu lebih penting dari hafalan itu sendiri. Muraja’ah secara kontinyu itulah hakekat dari menghafal. Tidak mungkin bisa menghafal Al-Qur’an tanpa kontinyu melakukan muraja’ah (pengulangan). Tanpa muraja’ah, hafalan akan cepat lepas dan tidak lama. Sering muraja’ah berarti sering membaca Al-Qur’an. Sehingga, metode muraja’ah (Pengulangan) yaitu upaya mengulang kembali hafalan yang sudah pernah dihafalkan untuk menjaga dari lupa dan salah.51Untuk itu, muraja'ah sangat penting untuk menjaga hafalan Al-Qur'an agar tidak hilang. Muraja'ah memang sulit untuk dilakukan secara konsisten, tetapi jika kita selalu membiasakannya maka akan menjadi terbiasa dan tidak nyaman ketika tidak dilakukan.

Kata muraja'ah, merupakan mashdar dari kata kerja raja'a (

َع َجا َر

)-

yuraji'u (

ُع ِجا َر ُ ي

), yang berarti kembali atau pulang.52 Selanjutnya, kata

51 M.Ilyas.”Metode Muraja’ah Dalam Menjaga Hafalan Al-Qur’an”, Jurnal Pendidikan Islam, vol. 5, no. 1 (2020): 12.

52 Cece Abdulwaly, Pedoman Muraja’ah Al-Qur’an (Sukabumi: Farha Pustaka, 2019), 72-74.

muraja'ah sendiri kemudian diartikan dengan meninjau ulang, memeriksa kembali dan mengecek. Mengulang hafalan Al-Qur'an disebut muraja'ah karena ia tidak dapat dilakukan kecuali setelah kembali dulu ke belakang, lalu maju lagi. Maka dapat disimpulkan bahwa, muraja'ah hafalan Al- Qur'an adalah upaya untuk kembali mengulang-ulang dan mengecek apa yang sudah dihafalkan sebelumnya, agar hafalan Al-Qur'an menjadi semakin kuat dan terjaga.53 Muraja'ah atau mengulang-ulang hafalan Al- Qur'an ini merupakan satu paket yang tidak boleh terpisahkan dari menghafal Al-Qur'an itu sendiri.

Sementara itu, hafalan yang diulang tentu saja adalah hafalan yang sudah didapatkan dengan baik sebelumnya atau yang sudah diperdengarkan oleh guru atau Kyai. Hafalan yang sudah diperdengarkan di hadapan guru atau Kyai yang semula sudah dihafal dengan baik dan lancar itu memang terkadang masih saja, bisa jadi terlupakan atau bahkan mungkin menjadi hilang sama sekali jika ditinggalkan. Karena itu harus dilakukan muraja'ah atau mengulang kembali hafalan yang telah dihafal dan diperdengarkan tersebut. Muraja'ah biasanya digunakan sebagai istilah untuk mengulang yang sudah hafal sebelum masa ingatannya berakhir dan dilakukan sebanyak-banyaknya guna menjaga dan meningkatkan kualitasnya, baik dari sisi kelancaran tajwid, kefasihan, dan penguasaan hafalan.54 Hal tersebut bisa dilakukan sendiri maupun

53 Cece Abdulwaly, Pedoman Muraja’ah Al-Qur’an (Sukabumi: Farha Pustaka, 2019), 72-74.

54 Abdulwaly, 72-74.

berjamaah atau dalam bentuk setoran. Setiap orang yang menghafalkan Al-Qur'an mempunyai kewajiban untuk selalu menjaga hafalannya dengan cara muraja'ah. Pondok pesantren manapun atau sekolah-sekolah yang mengadakan pendidikan Tahfidz Al-Qur'an pasti memberikan perhatian khusus untuk memuraja'ah ini walaupun pelaksanaannya berbeda-beda.

Memuraja'ah hafalan Al-Qur'an sendiri, sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya merupakan metode yang paling pokok untuk tetap memelihara hafalan Al-Qur'an supaya tetap terjaga. Sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menghafal dan memelihara hafalannya dengan baik, jika ia tidak menjadikan muraja'ah sebagai cara yang dilakukannya untuk menjaga hafalan tersebut.

Meskipun banyak metode menjaga Al-Qur'an, tetapi metode muraja'ah lah yang paling menentukan keterjagaan hafalan Al-Qur'an. Ketika seorang hafidz Al-Qur'an mengulang-ulang ayat yang ia hafal maka ketika pula kekuatan hafalannya akan semakin bertambah. Maka intinya pengulangan adalah sesuatu yang harus dilakukan agar tidak kehilangan apa yang telah kita hafal sebelumnya. Mengulang-ulang hafalan Al- Qur'an menggunakan waktu dan tenaga yang lebih banyak. Terkadang penghafal Al-Qur'an merasa hafalnya sudah sangat kuat hingga tidak sabar untuk terus menambah, padahal kondisi hafalan seperti ini walaupun sudah lancar namun ia belum masuk ke memori jangka panjang. Di sisi lain juga tidak sabar ingin menambah, padahal bukti hafalan sebelumnya

masih rawan sebab jika sudah kuat keinginan menambah dan mengulang itu sama.

b. Pentingnya Muraja'ah Bagi Penghafal Al-Qur'an

Diantara pentingnya muraja'ah dalam menghafal Al-Qur'an adalah agar hafalan tidak terlupakan. Lupa sendiri adalah penyakit, dalam mempelajari ilmu. Ibnu Mas'ud sebagaimana dikutip dari sunan ad- Darimi, mengatakan sesungguhnya: "Segala sesuatu itu mempunyai penyakit dan penyakit dari ilmu itu adalah lupa".

Jika hafalan Al-Qur’an dibiarkan maka akan membuat hafalan menjadi rusak dan tidak sempurna bahkan bisa benar-benar hilang dari ingatan penghafalnya, walaupun dari satu sisi menghafal Al-Qur'an memang sudah dijamin mudah oleh Allah, namun di sisi lain ia juga mudah lepas dari ingatan penghafalnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Jagalah Al-Qur'an demi zat, yang mana jiwaku berada di dalam genggamannya, semuanya Al-Qur'an sangat mudah lepas daripada seekor unta yang berada dalam ikatannya". (HR. Al-Bukhari)55

Dari hadis di atas kita juga dapat mengambil pelajaran bahwa, apabila Al-Qur'an yang dihafalkan tidak diberi perhatian, maka menurunlah ingatan kita dan hafalan pun bisa berangsur-angsur hilang dari ingatan, untuk itu diperlukan pemantauan dan kerja keras yang terus-menerus dan kemudian kita sebut dengan muraja’ah. Jadi, metode muraja'ah merupakan solusi untuk selalu mengingat hafalan atau melestarikan dan

55 Cece Abdulwaly, Pedoman Muraja’ah Al-Qur’an (Sukabumi: Farha Pustaka, 2019), 72-74.

menjaga kelancaran hafalan Al-Qur'an kita. Tanpa adanya muraja'ah, dari yang tadinya sudah lancar dia selalu bisa kembali menjadi tidak hafal.

Hikmah dibalik mudahnya Al-Qur'an lepas dari ingatan menghafalnya adalah bahwa memang yang Allah kehendaki dari menghafal Al-Qur'an adalah supaya menghafalnya setia bersama Al-Qur'an, senantiasa mengulang-ulangnya, memperbaiki kualitas hafalannya, baik dari sisi bacaan, pemahaman maupun pengamalan. Kelancaran hafalan bukan utama dari menghafal Al-Qur'an, dia hanyalah buah dari keistiqomahan dan kerja keras dalam menghafal dan mengulang-ulangnya. Karena itu lafal yang sudah lancar, tidak berarti bahwa ia sudah menjadi tidak perlu lagi banyak diulang-ulang, justru seharusnya seorang penghafal Al-Qur'an memanfaatkan kelancaran hafalan tersebut untuk semakin meningkatkan interaksinya dengan Al-Qur'an hingga benar-benar merasakan nikmatnya hidup dalam naungan Al-Qur'an.56

Dan muraja'ah merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan hafalan. Ketika Allah sudah melihat kesungguhan kita dalam menjaga dan mensyukuri nikmat-Nya, berupa hafalan tersebut, tidak ada pilihan kecuali pasti Allah tambahan hafalan kita lebih banyak. Bukan hanya hafalan, Allah akan juga tambahkan kemudahan-kemudahan dalam proses menghafal. Sehingga, mensyukuri hafalan, sudah mewakili pentingnya muraja'ah.57

56 Cece Abdulwaly, Pedoman Muraja’ah Al-Qur’an (Sukabumi: Farha Pustaka, 2019), 72-74.

57 Ahmad Khoirul Anama, Seni Bahagia Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2021),50.

c. Konsep Metode Muraja'ah

Menurut KH A. Muhaimin Zen, yang dikutip Umar al-Faruq, ada beberapa metode muraja'ah, baik dalam proses menghafal maupun setelah menghafal Al-Qur'an, yaitu:58

1) Muraja’ah Sendiri

Seseorang yang menghafal Al-Qur'an harus bisa memanfaatkan waktu untuk ziyadah (menambah hafalan) dan muraja’ah (mengulang hafalan). Hafalan yang baru harus selalu minimal dua kali setiap hari, dalam jangka waktu satu minggu. Sementara hafalan yang lama harus dimurajaah setiap hari atau dua hari sekali. Artinya, semakin banyak hafalan harus semakin banyak pula waktu yang dipergunakan untuk mengulangi hafalan.

2) Muraja’ah Dalam Shalat

Setelah menghafal, hendaknya seorang yang sedang menghafal Al- Qur'an membaca hafalannya di dalam shalat, baik sebagai imam maupun dalam shalat sendiri. Selain menambah keutamaan, juga menambah semangat karena adanya variasi dalam bacaan, cara ini juga akan menambah kemantapan hafalan.

3) Muraja’ah Bersama

Seorang yang menghafal Al-Qur'an melakukan muraja'ah bersama dengan dua teman atau lebih. Misalnya, duduk melingkar dan setiap

58 Yusra, "Penerapan Metode Muraja'ah Dalam Pembelajaran Tahfidzul Qur'an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Imam Syafi'i Kota Bitung", Journal Of Islamic Education Policy, vol.

4, no. 2 (2019): 72-76.

orang masing-masing membaca satu halaman, dua halaman, atau ayat per ayat. Ketika salah satunya membaca, yang lain mendengarkan, sekaligus membetulkan jika ada yang salah. Bisa juga dilakukan dengan membaca juz atau surat yang dihafal, dari awal sampai akhir secara bersama. Ini juga sangat bermanfaat untuk menguatkan hafalan.

4) Muraja’ah Kepada Guru atau Muhaffidzh

Seorang yang menghafal Al-Qur'an seharusnya menghadap guru untuk mengulangi hafalannya.59

59 Yusra, "Penerapan Metode Muraja'ah Dalam Pembelajaran Tahfidzul Qur'an di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur'an Imam Syafi'i Kota Bitung", Journal Of Islamic Education Policy, vol.

4, no. 2 (2019): 72-76.

43

BAB III

Dokumen terkait