BELAJAR AL-QUR´AN ANAK
(Studi kasus di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Mashlahatul Ummah NIM. 15220009
PROGRAM KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR´AN (IIQ) JAKARTA
1440 H/2019 M
iv MOTTO
”JANGAN MENJELASKAN TENTANG DIRIMU KEPADA SIAPAPUN. KARENA YANG MENYUKAIMU TIDAK BUTUH ITU,
DAN YANG MEMBENCIMU TIDAK PERCAYA ITU”
(Ali bin Abi Thalib)
v
KATA PENGANTAR
ِللهاِب ُذوُعَ نَو ،ُهُرِفْغَ تْسَنَو ُوُنْ يِعَتْسَنَو ُهُدَمَْنَ ِوَّلِل َدْمَْلْا َّنِإ ِتاَئِّيَس ْنِمَو اَنِسُفْ نَأ ِرْوُرُش ْنِم
ُللها َّلاِإ َوَلِإ َلا ْنَأ ُدَهْشَأ،ُوَل َيِداَى َلاَف ْلِلْضُي ْنَمَو ُوَل َّلِضُم َلاَف ُللها ِهِدْهَ ي ْنَم ،اَنِلاَمْعَأ
،ُوَل َكْيِرَشَلا ُهَدْحَو ُدْعَ ب اَّمَأ ُوُلْوُسَرَو ُهُدْبَع اًدَّمَُمُ َّنَأ ُدَهْشَأَو
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kenikmatan yang begitu besar, tidak ada yang berjalan tanpa ada pengawasan dari-Nya, semoga keberkahan selalu terlimpahkan untuk kita semua. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita Muhammad Saw, yang telah menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang telah diridhai Allah Swt, beliaulah yang membawa Al-Qur´an yang menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari kita, semoga kelak mendapatkan syafa‟at darinya di hari kiamat.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sangat berjasa, untuk itu rasa terimakasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak diantaranya:
1. Ibu Prof, Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, M.A., selaku Rektor Institut Ilmu Al-Qur´an Jakarta, Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, S.H., M.Hum,. selaku wakil Rektor Institut Ilmu Al-Qur´an Jakarta, Bapak Dr. H. M. Dawud Arif Khan, SE., M.Si., AK., CPA., selaku wakil Rektor II, Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag., selaku wakil Rektor III.
vi
2. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha Lc., M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IIQ Jakarta
3. Bapak KH. Muhammad Haris Hakam S.H., M.A. selaku Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Bapak Isman Iskandar M.
Sos. selaku sekertaris Prodi komunikasi dan penyiaran Islam.
4. Bapak Ahmad Hawasi S.Si., M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan, juga kepada Bapak Isman Iskandar, M.Sos., selaku penguji I, Bapak M Hizbullah, S.I.Kom., M.A selaku penguji II, dan juga kepada Ibu Mamluatun Nafisah MA., selaku Sekretaris Sidang.
5. Bapak ibu dosen Institut Ilmu Al-Qur´an Jakarta yang sudah mau berbagi ilmu tanpa bosan-bosannya
6. Kedua orang tua tercinta bapak Sadiq dan ibu Kastiroh atas pengorbanan selama ini, sejak dalam kandungan sampai usia sekarang ini, yang tidak pernah bosan dan lelah dalam berdo‟a dan berjuang untuk anak-anaknya
7. Kedua Orang tua saya yang kedua, bapak KH. Miftachul Ulum dan ibu Hj. Nur Khoiriyah yang telah mendidik saya dari kecil hingga sekarang
8. Ibu Hj. Maria Ulfah dan bapak H. Mukhtar Ihsan selaku orang tua saya di pondok Pesantren Al-Qur´an Baitul Qurra
9. Kedua saudara saya Rahmat Trisnanto dan Tata Taqiyatuz Zahroh, serta semua keluarga besar yang sudah menjadi keluarga terbaik saya 10. Bapak Lurah desa Cikarang yang telah membantu dan mengizinkan
saya meneliti di desa Cikarang
11. Para warga desa Cikarang yang telah membantu proses penelitian skripsi ini dengan sangat antusias
vii
12. Teman-teman KPI angakatan perdana (2015) yang telah menemani berjuang dari awal hingga akhir
13. Sahabat saya Nely Andriani yang selalu mendorong dan menghibur dengan mengajak refreshing dikala rasa stres menghantui
14. Rekan kamar mbak Ainun, Bakha, Fina, Shinta, Shilvina, Iffah, Izzu, Azkia, Tina, dan semua teman-teman saya khususnya para santri Baitul Qurra yang selalu ada dan mendengarkan keluh kesah saya, serta teman-teman yang lainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
15. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahan ini, semoga apa yang telah kalian lakukan dibalas oleh Allah dengan sebaik-baiknya balasan, semoga apapun urusan kalian akan dipermudah oleh Allah sebagaimana kalian mempermudah urusan saya.
Jakarta, 27 Juli 2019
Mashlahatul Ummah
viii DAFTAR ISI
Cover Dalam ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Surat Pernyataan ... iii
Motto ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xii
Pedoman Transltiterasi ... xiii
Abstrak ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan ... 5
a. Identifikasi Masalah ... 5
b. Pembatasan Masalah ... 5
c. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Kajian Pustaka ... 7
F. Metodologi Penelitan ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Komunikasi Orang Tua terhadap Anak ... 19
1. Peran ... 19
ix
2. Komunikasi ... 20
a. Pengertian Komunikasi ... 20
b. Komponen-komponen Komunikasi ... 22
c. Proses Komunikasi ... 25
d. Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak ... 27
3. Pengertian Orang Tua dan Anak ... 29
a. Pengertian Orang Tua ... 29
b. Pengertian anak ... 30
B. Komunikasi Orng Tua terhadap Anak dalam Islam ... 32
1. Komunikasi Orang Tua terhadap Anak ... 32
2. Komunikasi Anak terhadap Orang Tua ... 36
C. Metode Orang Tua dalam Memberikan Motivasi Belajar Al- Qur´an Anak ... 38
1. Pengertian Motivasi ... 38
2. Pengertian Belajar ... 39
3. Metode Orang Tua dalam Memotivasi Anak ... 39
4. Urgensi Mempelajari Al-Qur´an ... 45
BAB III DESKRIPSI DESA CIKARANG KECAMATAN MUNCANG KABUPATEN LEBAK A. Realitas Desa Cikarang ... 53
1. Kondisi Geografis desa Cikarang ... 53
2. Struktur Pemerintahan desa Cikarang ... 55
3. Penduduk ... 56
4. Pendidikan ... 58
5. Sarana dan Prasarana ... 59
B. Harapan dan Tantangan ... 60
x
BAB IV ANALISIS PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AL-QUR´AN ANAK DI DESA CIKARANG KECAMATAN MUNCANG KABUPATEN LEBAK
A. Metode Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Al-Qur´an Anak
di Desa Cikarang ... 64
B. Pola Komunikasi Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Al- Qur´an Anak di Desa Cikarang ... 79
C. Kendala yang Dihadapi Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Al-Qur´an Anak di Desa Cikarang ... 88
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 100
CURRICULUM VITAE ... 108
xi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Batas-batas Wilayah Desa Cikarang Tabel 3.2 : Rincian Geografis Desa Cikarang
Tabel 3.3 : Rincian Penduduk Perkampung Desa Cikarang
Tabel 3.4 : Pekerjaan/Mata Pencahariaan Penduduk desa Cikarang Tabel 3.5 : Pendidikan Masyarakat Desa Cikarang
Tabel 3.6 : Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Cikarang Tabel 3.7 : Sarana dan Prasarana Peribadatan Desa Cikarang
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 : Tempat pengajian di Desa Cikarang
Gambar 4.2 : Bersama anak-anak sebelum kegiatan mengaji Gambar 4.3 : Saat wawancara dengan Ibu Sukanah
Gambar 4.4 : Saat wawancara dengan Ibu Ida Faridah Gambar 4.5 : Saat wawancara dengan Ibu Supriyati Gambar 4.6 : Saat wawancara dengan Ibu Edah Gambar 4.7 : Saat wawancara dengan Ibu Cucum
Gambar 4.8 : Saat wawancara dengan Ibu Reta Anggraini Gambar 4.9 : Saat wawancara dengan Ibu Heni
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab- Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
Arab Latin Arab Latin
أ a ط th
ب b ظ zh
ت t ع „
ث ts غ gh
ج J ف f
ح h ق q
خ kh ك k
د d ل l
ذ dz م m
ر r ن n
ز z و w
س s ه h
ش sy ء ,
ص sh ى y
ض dh
xiv 2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah a آ ى َ_ ai
Kasrah i ى و َ_ au
Dhammah u و
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif-lam (لا) qamariyah.
Kata sandang yang diikuti alif-lam (لا) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: ةرقبلا : al- Baqarah
b. Kata sandang yang yang diikuti oleh alif-lam (لا) syamsiyah.
Kata sandang yang diikuti alif-lam (لا) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh: لجرلا : ar-rajul
c. Syaddah tasyd d
Syaddah tasyd d dalam sistem aksara rab digunakan lambang ( ﹼ , sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasyd d turan ini berlaku secara umum, baik tasyd d berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh: اّنَمآ
ِللهاِب:
xv d. (ة)
(ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat ( ’ ), maka huruf tersebut dialihsarakan menjadi huruf
“h” . contoh: ُةَدِئْفَلاا : al-Af’idah
Sedangkan thah (ة) yang diikuti atau disambungkan dengan kata benda, maka dialihsarakan menjadi huruf “t”
Contoh: ٌةَبِصاَن ٌةَلِماَع: ` shibah e. Huruf kapital
Sistm penulisan huruf arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialihsarakan maka berlaku ketentuan PUEBI, seperrti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada PUEBI berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic), atau cetal tebal (bold) dan ketentuan lainnya dapun nama diri yang dia ali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah a al nama huruf, bukan kata sandangnya ontoh li Hasan al- ridh, khusus untuk penulisan kata Al- Qur´an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital.
Contoh: Al-Qur´an, l- aqarah, l- tihah, dan seterusnya.
xvi ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Peran Komunikasi Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Al-Qur´an Anak (Studi kasus di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak ” disusun oleh Mashlahatul Ummah (15220009) Mahasisiwa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur´an (IIQ) Jakarta.
Skripsi ini dilatar belakangi bahwasanya para orang tua di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak yang setiap hari pergi ke sawah dari pagi sampai dengan sore hari, sehingga komunikasi orang tua dengan anak kurang efektif.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana metode komunikasi orang tua dalam memotivasi belajar Al-Qur´an anak, bagaimana pola komunikasi orang tua dalam memotivasi belajar Al-Qur´an anak, dan apa saja kendala yang dihadapi dalam memotivasi belajar Al- Qur´an anak. Perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu berada pada objek penelitian, dan persamaannya yaitu tentang bagaimana peran orang tua dengan anak dalam memotivasi belajar, seperti contoh dari skripsi terdahulu yang berjudul peran orang tua terhadap motivasi belajar anak di sekolah (studi di SMP Muhammadiyah 1 Berbah Sleman Yogyakarta).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa pertama, metode komunikasi orang tua dalam memotivasi belajar Al-Qur´an anak, ada 6 bentuk yaitu metode peneladanan, metode cerita, metode pemberian perhatian dengan nasehat, metode membujuk dengan memberi hadiah, metode pembiasaan, metode pemberian hukuman. Kedua, pola komunikasi orang tua dalam memotivasi belajar Al-Qur´an anak, ada 2 bentuk yaitu pola komunikasi demokratis dan pola komunikasi membebaskan. Ketiga, kendala orang tua dalam memotivasi belajar Al-Qur´an anak, ada 4 yaitu permasalahan antar anak, malas dengan beralasan sakit, bermain, dan nonton televisi.
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dalam melakukan keberlangsungan hidup sehari-hari, tiada hari tanpa komunikasi, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu manusia membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup.
Melalui proses interaksi sosial tersebut seseorang akan memperoleh pengetahuan, nilai-nilai sikap dan perilaku-perilaku penting yang diperlukan dalam partisipasinya di masyarakat. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Zanden bahwa kita terlahir bukan sebagai manusia, dan baru akan menjadi manusia hanya jika melalui proses interaksi dengan orang lain.1
Salah satunya kita berinteraksi yaitu dengan berkomunikasi, komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang- lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (communicate).2 Di dalam keluarga komunikasi sangatlah penting, terutama komunikasi antara orang tua dengan anak, jika komunikasi orang tua baik maka bisa dipastikan komunikasi anak juga akan baik, keutuhan dan kehangatan keluarga tergantung dari baik dan buruknya komunikasi keluarga itu sendiri.
Sebagian besar anak yang memiliki pandangan bisa berpikir jauh kedepan dan mengetahui apa langkah yang harus ditempuh
1Zanden J, Sociology The Core, New york: Alfred A. Knopf, dalam skripsi karya Murizky Gayo dengan judul Komunikasi Orang Tua dengan Anak dalam Al-Qur´an, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Jakarta, h. 1
2 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: suatu pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 69
kedepannya adalah anak-anak yang mendapatkan pendidikan dan wawasan yang benar dari keluarganya, adanya dukungan positif dari keluarga sangatlah berperan sekali terhadap cara berpikir anak, apalagi anak-anak usia dini yang kemampuan kognitifnya masih belum bisa membedakan yang baik dan buruk juga emosinya masih sangat tidak stabil, jadi orang tua harus memberikan arahan dan bimbingan yang baik kepada anaknya.
Orang tua adalah panutan bagi anak-anaknya, karena mula- mula anak mengagumi orang tuanya, semua tingkah dan pemikiran orang tuanya akan ditiru oleh anaknya, orang tua sebagai pendidik yang utama dan yang pertama, oleh karena itu pengaruhnya sangat besar sekali.3
Anak diciptakan oleh Allah dengan dibekali pendorong alamiah yang dapat diarahkan ke arah yang baik atau ke arah yang buruk, Setiap anak yang lahir itu berada dalam kondisi fitrah, artinya jiwa anak itu dibekali dengan kecenderungan dan potensi keimanan, kesadaran agama, dan ketauhidan yang murni, meskipun dalam tahap yang masih sangat sederhana, orang tua dan lingkungan dekatnya yang berperan mengembangkan kecenderungan dan potensi tersebut dalam kehidupan anak atau bayi itu selanjutnya.4
Allah menegaskan bahwa salah satu tugas orang tua adalah mengantarkan anaknya agar bisa selamat dari api neraka dengan cara mengarahkan dan mendidiknya dengan benar, namun kenyataan ternyata berbicara lain. Ada beberapa studi ilmiah yang dilakukan oleh pusat penelitian sosial dan kriminalitas bekerjasama dengan
3Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), cet. Ke-4, h. 7
4 Tholhah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), cet ke-1, h. 108
organisasi UNICEF tehadap anak-anak Mesir tentang pendidikan anak, dari penelitian tersebut didapatkan data bahwa sebagian anak- anak tumbuh secara tidak wajar terutama dari aspek psikologis.
Sebagian besar mereka mengalami problem yang diakibatkan oleh cara membahayakan yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya. 5
Orang tua memiliki tanggung jawab memelihara dirinya dan keluarganya agar selamat dari api neraka, perintah ini ada dalam Al- Qur´an:
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At- Tahrim[66]; 6)
Orang tua sangat berperan sekali terhadap pendidikan dan belajar anak, orang tua harus memberi dan mengarahkan anak kepada hal-hal yang positif , orang tua harus menanamkan kesadaran kepada anak dan memberikan motivasi kepada anak agar anak menjadi pribadi dan nasib yang baik, termasuk dalam memotivasi anak dalam belajar Al-Qur´an.
Di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak, yaitu desa yang masih asri dan rindang akan pepohonan, udara yang
5 Muhammad Jamaluddin Ali Mahfudz, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2001) cet. Ke-1, h. 109
masih sejuk dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang mana di perkotaan banyak sekali industri-industri, bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan udara yang sudah tidak sehat lagi.
Jika di perkotaan segala sesuatu semua serba ada, listrik dan fasilitas serba ada, segala hal pendidikan tentunya sudah tidak diragukan lagi, tetapi beda halnya dengan di Desa Cikarang, karena jauh dari perkotaan masyarakat yang tinggal di sana masih bersifat tradisional atau masih kental dengan norma-norma dan adat istiadat setempat, mata pencaharian mereka sebagian besar masih berkebun dan bertani, kebutuhan masih belum tercukupi dan pendidikan tentunya masih kurang dan belum merata.
Para orang tua di sana pergi ke sawah pada pagi hari dan pulang pada sore hari, hari-harinya kebanyakan dihabiskan di sawah dari pada di rumah sehingga jarang sekali waktu yang diberikan untuk anak mereka, padahal usia anak-anak sangatlah penting dan perlu adanya komunikasi dari orang tua.
Dalam hal belajar tentunya sangat erat sekali hubungannya dengan orang tua, dorongan yang diberikan oleh orang tua sangatlah berpengaruh, anak yang mendapatkan komunikasi yang cukup dari orang tua akan ada motivasi tersendiri bagi anak, jika orang tua kurang memberikan motivasi kepada anak, maka anakpun akan malas dalam belajar, termasuk dalam hal belajar Al-Qur´an.
Dalam penelitian ini akan meneliti bagaimana hubungan para orang tua dengan anak-anaknya di Desa Cikarang, yaitu para orang tua yang setiap harinya bekerja ke sawah dari pagi hari hingga sore hari yang masih memiliki anak sedang dalam belajar Al-Qur´an.
Oleh karena itu, dengan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini merasa tertarik untuk
menggali masalah tersebut khususnya dalam hal “Peran Komunikasi Orang tua dalam Memotivasi Belajar Al-Qur´an Anak (Studi kasus di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak)”.
B. Permasalahan
a. Identifikasi Masalah
1. Di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak sebagian besar para orang tua bekerja sebagai petani yang berangkat pada pagi hari dan pulang pada sore hari
2. Jalinan komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dengan anak
b. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran yang sangat luas, agar penelitian ini lebih terarah dan tidak keluar dari jalur pokok bahasan, maka perlu ada pembatasan masalah, yaitu dalam penelitian ini hanya bagaimana bentuk komunikasi orang tua dalam hal memotivasi belajar Al-Qur´an anak, dan yang dimaksud orang tua dalam penelitian ini yaitu hanya Ibu, sedangkan yang dimaksud anak dalam penelitian ini adalah anak yang masih dalam keadaan belajar Al-Qur´an dan hanya dilakukan di Desa Cikarang dalam waktu penelitian pada tanggal 30 Juni hingga 2 Juli 2019.
c. Perumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode komunikasi orang tua dalam memberikan motivasi belajar Al-Qur´an anak di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak?
2. Bagaimana pola komunikasi orang tua dalam memberikan motivasi belajar Al-Qur´an anak di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak?
3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam memberikan motivasi belajar Al-Qur´an anak di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak?
C. Tujuan Penelitian
1. Agar mengetahui bagaimana metode orang tua dalam memberikan motivasi belajar Al-Qur´an anak di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak
2. Agar mengetahui bagaimana Pola komunikasi orang tua dalam memberikan motivasi belajar Al-Qur´an anak di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak
3. Agar mengetahui apa saja kendala yang dihadapi orang tua dalam memberikan motivasi belajar Al-Qur´an anak di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan tentang berbagai ragam bentuk komunikasi orang tua dengan anak 2. Memberikan informasi dan wawasan kepada orang tua maupun calon orang tua untuk memberikan motivasi belajar Al-Qur´an kepada anak
3. Dapat memberi informasi dan masukan tentang gambaran kondisi belajar Al-Qur´an anak di Kabupaten Lebak
E. Kajian Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu diantaranya: Skripsi yang disusun oleh Setya Ningsih (07220047) dengan judul Peran Orang tua terhadap Motivasi Belajar Anak di Sekolah (studi di SMP Muhammadiyah 1 Berbah Sleman Yogyakarta), jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 6
Hasil dari penelitian ini yaitu 1). Metode yang digunakan orang tua dalam memotivasi belajar yaitu dengan metode hadiah meliputi:
pemberian hadiah, erkataan yang baik, pemberian maaf, pemberian pujian. Metode hukuman: pandangan sinis, mengeluarkan suara dari tenggorokan, tidak memberikan uang jajan, melarang atau membatasi kebiasaan, memukul. 2). Peran orang tua menjadi motivator, fasilitator, dan mediator.
Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu sama dalam membahas motivasi orang tua dengan anak dalam meningkatkan belajar, dan juga sama tentang membahas peran orang tua, hanya saja perbedaannya adalah jika penelitian ini membahas motivasi di sekolah, sedangkan penulis membahas motivasi khusus belajar Al-Qur´an.
Skripsi yang disusun Nur „Aisyatinnaba‟ (131410060) dengan judul Peran Orang tua dalam Memotivasi Belajar Siswa Studi kasus
6Setya Ningsi, Peran Orang tua terhadap Motivasi Belajar Anak di Sekolah (studi di SMP Muhammadiyah 1 Berbah Sleman Yogyakarta, skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013. tidak diterbitkan (t.d)
pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 03 kecamatan Losari kabupaten Brebes, jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan.7
Hasil dari peneltian ini yaitu menunjukkan peran orang tua dalam memotivasi belajar siswa yaitu orang tua memiliki peran yang tinggi dalam memotivasi belajar dan anak juga memiliki motivasi belajar tinggi, orang tua memiliki peran yang rendah dalam memotivasi belajar dan anak juga memiliki motivasi yang rendah, dan orang tua yang memiliki peran sedang dalam memotivasi belajar dan anak juga memiliki motivasi yang sedang.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama dalam meneliti tentang perannya orang tua dalam memotivas belajar anak, hanya saja perbedaan dari penelitian ini adalah pembatasan masalahnya, jika penelitian ini belajarnya bersifat umum dan jika penelitian penulis yaitu tentang motivasi khusus belajar Al-Qur´an anak, dan juga perbedaan terletak pada studi kasus yang ingin diteliti
Skripsi yang disusun oleh Lesti Gustanti (1341010024) dengan judul Komunikasi Interpersonal Orang tua dan Anak dalam Menanamkan Nilai Ibadah Shalat di kelurahan Labuhan Ratu Raya kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi.8
Hasil dari penelitian ini yaitu kegiatan interpersonal antara orang tua dan anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat di Kelurahan Labuan Ratu Raya, dilakukan pada waktu-waktu senggang seperti
7 Nur „Aisyatinnaba‟, Peran Orang tua dalam Memotivasi Belajar Siswa Studi kasus pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 03 kecamatan Losari kabupaten Brebes, skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2015. Tidak diterbitkan (t.d)
8Lesti Gustanti, Komunikasi Interpersonal Orang tua dan Anak dalam Menanamkan Nilai Ibadah Shalat di kelurahan Labuhan Ratu Raya kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung, skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017. Tidak diterbitkan (t.d)
malam hari (Ba‟da Isya) dengan cara memberikan pengajaran pendidikan agama, kegiatan-kegiatan di sekolah serta pergaulan di masyarakat, adapun kendala dalam berkomunikasi orang tua pada anak antara lain anak sulit memahami, faktor lingkungan yang kurang baik, dan tingkat emosi anak yang belum stabil.
Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama dalam hal membahas komunikasi orang tua dengan anak, hanya saja perbedaanya jika penelitian ini permasalahanya pada penanaman nilai ibadah pada anak, akan tetapi jika penelitian penulis yaitu permasalahanya tentang motivasi belajar Al-Qur´an anak.
Skripsi yang disusun oleh Titi Trismayani (1312010009), dengan judul skripsi pola komunikasi orang tua dalam menanamkan nilai- nilai Agama kepada anak (studi pada orang tua pekerja pengupas jagung di Jorong Bandarejo Nagari Lingkuang Aua kecamatan Pasaman kabupaten Pasaman Barat), jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.9
Hasil dari peneltian ini yaitu pertama, pola komunikasi orang tua saat berada di rumah secara verbal antara lain: menanamkan nilai- nilai agama dengan kata-kata mengingatkan waktu sholat, menanamkan nilai-nilai agama dengan kata-kata pemahaman sopan santun, menanamkan nilai-nilai agama dengan kata-kata lemah lembut, menanamkan nilai-nilai agama dengan kata-kata ancaman, menanamkan nilai-nilai agama dengan kata-kata membujuk, menanamkan nilai-nilai agama dengan kata-kata memberikan motivasi berupa hadiah. Kedua, pola komunikasi orang tua dalam
9 Titi Trismayani, “Pola Komunikasi Orang Tua dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama kepada Anak (studi pada orang tua pekerja pengupas jagung di Jorong Bandarejo Nagari Lingkuang Aua kecamatan Pasaman kabupaten Pasaman Barat)”, skripsi, Universitas Negeri Islam (UIN) Imam Bonjol Padang, 2017. Tidak ditrebitkan (t.d)
menanamkan nilai-nilai agama secara nonverbal antara lain:
menanamkan nilai-nilai agama dengan berpamitan (teriak), menanamkan nilai-nilai agama dengan berpamitan (menyentuh anggota badan anak), menanamkan nilai-nilai agama dengan contoh (keteladanan), dan menanamkan nilai-nilai agama dengan hukuman.
Persamaan dari penelitian ini sama dalam hal membahas komunikasi orang tua dengan anak yang mana permasalahannya sama yaitu orang tua yang kurang memiliki waktu dengan anak, sedangkan perbedaannya dari penelitian ini adalah jika penulis meneliti peran komunikasi sedangkan penelitian ini meneliti pola komunikasi yang orang tua terapkan kepada anak.
Tesis yang disusun oleh Renny Lestary (1686108073) dengan judul Peran Guru dan Orang tua dalam Menumbuhkan Minat Membaca Al-Qur´an pada Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Diniyyah Putri Lampung, Program Studi Ilmu Tarbiyah Konsentrasi Pendidikan Agama Islam.10
Hasil penelitian ini yaitu orang tua telah mengontrol kegiatan belajar anak, memantau perkembangan akademik, memantau perkembangan kepribadian, memantau efektifitas jam belajar anak sementara itu guru telah berperan sebagai fasilitator, pembimbing motivator organisator dan manusia sumber dan membuahkan hasil yang positif yaitu adanya peningkatan minat membaca al-Qur‟an pada peserta didik di MI Diniyyah Putri lampung dengan tahapan perkembangan indikator pada penelitian membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar.
10 Renny Lestary , Peran Guru dan Orang tua dalam Menumbuhkan Minat Membaca Al-Qur´an pada Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Diniyyah Putri Lampung, tesis, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017. Tidak diterbitkan (t.d)
Persamaan dari penelitian tesis ini dengan penelitian penulis yaitu sama dalam hal meneliti peran orang tua terhadap anak yang berhubungan dengan Al-Qur´an, akan tetapi penelitian penulis tidak membahas peran guru, hanya saja jika tesis ini membahas minat membaca Al-Qur´an pada anak tetapi penelitian penulis membahas tentang motivasi belajar Al-Qur´an anak
Penulis mengambil judul Peran Komunikasi Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Al-Qur´an Anak studi kasus di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak adalah benar-benar karya penulis dan belum ada yang pernah mengambil atau mengangakat dengan judul yang sama.
F. Metode Penelitian
1. Tempat & waktu peneltian
Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak, dengan observasi pada tanggal 6-27 Juli 2018, dan wawancara pada tanggal 30 Juni-2 Juli 2019.
2. Pendekatan penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan format deskriptif, baik terhadap individu maupun kelompok yang lazimnya diteruskan dengan analisis kualitatif pula.11 Dengan pendekatan ini diharapkan akan diperoleh sebuah gambaran yang objektif mengenai bagaimana peran komunikasi orang tua terhadap motivasi belajar Al-Qur´an anak di Desa Cikarang Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak.
11Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 117
3. Jenis data
Salah satu unsur yang terpenting dalam menyusun sebuah tulisan adalah data penelitian. Data yang diperlukan dalam peneltian ini meliputi data primer dan data sekunder
a. Data primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama individu atau perseorangan. Data tersebut langsung dari objek atau sumber utama.
Berikut data informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang:
No Nama keluarga Usia Pendidikan
terakhir 1 Ida Farida (Ibu)
Alm (Ayah) Fradila Aprilia Putri
(Anak)
35 - 12
Lulus SD - Sedang SD
2 Sukanah (Ibu) Juanda (Ayah) Zainal Muttaqin
(Anak)
50 65 13
Lulus SD Lulus SD Sedang SMP
3 Reta Angraini (Ibu) Mahmud (Ayah)
Reva (Anak)
29 34 10
Lulus SMP Lulus SD Sedang SD 4 Supriati (Ibu)
Sukria (Ayah) M Arif Hidayat (Anak)
54 34 12
Lulus SD Lulus SD Sedang SD
5 Inah (Nenek) 50 Tidak sekolah
Sidiq (Kakek) Sanah (Cucu)
60 16
Tidak sekolah Sedang SMP
6 Uum (Ibu)
Syaifuddin (Ayah) Satria Glen Al-Rizki
(Anak)
28 29 9
Lulus SD Lulus SD Sedang SD
7 Junaeni (Ibu) Uding (Ayah) Siti Romdiana (Anak)
37 40 13
Lulus SD Kelas 4 SD
Lulus SD 8 Uti (Nenek)
Amiran (Kakek) Al-Farizi (Cucu)
50 60 12
Kelas 5 SD Tidak sekolah
Sedang SMP 9 Eti (Ibu)
Arja (Ayah) Wulandari Fadhila
(Anak)
44 50 14
Lulus SD Tidak sekolah
Lulus SD
10 Heni (Ibu) Jahadi (Ayah) Siti Kusmayati (Anak)
30 44 14
Lulus SD Lulus SD Lulus SD 11 Cucum (Ibu)
Piping (Ayah) Melisa (Anak)
30 35 14
Lulus SD Kelas 4 SD Sedang SMP 12 Edah (Ibu)
Alm (Ayah) Jamaluddin (Anak)
43 - 10
Kelas 5 SD - Sedang SD
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang merupakan data primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi dokumen atau pustaka yang didapat melalui penelitian terhadap literatur data-data yang ada kaitanya dengan penulisan, bisa berupa skripsi terdahulu, buku, internet, serta data-data yang lain yang relevan dengan judul ini.
4. Teknik pengumpulan Data
Data dikumpulkan untuk melengkapi bahan dalam penulisan, penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
a. Wawancara
Metode ini digunakan untuk menghimpun data tentang latar belakang warga Cikarang, bagaimana kebiasaan yang mereka lakukan, dan bagaimana kebiasaan komunikasi yang diterapkan kepada anak mereka.
Bentuk wawancara adalah wawancara bebas terbatas, peneliti hanya menyiapkan dan berbekal pedoman wawancara, sementara pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dikembangkan dalam proses wawancara, dalam pelaksanaannya wawancara dilakukan dengan gaya percakapan informal.
b. Observasi
Teknik ini digunakan pertama-tama untuk melakukan cross check atas data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumen, tetapi metode ini juga digunakan untuk memperoleh data yang tidak terekam oleh wawancara dan dokumentasi seperti tentang kondisi lingkungan di desa Cikarang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen sebagai laporan tertulis dari peristiwa- peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan-penjelasan dan pemikiran-pemikiran, peristiwa itu ditulis dengan kesadaran dan kesengajaan untuk menyiapkan atau meneruskan keterangan-keterangan peristiwa.
Dokumentasi jug bisa diartikan satu teknik pengumpulan data dan pencarian informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti berupa catatan, transkip, buku dan sebagainya.12
5. Teknik analisis data
Data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif, yaitu akan di deskripsikan melalui tahapan-tahapan berikut:
a. Pengecekan Data
Pengecekan data atau editing yaitu meneliti kembali catatan yang telah diperoleh peneliti dengan tujuan agar dalam mempersiapkan proses selanjutnya lebih mudah dan lebih baik. Data yang diteliti harus ada kejelasan makna, serta korelasinya, kesesuaian dengan permasalahan yang diteliti.
Sehingga dengan data-data tersebut peneliti dapat memecahkan permasalahan yang sedang diteliti.
b. Pengelompokan Data
Pengelompokan data yaitu mengklasifikan data-data yang diperoleh agar lebih mudah dalam melakukan pembacaan data sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta), h. 35
Dilakukannya tahap ini karena untuk memilih data yang sesuai dengan pokok permasalahan dan sekaligus membatasi beberapa data yang tidak terpakai atau pelengkap dalam penelitian.
c. Pemeriksaan Data
Setelah kedua tahap sudah dilakukan, peneliti akan melakukan pemeriksaan data, yaitu langkah dan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data dan informasi dari lapangan, yang mana data dan informasi tersebut diperlukan untuk menjawab masalah dalam penelitian, dan mempermudah untuk menganalisis data yang diperoleh.
d. Analisis Data
Analisis yaitu menganalisis data mentah yang berasal dari informan-informan untuk dipaparkan kembali dengan kata, kalimat yang mudah dipahami.
e. Kesimpulan
Tahap terakhir dari penelitian yaitu kesimpulan, dalam hal ini peneliti menarik poin-poin penting untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.
Dan peneliti mengambil kesimpulan dari pertanyaan dalam penelitian.
f. Teknik penulisan
Teknik penulisan laporan penelitian ini akan merujuk pada “Petunjuk teknis penulisan proposal dan skripsi Institut Ilmu Al-Qur´an Jakarta”.13
13 Petunjuk teknis penulisan proposal dan skripsi Institut Ilmu Al-Qur´an Jakarta adalah pedoman penulisan IIQ yang diterbitkan oleh LPPI IIQ Jakarta
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi nanti, penulis berpedoman pada buku ”Petunjuk teknis penulisan proposal dan skripsi” yang diterbitkan oleh LPPI IIQ Jakarta. Penulisan skripsi nanti terbagi menjadi 5 (lima) bab, masing-masing bab tersebut memiliki hubungan yang sangat erat antara yang satu dengan yang lainya. Diantaranya:
Bab I: Pendahuluan, bab ini meliputi sejumlah pembahasan, yaitu: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.
Bab II: Landasan Teori, bab ini membahas tentang kajian pustaka yang merupakan kerangka teori tentang peran komunikasi orang tua terhadap motivasi belajar Al-Qur´an anak, Pemaparan dari bab II merupakan seluruh kajian dari berbagai literatur yang ada dan bermaksud untuk memberikan penyajian teori tentang peran komunikasi orang tua terhadap anak, komunikasi orang tua terhadap anak dalam Islam, metode orang tua dalam memotivasi belajar Al- Qur´an anak.
Bab III: Deskripsi desa Cikarang kecamatan Muncang kabupaten Lebak, bab ini menjelaskan tentang gambaran umum desa Cikarang, menjelaskan kondisi desa Cikarang.
Bab IV: Analisis terjadinya komunikasi orang tua terhadap motivasi belajar Al-Qur´an anak di desa Cikarang kecamatan Muncang kabupaten Lebak, Bab ini menjelaskan tentang analisa proses komunikasi orang tua terhadap motivasi belajar Al-Qur´an anak yang ada di desa Cikarang kecamatan Muncang kabupaten Lebak.
Bab V: Penutup, bab ini merupakan pembahasan yang mencakup 2 (dua) pembahasan yaitu: kesimpulan dan saran.
19
LANDASAN TEORI A. Peran Komunikasi Orang Tua dengan Anak
1. Peran
Istilah peran kerap diucapkan banyak orang, sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang, atau peran dikaitkan dengan apa yang dimainkan oleh seorang aktor dalam suatu drama. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.1
Soejono Soekamto menjelaskan bahwa peran adalah seperangkat tindakan yang diharapkan dari seseorang pemilik status dalam masyarakat, status merupakan sebuah posisi dari suatu sistem sosial, sedangkan peran atau peranan adalah pola perikelakuan yang terkait pada status tersebut. 2
Peran atau peranan (Role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status), apabila seseorang telah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia telah menjalankan suatu peranan, antara peran dengan kedudukan tidak dapat dipisah-pisahkan oleh karena yang satu tergantung dengan yang lain dan sebaliknya juga demikian, tidak ada peran tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peran.3
1 Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2005), h.854
2Soejono Soekamto, Memperkenalkan Sosiologi (Jakarta: CV. Rajawali. 1989),h. 33
3 Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: CV. Rajawali, 1982),h.
237
Maka peran merupakan unsur dinamis dari suatu kedudukan atau posisi sebagaimana dijelaskan dalam pengertian diatas, pentingnya peranan karena dia mengatur perilaku seseorang, peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain sehingga orang lain yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan orang-orang sekelompoknya.4
2. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa Inggris adalah communication yang artinya perhubungan atau kabar, communication berasal dari bahasa latin communicatus yang bersumber dari kata comunis yang berarti sama atau membuat sama (to make cammon), sama disini maksudnya adalah sama maknanya.5
Sedangkan secara terminologi kata communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa pikiran suatu makna atau pesan yang dianut secara sama. Sedangkan kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang menekankan kesamaan atau kebersamaan.
Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Komunitas tergantung pada
4 Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 23
5Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikais Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1999), Cet. Ke-12, h. 9
pengalaman dan emosi bersama, komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan. Oleh karena itu komunitas juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, masing-masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas. 6
Maka dari itu akan mengemukakan beberapa definsi komunikasi secara terminologi yang diungkapkan oleh beberapa ahli, menurut Schramm dan Robert ada beberapa pengertian komunikasi yaitu:
1. Komunikasi adalah suatu proses pemberian penyampaian atau pertukaran gagasan, pengetahuan dan lain-lain yang dapat dilakukan melalui percakapan, tulisan atau tanda- tanda.
2. Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang di dalamnya terkandung sumber, pengaruh terhadap orang lain, tujuan atau sasaran yang melaksanakan rangkaian kegiatan dengan manipulasi pilihan tanda tertentu yang dapat dialihkan melalui saluran tertentu.
3. Komunikasi dapat diartikan secara luas melalui prosedur yang mengatur bagaimana mempengaruhi orang lain yang dapat dilakukan dengan tulisan, lisan, musik, teater, tarian balet, serta tindakan manusia.
4. Komunikasi adalah mekanisme hubungan antara manusia yang bertahan dan berkembang melalui penyampaian simbol pikiran melalui suatu ruang dan waktu tertentu. 7
6 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikais Teori dan Praktek, h.56
7 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.162
Menurut Harold D. Lasswell mengemukakan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?8 Dari paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
komunikator (Communicator, source, sender), pesan (message), media (cannel, media), komunikan (communicat communicate, receiver,recepiet), efek (effect, inpact, influence).9
b. Komponen-komponen Komunikasi
Komunikasi dapat terjadi karena adanya unsur-unsur atau komponen yang terdapat sewaktu terjadinya proses komunikasi seseorang dengan orang lain. Komponen- komponen atau unsur-unsur orang tua sama dengan unsur- unsur-unsur komunikasi pada umumnya. 10 yang ada saling menunjang antara yang satu dengan yang lain, adapun komponen-komponen atau unsur-unsur komunikasi adalah:
1) Komunikator
Komunikator merupakan orang yang menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan, komunikator dapat berupa individu yang berbicara, dalam komunikator menyampaikan pesan kadang-kadang komunikator dapat menjadi komunikan
8Harold Lasswell, “The Structure and Function of Communication in Society”in Lyman Bryson, ed, The Communication of Ideas, (New York:Harper and Brother, 1948)
9 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikais Teori dan Praktek, h.10
10 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada
2008), h. 24
sebaliknya bisa menjadi komunikator.11 A.W Widjaja dalam bukunya ilmu komunikasi dan hubungan masyarakat menerangkan bahwa sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.12
2) Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi, isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content tau information.13
3) Komunikan
Komunikan merupakan orang yang menerima pesan, penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterprestasikan isi pesan yang diterimanya.14 Penerima bisa disebut dengan berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan
11Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1983), h. 17
12 A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 30
13 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 24
14 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet ke-
13, h. 18
penerima adalah akibat karena adanya sumber, tidak ada penerima jika tidak adanya sumber.15
4) Channel/saluran/ media
Channel adalah saluran atau jalan yang dilalui oleh pernyataan komunikator kepada komunikan, atau jalan yang dilalui Feedback komunikan kepada komunitor yang digunakan pengirim pesan. Pesan dapat berupa kata-kata atau tulisan, tiruan, gambaran, atau perantara lain yang dapat digunakan untuk mengirim melalui berbagai channel seperti telepon, televisi, faksimili, fotokopi, hand signal, e-mail, sandi morse, semafor, sms, dan sebagainya.16
Media adalah alat untuk sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra.17
5) Feedback (Umpan Balik)
Komunikasi adalah proses dua arah antara pengirim dan penerima pesan, proses komunikasi belum lengkap apabila audence tidak mengirimkan respons atau tanggapan kepada komunikator terhadap pesan yang disampaikan, respons atau tanggapan ini disebut feedback.
15 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 26
16 Kadar Nurjaman dkk, Komunikasi Public Relation panduan untuk Mahasiswa, Birokrat, dan Praktisi Bisnis, (Bandung, Pustaka Setia, 2012), cet. ke-1, h. 38
17 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 123
Dalam percakapan tatap muka, penerima pesan merespon secara natural, langsung, dan segera kepada pesan dan pengirim pesan. Respon ini dapat berupa mengangkat alis, menggelengkan kepala, meminta komunikator untuk mengulang pesannya, atau bahkan mendebat suatu pesan. Para pelaku komunikasi terus berinteraksi dan secara konstan berganti-berganti peran.18
Widjaja mengatakan, efek merupakan hasil akhir dari komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang sesuai atau tidak sesuai dengan yang diinginkan komunikator.19
c. Proses Komunikasi
Menurut Dedy Mulyana yang berpendapat bahwa: Proses komunikasi merupakan suatu tahapan-tahapan dimana suatu gagasan, ide atau informasi tersebut diterima dan dinterprestasikan oleh komunikan.20
Menurut Hardjana menjelaskan bahwa proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu:
a. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian buah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol media, lambang sebagai media primer dalam
18 Elviarno Ardianto, Komunikasi Massa suatu pengantar, (Bandung: Refika Offset,
2015), h. 46
19A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 37
20 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 19
proses komunikasi adalah bahasa, isyarat dan warna yang secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.
b. Proses komunikasi secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media pertama, misalnya surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, tv, dan lain-lain. 21
Menurut Widjaja, “Proses komunikasi dimulai dari pikiran orang yang akan menyampaikan pesan atau informasi.
Apa yang dipikirkan itu kemudian dilambangkan (simbol), baik berupa ucapan ataupun isyarat gambar: “proses selanjutnya dengan melalui transmisi berupa media dan perantara atau channel misalnya telepon, surat, secara lisan dan lain-lain, maka pesan yang disampaikan tiba pada si penerima”.22
Dalam diri penerima, pertama-tama ia menerima pesan, kemudian mencoba menafsirkan pesan (dekode) dan akhirnya memahami isi pesan. Jawaban dari penerima pesan kepada pengirim pesan merupakan umpan balik (feed back). Dan apabila terjadi perubahan diri penerima pesan, berarti komunikasi itu dinilai telah berhasil.23
21 Agus M. Hardjana, Komunkasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kansius, 2003), h. 126
22 A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 92-93
23 A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 93
d. Pola Komunikasi Orang tua dengan Anak
Kata pola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bentuk (struktur) yang tetap.24 Sedangkan dalam kamus ilmiah populer artinya adalah model, contoh, pedoman dan rancangan.25 Jadi pola komunikasi merupakan bentuk penyampaian suatu pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk penyampaian suatu pesan atau informasi untuk merubah suatu sikap atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun macam-macam pola komunikasi orang tua pada anak yaitu:
a. Pola Komunikasi Membebaskan (Permissive)
Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak, pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan pola komunikasi serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.26
Dalam banyak hal juga anak terlalu diberi kebebasan untuk mengambil suatu keputusan. Jadi anak tidak merasa diperdulikan oleh orang tuanya, bahkan ketika suatu nak melalukan suatu kesalahan
24 Departmen Pendidkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bali Pustaka, 2005), h. 585
25 Puis A Partanto dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: al-Kola, 1994), h. 605
26 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang tua dan anak dalam keluarga, (Jakarta: Renika Cipta, 2004), h. 51
yang telah anak perbuat atau hal-hal yang semestinya tidak terjadi dapat terulang berkali-kali.27
b. Pola Komunikasi Otoriter (Authoritarian)
Pola komuniaksi otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonami anak. Pola komunikasi otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Dalam pola komunikasi ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum, bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku, cenderung emosional dan bersikap menolak. Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut, pemurung, dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stres, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat.28
Arus berkomunikasi yang terjadi pada pola komunikasi otoriter bersifat satu arah, dimana pihak anak dirugikan dengan tidak diberikannya kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya.29
c. Pola Komunikasi Demokratis (Authoritative)
Pola komunikasi orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam aturan-aturan
27 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 51
28Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang tua dan anak dalam keluarga, h. 51
29 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 51
yang disepakati bersama. Orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung. 30
Pola komunikasi demokratis yaitu memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan anak.31
3. Pengertian Orang Tua dan Anak a. Pengertian Orang Tua
Orang tua menurut M. Arifin adalah orang yang menjadi pendidik dan membina yang berada di lingkungan keluarga.32
Sedangkan menurut kamus Indonesia orang tua dapat diartikan sebagai berikut: Ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya, orang yang dihormati atau disegani dikampung, tertua.)33
Menurut Firman Abdullah bahwa orang tua berkewajiban mendidik anak sebagai salah satu bentuk dari pertanggung jawaban orang tua kepada Allah yang telah memberikan amanah kepadanya.34
30Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang tua dan anak dalam keluarga, h. 51
31 Gunarsa Singgih, Psikologi Praktis: Anak Remaja dan Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), h. 84
32M. Arifin, Teori-Teori Conseling umum dan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1994), h. 114
33 Kamus KBBI V Offline
34 Firman Abdullah, Tanggung Jawab Orang tua dalam Pendidikan Anak, (Semarang: Pelita Ibu, 1998), h. 36
b. Pengertian Anak
Anak dalam bahasa Arab disebut walad (دلو), yang berarti keturunan kedua atau manusia kecil.35 Anak secara umum diartikan masa tumbuh.36
Menurut Departemen kesehatan RI, kategori umur anak adalah mulai usia 5 sampai dengan 11 tahun, dan umur 12 sampai dengan 16 tahun adalah kategori masa remaja awal, akan tetapi dalam penelitian ini anak yang dimaksud adalah anak yang masih dalam keadaan belajar mengaji di Desa Cikarang.
Kedudukan anak di dalam kehidupan keluarga Islam secara deskriptif dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Sebagai hiasan dan hiburan
Di dalam sebuah keluarga atau rumah tangga yang ada suara anak-anak, ada celotehan dan jeritan manja mereka, akan menjadi ramai dan meriah, suara dan tingkah laku mereka yang lucu dan menggemaskan akan menjadi hiburan kedua orang tuanya dan keluarga lain seisi rumah.37
Al-Qur´an sendiri dalam ayatnya menyebutkan anak- anak sebagai “hiasan”:
35 Dekdipdup, Kamus Pusat Perkembangan Bahasa, (Jakarta: Balai Pustaka), h. 624
36 Andari Nurochmah Wisdaningrum, “Peranan Orang Tua Terhadap Motivasi Anak Tentang Pengalaman Agama”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2004, h.
2. Tidak diterbitkan (t.d)
37 Tholhah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), cet. ke-1, h. 23
“harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia....” (QS. Al-Kahfi [18]:46)
2) Sebagai Anugerah Tuhan
Di dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang menyebutkan anak sebagai anugrah, dengan menggunakan kata-kata “wahaba” yang artinya menganugerahkan38 seperti dalam ayat:
”Dan Kami telah memberikan kepada-Nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah....” (QS.
Al-Anbiya‟ [21]: 72) 3) Sebagai Amanat Tuhan
Dalam agama Islam, ada ajaran yang menyatakan bahwa anak yang dilahirkan itu selalu dalam keadaan fitrah (keaslian dan kesucian), dan apabila orang tuanya tidak bertanggung jawab, maka anak akan menyimpang dari firahnya, baik dari sisi keimanan maupun sikap serta amal perbuatannya. Di sinilah letak pentingnya peranan orang tua dalam kehidupan keluarga untuk mendidik, mengarahkan dan meneladani anak-anak mereka yang sebetulnya menjadi amanat Tuhan kepada mereka.39
4) Sebagai Investasi Akhirat
Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan sebuah hadis Nabi Muhammad Saw yang artinya, bahwa nanti di akhirat akan ada orang-orang yang
38 Tholhah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga, h. 24
39 Tholhah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga, h. 25
memperoleh pahala besar, padahal mereka tidak merasa melakukan amal-amal yang menyebabkan adanya pahala-pahala tersebut. Orang tua-orang tua itu kemudian bertanya kepada malaikat di surga, “dari mana pahala-pahala ini mereka peroleh, padahal mereka tidak merasa melakukan amal-amal yang menyebabkan memperoleh pahala-pahala itu?”
malaikat menjawab “Bahwa yang melakukan amal- amal tersebut adalah anak-anakmu, berupa do‟a, sodaqah dan istighfar (permohonan ampun) yang pahalanya ditunjukan untukmu”.40
Hadis Nabi Muhammad saw :
: َءَايْشَا ِةَثَلاَث ْنِم َّلاِإ ُوُلَمَع ُوْنَع َعَطَقْ نِا ُناَسْنِْلْا َتاَم اَذِا ُوَلْوُعْدَي ٍحِلاَص ٍدَلَو ْوَا ِوِب ُعَفَ تْنُ ي ٍمْلِع ْوَا ٍةَيِراَج ٍةَقَدَص ْنِم
“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya (tidak dapat memberikan pahala/manfaat apa-apa), kecuali sodaqah jariyah, ilmu yang memeberikan manfaat dan anak yang saleh yang mendo‟akan kepadanya”41 (HR. al-Bukhari)
B. Komunikasi Orang Tua terhadap Anak dalam Islam 1. Komunikasi Orang Tua terhadap Anak
Di dalam Al-Qur´an sering menggunakan kata ahli sebagai arti dari keluarga, menurut al-Ishafani, keluarga adalah tempat
40 Tholhah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga, h. 29-30
41 Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Azsi as-Sijistani, Sunan Abu Dawud, nomor hadis 2880, Ensiklopedia Hadis terjemahan Muhammad Ghazali dkk, (Jakarta: al- Mahira, 2013), h. 607
memadukan rasa yang melalui dirinya keturunan seseorang berkembang, serta menjadi tempat berlabuh seorang laki-laki. 42 Konsep ahli atau keluarga dibentuk berdasarkan pernikahan yang sah, yakni pernikahan yang memenuhi syarat dan rukun yang ditetapkan oleh Al-Qur´an dan sunnah, keluarga inti terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.
Kewajiban orang tua untuk memenuhi hak anak-anaknya diisyaratkan oleh Rasulullah dalam sabdanya:
ْمُهَ بْدَأ ْوُ نِسْحَاَو ْمُكَدَلاْوأ اْوُمِرْكأ
“Muliakanlah anak-anakmu (dengan memenuhi hak-haknya) dan perbaguslah adab mereka”43 (HR. Ibnu Majah)
Orang tua memiliki tanggung jawab memelihara anak- anaknya agar selamat dari api neraka, perintah ini ada dalam Al- Qur´an:
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim[66]; 6)
42 Asep Usman Ismail, Menata Keluarga, Memp