B. Pola Komunikasi Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Al- Qur’an Anak Qur’an Anak
2. Pola Komunikasi Membebaskan (Permissive)
Ketika Ibu Uum sudah memberikan nasehat kepada anaknya lalu anaknya berbohong dengan berpamitan mengaji akan tetapi di dalam pengajian tidak ada, maka Ibu Uum tidak segan-segan untuk memberikan hukuman agar anak jera dan tidak mengulangi perbuatannya kembali.
Selain Ibu Uum ada juga Ibu Edah yang juga biasanya memberikan hukuman kepada anaknya jika tidak mau mengaji, yaitu ketika anak sudah dinasehati sekaligus diingatkan dari awal akan konsekuensinya tetapi masih saja membangkang.
Pola komunikasi demokratis selanjutnya yaitu dengan memberikan cerita-cerita kepada anak agar anak mengambil hikmah dari cerita yang disampaikan, dengan melalui cerita tersebut anak akan semakin menjadi rajin dalam belajar.
Dalam pola komunikasi demokratis dengan menggunakan cerita yaitu dilakukan oleh Ibu Ida Farida, Ida Farida bersikap terbuka kepada anaknya dengan sering bercerita kepada anaknya, salah satu cerita yang dilakukan yaitu dengan menceritakan kejadian yang ada di lingkungan rumah yang dapat menjadikan anak takut jika ditiru, dengan itu anak yang tadinya tidak mau mengaji menjadi rajin dalam mengaji.
secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.
Dikarenakan para orang tua yang setiap hari kesibukannya selalu di sawah, dan hanya bertemu dengan anak yaitu pada saat sore hari, sehingga mereka jarang berkomunikasi dengan anak, mereka memberikan kebebasan kepada anak, yang terpenting orang tua sudah menyuruhnya, akan tetapi tidak menggunakan metode pendekatan agar anak mau mengaji.
Dalam pola komunikasi membebaskan ini ada ibu Inah yaitu sorang nenek yang sekaligus menjadi Ibu dari cucunya, disamping karena Ibu Inah setiap hari ke sawah dan juga faktor umur yang sudah lanjut sehingga perhatian yang diberikan kepada cucunya kurang, Ibu Inah (50) hanya sekedar menyuruh cucunya yaitu “ya kadang-kadang pagi-pagi kalo sekolah ya sekolah, kalo sore gitu suruh ngaji, ya kadang di suruh kadang juga gak”25
Ibu Inah hanya sekedar menyuruh cucunya jika sudah waktunya saja, itupun kadang disuruh dan kadang juga tidak, ini mengartikan bahwasanya Ibu Inah memberikan kebebasan kepada cucunya.
Selain Ibu Inah, ada juga Ibu Uti (50) yang memberikan kebebasan kepada cucunya dengan hanya sekedar mengingatkan tanpa adanya tindakan, Nenek dari Alfarizi, Ibu Uti ini merawat cucunya dikarenakan ditinggal pergi oleh Ibunya, sehingga perhatian yang diberikan bisa dibilang masih kurang, berikut ungkapan dari Ibu Ati, “gerak siap ngaji, atuh gitu aja neng biasanya kalo nyuruh ngaji, kalo sudah maghrib ya disuruh ngaji,
25 Wawancara dengan Ibu Inah, Cikarang, 1 Juli 2019
kalo waktunya sekolah ya sekolah gitu neng, atuh ya gitu aja terserah dia”26
Lalu selain Ibu Uti, ada juga Ibu Cucum (30), Ibu dari Melisa, Ibu Cucum ini ketika di wawacarai oleh penulis, beliau mengaku bahwasanya ketika menyuruh anaknya ngaji hanya saja sekedar disuruh, selebihnya dikembalikan lagi kepada anaknya, “disuruh belajar biar pinter, harapan orang tua mah ya begitu, Cuma ya itu terserah dia nya aja yang belajar mah, kalo mau pinter ya belajar, kalau gak mau pinter mah ya begitu aja di rumah”27
Maksud ungkapan dari Ibu Cucum yaitu biasanya habis maghrib disuruh ngaji dan disuruh belajar, harapan orang tua adalah agar anaknya menjadi orang yang pinter, tapi kembali lagi kepada anaknya kalau mau pintar ya belajar kalau tidak terserah anaknya.
Dari ungkapan Ibu Cucum, bahwasanya Ibu Cucum kurang berperan kepada anaknya, mungkin karena kesibukannya yang setiap hari ke sawah sehingga kurang ada waktu berkomunikasi kepada anaknya, jika anak tidak mau belajar bagaiamana peran orang tua agar anak mau belajar, bagaimana usaha dan cara yang diterapkan kepada anak agar anak termotivasi kembali, dan tidak cukup jika hanya sekedar disuruh.
26 Wawancara dengan Ibu Uti, Cikarang, 1 Juli 2019
27 Wawancara dengan Ibu Cucum, Cikarang, 1 Juli 2019
Gambar 4.7: Saat wawancara dengan Ibu Cucum
Memberikan metode bebas juga dilakukan oleh salah satu Ibu muda yang merupakan sampel termuda kedua setelah Ibu Uum yaitu Ibu Reta Anggraini (29), Ibu Reta ini mengaku bahwasanya jarang sekali jika berkomunikasi dengan anaknya yang bernama Reva (10), Ibu ini mengaku jika anaknya sering bermain bersama temennya sehingga jarang berada di Rumah, orang tua menginginkan yang terbaik buat anak akan tetapi anak tidak mau menuruti apa yang di inginkan orang tua, anak hanya bersikap cuek jika orang tua menyuruh mengaji, sehingga orang tua membebaskan anaknya. 28
Ibu Reta hanya sekedar menyuruh dan tidak ada metode khusus untuk mendorong agar anak termotivasi untuk mengaji,
28 Wawancara dengan Ibu Reta, Cikarang, 1 Juli 2019
anak perlu rangkulan dari orang tua, tidak hanya sekedar dibiarkan jika anak tidak mau dengan alasan karena yang penting orang tua sudah menyuruh, akibatnya anak kurang adanya perhatian khusus dari orang tua.
Gambar 4.8: Saat wawancara dengan Ibu Reta Anggraini 3. Pola Komunikasi Otoriter (Authoritarian)
Pola komuniaksi otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonami anak. Pola komunikasi otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.
Dalam pola komunikasi ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum, bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku, cenderung emosional dan bersikap menolak.
Dalam penelitian ini yang dilakukan pada 12 informan tidak ditemukan adanya pola komunikasi otoriter, para orang tua menggunakan pola komunikasi demokratis yaitu ada 8 orang tua, dan 4 orang tua menggunakan pola komunikasi membebaskan.
C. Kendala yang Dihadapi dalam Memotivasi Belajar Al-Qur´an