• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Metode Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Al-Qur´an Anak di Desa Cikarang

1. Metode peneladanan

Peneladanan dalam pendidikan anak merupakan cara yang paling berpengaruh dalam menyiapkan akhlak anak, dalam membentuk mental dan kesadaran sosial anak, hal demikian itu terjadi karena pendidik (juga orang tua) merupakan figur utama di dalam pandangan anak-anak, mereka dianggap sebagai panutan yang bagus di mata anak-anak, sehigga mereka mengikutinya dalam gaya berbicara, meneladaninya dalam sikap dan perilaku, baik dalam hal itu mereka sadari atau tidak, bahkan semua yang mereka lihat, mereka amati dan mereka saksikan dari citra guru (dan juga orang tuanya dalam kehidupan keluarga itu) akan tercetak kuat pada jiwa mereka, baik dalam bentuk omongan,

perbuatan, yang fisik maupun psikis, mereka mengerti ataupun tidak.8

Dalam hal mengaji orang tua jadi teladan, anak tidak melawan apa yang disuruh oleh orang tuanya jikalau orang tua juga melakukanya, anak akan mengikuti apapun yang dilakukan oleh orang tuanya, anak akan ngaji jika orang tuanya juga ngaji, anak akan sholat jika orang tuanya juga sholat, sebagaimana pepatah mengatakan “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”, sebagaimana yang telah Ibu Sukanah utarakan bahwasanya anak sering malas, orang tua harus megingatkan dan memberikan pengertian bahwa hal itu adalah penting untuk dilakukan, seperti halnya dengan sholat orang tua harus mencontohkannya terlebih dahulu, orang tua menyuruhnya harus dalam keadaan berwudhu sehingga anak akan segera mengikutinya, akan tetapi jika orang tua menyuruh tapi dalam keadaan menonton televisi anakpun tidak akan mengikuti, dan begitupun juga dalam hal menyuruh mengaji. 9

Sebagimana yang telah Ibu Sukanah ungkapkan bahwasanya anak tidak cukup jika hanya dengan disuruh, orang tua juga harus mencotohkannya, Ibu sukanah dalam wawancara mencontohkannya dengan hal sholat, Ibu sukanah menyuruh anaknya sudah dalam keadaan berwudhu, jadi agar anak juga segera melakukannya. Begitupun dalam hal mengaji anaknya selalu mengaji karena Emaknya juga seorang guru, jadi anak juga akan ikut mengaji sebagaimana yang dilakukan oleh Emaknya.

8 Tholhah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), cet ke-1, h. 106

9 Wawancara dengan Ibu Sukanah, Cikarang, 30 Juni 2019

Gambar 4.3: Saat wawancara dengan Ibu Sukanah 2. Metode bercerita

Anak-anak usia dini, rata-rata menyukai cerita atau dongeng, tokoh-tokohnya bisa berupa manusia atau binatang, yang penting alur cerita menarik dan dapat dimengerti oleh anak-anak.

Ditengah-tengah kehidupan masyarakat kita banyak dongeng- dongeng rakyat yang sebetulnya banyak mengandung muatan moral, seperti cerita tentang kecerdikan Kancil dan Kura-kura, tentang si Malin Kundang, Joko Tingkir, dan lain sebagainya.

Cerita atau dongeng-dongeng tersebut apabila dikemas dengan

baik dan dimuat dengan nilai-nilai agama atau moral yang bagus, akan mudah dicerna oleh anak-anak usia dini.10

Pada wawancara ini, informan mengunakan metode cerita dan mencontohkannya dengan anaknya sendiri yang paling tua kepada anaknya yang paling kecil, anak yang paling tua tidak bisa mengaji dikarenakan waktu masih kecil kakaknya tidak mau mengaji. 11

Berdasarkan ungkapan di atas bahwasanya anak dari Ibu Ida Farida yang bernama Fradila Aprilia Putri yang biasa kerap dipanggil putri itu giat mengaji dan tekun karena dia ingin menjadi anak yang lebih pintar dari kakaknya, dia tidak mau seperti kakaknya yang tidak bisa mengaji, Ibu farida selalu menasehati anaknya agar kelak menjadi anak kebanggaan orang tua, sebagaimana yang telah telah diungkapkan oleh Ibu Ida Farida “dedek jangan males ngaji, dedek kan anak umi yang giat gitu, jadi pengen umi itu dedek giat ngaji biar pintar ngaji biar pintar sekolah”. 12

Dari ungkapan ini, bahwasanya Ibu Ida Farida sangat berharap sekali jika anaknya yang terkhir bisa lebih baik dari anaknya yang pertama dikarenakan anaknya yang pertama tidak bisa mengaji, Ibu Ida Farida sangat menaruh harapan yang besar kepada Putri, dan memang dengan metode cerita yang Ibu Ida Farida berikan kepada Putri berhasil untuk menerapkan agar Putri termotivasi mengaji, hal ini bisa penulis lihat pada waktu penulis mengabdi di sana, Putri memang kesehariannya sangat rajin, selama penulis

10 Tholhah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), cet ke-1, h. 110-111

11 Wawancara dengan Ibu Ida Farida, Cikarang, 30 Juni 2019

12 Wawancara dengan Ibu Ida Farida, Cikarang, 30 Juni 2019

mengajar disana Putri hanya absen sekali dikarenakan dia sakit.

Oleh karena itu metode bercerita merupakan metode yang efektif untuk diterapkan kepada anak.

Gambar 4.4: Saat wawancara dengan Ibu Ida Faridah 3. Metode Pemberian Perhatian dengan Nasehat

Nasehat adalah suatu perkataan untuk menerangkan suatu pengertian, yaitu keinginan kebaikan bagi yang dinasehati, orang tua adalah sosok yang sangat menginginkan kebaikan untuk anaknya, tidak ada orang tua yang tidak menginginkan kebaikan anaknya, apapun pasti dilakukan demi masa depan anaknya.

Karena anak merupakan investasi masa depan, baik di dunia maupun di akhirat, pendidikan anak adalah sebuah investasi yang akan memberikan keuntungan besar orang tua, anak-anak yang mendapatkan pendidikan yang baik akan menguasai berbagai macam kemampuan dalam berpikir dan akan menjadi manusia yang kreatif dan produktif, dan kemampuan-kemampuan tersebut akan membuahkan hasil yang diharapkan.

Nasehat termasuk upaya orang tua agar anak menjadi yang terbaik sebagaiman halnya yang telah diungkapkan oleh Ibu Uum (28) Ibu dari Satria Glen Al-Rizki

Ibu muda ini meskipun kesehariannya sibuk di sawah akan tetapi beliau masih sesekali menyempatkan untuk memberikan nasihat kepada anaknya yang masih berusia 9 tahun ini, berikut ungkapan Ibu Uum kepada anaknya bahwasanya harus bisa ngaji, harus belajar dari kecil, nanti kalau tidak bisa ngaji takutnya ada hal-hal yang tidak diinginkan menimpanya. 13

Maksud dari ungkapan Ibu Uum menurut penulis adalah bahwasanya Ibu Uum menginginkan yang terbaik buat anaknya agar besok anaknya bisa menjadi orang yang baik, dan tidak mendapatkan susuatu yang buruk menimpa anaknya.

Ungkapan yang sama juga diutarakan oleh Ibu Junaeni (37), Ibu dari Siti Romdiana, Siti Romdiana ini adalah anak yang berusia 13 tahun yang lulus SD tahun ini, akan tetapi dia tidak melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya dikarenakan tidak ada biaya, Ibu Junaeni ini masih menginginkan anaknya terus mengaji, oleh karena itu usaha yang Ibu Junaeni lakukan adalah dengan memasukkannya Siti ke pesantren, berikut nasehat yang diberikan oleh Ibu Junaeni kepada anaknya bahwasanya kalau ingin punya ilmu terus saja mengaji, tidak ada uang bukanlah alasan untuk tidak mengaji, yang sabar dalam menuntut ilmu.14

Ibu Junaeni adalah salah satu orang tua yang bisa dibilang kurang mampu, akan tetapi beliau masih berusaha untuk tetap bisa

13 Wawancara dengan Ibu Uum, Cikarang, 1 Juli 2019

14 Wawancara dengan Ibu Junaeni, Cikarang, 1 Juli 2019

memondokkan anaknya, meskipun tidak sekolah akan tetapi masih bisa untuk menimba ilmu di pesantren.

Metode pemberian nasehat juga dilakukan oleh Ibu Ati (44), Ibu dari Wulandari Fadhila bahwa terus saja mengaji sampai kapanpun, ada uang atau tidak ada uang bukanlah sebuah penghalang, nanti yang merasakan juga anaknya bukan ibuknya.15

Dokumen terkait