• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Metode Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Al-Qur´an Anak di Desa Cikarang

5. Metode Pembiasaan

Setiap anak yang lahir itu berada dalam kondisi Fitrah, artinya jiwa anak itu dibekali dengan kecenderungan dan potensi keimanan, kesadaran agama, dan ketauhidan yang murni, meskipun dalam tahap yang masih sangat sederhana, orang tua dan lingkungan dekatnya yang berperan mengembangkan

17 Wawancara dengan Ibu Heni, Cikarang, 1 Juli 2019

kecenderungan dan potensi tersebut dalam kehidupan anak atau bayi itu selanjutnya.18

Setelah anak lahir, secara berangsur-angsur dia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, secara fisik, kognitif, emosional sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, banyak yang diperoleh melalui pembiasaan-pembiasaan yang berlangsung di tengah-tengah keluarganya.19 Termasuk dalam pembiasaan mengaji, anak harus dibiasakan dari kecil untuk selalu mengaji, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ibu Supriati (54) yaitu sekolah dan ngaji itu sudah ada waktunya, harus bisa membagi waktu, jika waktunya bermain silahkan bermain dan apabila sudah waktunya belajar anak harus meninggalkan dunia bermainnya, hal ini sudah diterapkan sejak kecil sehingga ketika sekarang ini anak sudah terbiasa tanpa harus disuruh terlebih dahulu. 20

Dari ungkapan Ibu Supriati ini bahwasanya anak tidak perlu setiap hari disuruh, hanya saja dibiasakan dari kecil, atau bisa juga disebut dengan hasil yang sekarang ini buah dari kerja keras kemaren, Ibu Supriati ini meskipun kesehariannya tidak selalu di rumah akan tetapi selalu membiasakan anaknya untuk selalu mengaji setiap selesai maghrib dengan membisakan menyuruhnya ke masjid terlebih dahulu, sesudah sholat di masjid anak langsung disuruh ke tempat pengajian, sehingga ketika sekarang ini Ibu

18 Tholhah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), cet ke-1, h. 108

19 Tholhah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), cet ke-1, h. 108

20 Wawancara dengan Ibu Supriati, Cikarang, 1 Juli 2019

Supriati tidak perlu untuk menyuruh ngaji, cukup dengan menyuruh maghrib pergi ke masjid nanti setelah sholat maghrib secara otomatis anak akan berangkat dengan sendirinya ke pengajian.

Gambar 4.5: Saat wawancara dengan Ibu Supriyati 6. Metode Pemberian Hukuman

Pemberian hukuman merupakan cara lain mendidik anak, jika pendidikan tidak bisa lagi dilakukan dengan cara memberikan nasihat, arahan, petunjuk, kelembutan, dan suri tauladan, maka dalam kondisi semacam ini, cara mendidik anak dengan memberikan hukuman dapat diterapkan, akan tetapi orang tua juga harus mengingat bahwa tidak semua anak dapat diperlakuakan dengan cara yang kasar, orang tua harus mengerti karakter anak, orang tua harus mencari cara agar apa yang

dijadikan hukuman orang tua kepada anak bertujuan memberikan pelajaran tanpa harus menjadikan anak menjadi trauma.

Orang tua memberikan hukuman kepada anaknya guna untuk mendorong agar anaknya mau belajar Al-Qur´an, yaitu ada Ibu Uum, sudah dijelaskan di atas bahwasanya selain Ibu Uum memberikan metode dengan nasehat, lalu memberikan hadiah juga Ibu Uum memberikan hukuman kepada anaknya jika tidak mau mengaji, Ibu Uum menuturkan bahwasanya anak disentil jika berbohong dalam mengaji, ketika pamitnya dari rumah mau mengaji akan tetapi tidak ada di tempat pengajian.21

Ibu Uum memberikan hukuman kepada anaknya ketika pamitnya berangkat ngaji akan tetapi ada laporan dari temennya kalau di tempat pengajian tidak ada Glen, lalu sepulang ke rumah Ibu Uum memberikan pelajaran kepada anaknya dengan disentil telinganya agar tidak mengulanginya kembali.

Ada juga Ibu Junaeni, Ibu dari Siti Romdiana, Ibu Junaeni juga memberikan pelajaran kepada anaknya ketika tidak mau mengaji, jika anak terlalu dimanja akan semakin ngelunjak, kalau anak tidak mau mengaji langsung saja dimarahi, demi masa depan anak juga, kalau anak nurut orang tua juga akan lembut dan jika anak tidak nurut langsung tidak segan-segan diberikan hukuman.22

Ibu Junaeni ini memberikan hukuman memarahi dengan nada keras jika anaknya tidak mau mengaji, bukan hanya dalam hal mengaji saja, dalam hal apapun jika anak tidak nurut Ibu Junaeni akan memarahinya, semua dilakukan demi masa depan anak juga,

21 Wawancara dengan Ibu Uum, Cikarang, 1 Juli 2019

22 Wawancara dengan Ibu Junaeni, Cikarang, 1 Juli 2019

karena anak adalah investasi di dunia dan di akhirat, anak akan menjadi penolong buat orang tua nantinya di akhirat kelak.

Ada juga pernyataan dari ibu Heni:“kalau dia gak mau nagaji ya jewer, dia udah gede gitu geh”.23 Dari pernyataan singkat ini Ibu Heni mencoba untuk menjelaskan bahwasanya jika anaknya tidak mau mengaji, Ibu Heni langsung saja mengambil tindakan dengan menjewernya untuk memberikan peringatan kepada anaknya, karena anak sudah menginjak dewasa harus sudah sedikit mengerti.

Ada juga Ibu Edah yang juga biasanya memberikan hukuman kepada anaknya jika tidak mau mengaji, yaitu anak biasanya kalau sudah malas tidak mau mengaji langsung saja diberikan hukuman, anak jika tidak mau mengaji akan menjadi apa jika sudah besar kelak, orang tua menginginkan yang terbaik buat anaknya, jika nanti kedua orang tua meninggal yang akan mengaji untuk orang tua juga anak. 24

Ibu dari jamaluddin (10) ini adalah membesarkan anaknya dengan suami barunya, suami yang pertama yaitu ayah dari Jamaluddin sudah meninggal, Ibu Edah ini ketika memberikan hukuman kepada anak tidak main-main, bisa penulis lihat dari cara berbicaranya, terlihat sekali jika Ibu Edah sangat menginginkan anaknya bisa mengaji sehingga jika anaknya membangkang tidak mau mengaji yaitu cara mendorong anak agak mau mengaji dengan memberikan hukuman.

23 Wawancara dengan Ibu Heni, Cikarang, 1 Juli 2019

24 Wawancara dengan Ibu Edah, Cikarang, 1 Juli 2019

Gambar 4.6: Saat wawancara dengan Ibu Edah

B. Pola Komunikasi Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Al-

Dokumen terkait