• Tidak ada hasil yang ditemukan

44

analisis angka-angka yang sistematis, tersusun dan terstruktur dari awal hingga akhir.

2. Tipe penelitian

Adapun tipe penelitian ini menggunakan tipe analisis deskriptif sebagai penggambaran secara jelas mengenai permasalahan yang diteliti serta mengintepretasikan dan menjelaskan data secara sistematis. Adapun dasar penelitian ini adalah survey, yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang berisi butiran poin pertanyaan-pertanyaan mengenai hal yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat khususnya pengguna layanan drive thru pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Pembantu Pettarani UPT (Unit Pelayanan Teknis) Pendapatan Wilayah Makassar berdasarkan data terakhir peneliti peroleh pada bulan Oktober, pengguna roda dua maupun roda empat yang berjumlah 4.135 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih melalui prosedur tertentu sehingga dapat mewakili dari populasinya.

Pengambilan sampel sendiri diambil berdasarkan pertimbangan dan keterbatasan melakukan observasi terhadap seluruh sampel. Dalam mengefisiensikan waktu dan biaya untuk menghasilkan generalisasi

terhadap populasi dan meminimalisis terjadinya kesalahan penelitian dalam pengambilan sampel. Agar sampel yang terdapat dalam penelitian ini bisa untuk mewakili populasi, maka dapat ditentukan jumlah sampel yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dengan asumsi tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 0,1 (10%), yaitu :

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi = 4.135 e = Tingkat kesalahan = 10% (0,1)

97,638 orang

Berdasarkan penggunaan rumus di atas, maka dapat diketahui jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 98 orang. Dengan menggunakan

teknik penentuan pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu teknik Accidental Sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, maksudnya siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel, apabila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai dijadikan sebagai sumber data.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menyusun instrumen adalah pekerjaan yang paling penting dalam langkah penelitian, akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara sebagai berikut:

1. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data serta mempelajari litearatur-literatur yang ada baik berupa buku-buku, karya ilmiah, atau kepustakaan lain yang berhubungan dengan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian dilakukan dengan meneliti secara langsung ke instansi untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian.

3. Kuesioner (angket)

Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan informasi melalui riset atau survei berdasarkan daftar pertanyaan tertulis, guna mendapatkan tanggapan berdasrkan orang yang telah ditetapkan

(responden). Dalam penelitian ini, kuesioner (angket) menggunakan bentuk checklist. Penggunaan bentuk checklist ini bertujuan untuk membantu responden terkait pelayanan drive thru pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Pembantu Pettarani UPT (Unit Pelaksana Teknis) pendapatan wilayah Makassar untuk dapat menjawab dan mengisi kuesioner dengan mudah dan cepat, responden hanya perlu memberi tanda check (√) pada tempat yang telah disediakan.

Dalam kuesioner ini dilengkapi dengan skala pengukuran untuk menghasilkan data kuantitatif. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden di SAMSAT Pembantu Pettarani UPT (Unit Pelaksana Teknis) pendapatan wilayah Makassar mengenai variabel kualitas pelayanan drive thru pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Pembantu Pettarani UPT (Unit Pelaksana Teknis) pendapatan wilayah Makassar. Dalam kuesioner (angket) ini terdapat 5 (lima) pilihan jawaban pada setiap item pertanyaan, yaitu sebagai berikut:

1. Jawaban Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5 2. Jawaban Setuju (S) : diberi skor 4 3. Jawaban Ragu-Ragu (RR) : diberi skor 3 4. Jawaban Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2 5. Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik Analisis Statistik Deskriptif yaitu suatu teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, tanpa bermaksud membuat suatu kesimpulan yang berlaku luas/secara umum (generalisasi). Sebagaimana hal tersebut, peneliti menggunakan teknik analisis statistik deskriptif hanya untuk mendeskripsikan data kuesioner (angket) yang telah terkumpul dan berisi jawaban dari responden (pengguna layanan) drive thru SAMSAT pembantu Pettarani UPT pemerintah wilayah Makassar, tanpa adanya maksud untuk memberikan kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel itu diambil.

Teknik analisis statistik deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa tabel, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, serta perhitungan persentase (%). Penentuan persentase dari data hasil kuesioner (angket) yang diperoleh dari variabel mandiri dengan menggunakan rumus perhitungan persentase, yaitu :

% = x 100%

Keterangan rumus:

n = Skor yang diperoleh N = Skor ideal

% = Persentase

Data yang telah dipersentasekan tersebut, kemudian akan ditafsirkan dengan kalimat-kalimat yang bersifat kualitatif. Dalam hal ini, hasil persentase tersebut dapat digolongkan sebagaimana terlihat pada tabel 3.1, yaitu:

Tabel 3.1. Kriteria Jawaban Responden Persentase Jawaban Tafsiran Kualitatif

80% - 100%

60% - <80%

40% - <60%

20% - < 40%

0% - < 20%

Sangat Baik Baik Cukup Baik

Tidak Baik Sangat Tidak Baik (Arikunto, 2010: 246)

F. Teknik Pengabsahan Data

Teknik pengabsahan data adalah suatu cara yang dilakukan untuk menjamin bahwa semua yang telah diteliti dan diamati oleh peneliti telah sesuai (relevan) dengan data yang sesungguhnya terjadi dan memang benar adanya. Hal ini dilakukan peneliti untuk menjamin dan memelihara bahwa data tersebut benar, baik bagi pembaca maupun subjek peneliti. Penelitian ini menggunakan teknik pengabsahan data sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji keakuratan/ kevalidan kuesioner penelitian. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk menguji kehandalan/konsistensi kuesioner penelitian. Untuk melakukan uji validitas, peneliti menggunakan bantuan software SPSS version 24.0.

Pengujian validitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai rhitung

dengan nilai rtabel Product Moment. Jika nilai rhitung ≥ rtabel,maka indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan valid. Begitupula jika nilai sig. (2- tailed) data

<

0.05, maka data juga dikatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas, dilakukan untuk menguji kehandalan/konsistensi data penelitian. Dalam uji reliabilitas menggunakan bantuan software SPS version 24.0. Pengujian realibilitas ini dilakukan dengan cara membandingkan ralpha atau angka cronbach alpha dengan nilai 0,7. Jika ralpha atau angka cronbach alpha ≥ 0,7, maka indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan reliabel. Begitupun sebaliknya, jika ralpha atau angka cronbach alpha < 0,7, maka indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan tidak reliabel.

52 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Keadaan Geografis Kota Makassar

Kota Makassar merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sulawesi Selatan, yang berada pada bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dulu dikenal sebagai Ujung Pandang, terletak antara 119º24’17’38” BT dan 5º8’6’19”

LS yang berbatasan sebelah Utara yaitu Kabupaten Maros, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan batas sebelah Barat yaitu Selat Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Wilayah Kota Makassar tercatat memiliki luas 175,77 km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim sedang-tropis memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C - 29°C.

Segi administrasi Kota Makassar terbagi menjadi 15 kecamatan dengan 153 kelurahan. Diantara 15 kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Wajo, Kecamatan Tallo, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Biringkanaya dan Kecamatan Mariso. Batas- batas administrasi Kota Makassar sebagai berikut:

 Batas Utara: Kabupaten Maros

 Batas Timur: Kabupaten Maros

 Batas Selatan: Kabupaten Takalar dan Kabupaten Gowa

 Batas Barat: Selat Makassar

2. Profil Lokasi Penelitian (UPT Wilayah I Makassar)

Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Sulsel dibentuk untuk meningkatkan pendapatan daerah, antara lain, melalui penguatan taxing power yang dilakukan dengan mengimplementasikan secara efektif regulasi retribusi daerah dan perpajakan daerah sesuai kewenangan pemerintahan daerah provinsi sebagaimana yang telah dibakukan dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Secara umum pendapatan daerah terdiri atas:

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2) Dana Perimbangan

3) Lain-lain pendapatan yang sah.

Dalam jangka waktu 8 tahun, pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Selatan mengalami kenaikan yang lebih dua kali lipat, yaitu berkisar sebesar Rp 2.124.090.149.339 pada tahun 2008 sampai pada tahun 2016 sebesar Rp 7.162.588.691.183. Terjadinya kenaikan pendapatan ini dipengaruhi oleh banyaknya pembaharuan (inovasi) yang dilakukan pemerintah.

Instrument dari sumber pendapatan tersebut didominasi oleh PAD serta memberikan kontribusi rata-rata sebesar 55,24%. PAD tersebut dikelola oleh Dispenda Sulawesi Selatan sejak 1 Januari 2017 telah berganti menjadi Bapenda Sulawesi Selatan. Dari tahun ke tahun PAD

Sulsel mengalami kenaikan yang lebih dari target yang telah ditentukan.

Akibat dari adanya kenaikan tersebut disebabkan adanya peningkatan etos kerja sumber daya manusia (SDM), adanya dorongan dari para pemimpin, serta adanya inovasi-inovasi dari layanan unggulan yang terus berkembang.

Memandang luas wilayah pengelolaan objek pajak dan kenaikan jumlah kendaraan yang meningkat di Provinsi Sulawesi Selatan, maka dari tahun 2008 dibentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) untuk melakukan efektivitas dan efisiensi rancangan tugas pokok. Mulanya, perpanjangan tangan pengelolaan pajak di daerah hanya dilayani 10 UPTD Samsat dan 13 Samsat Pembantu, sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 16 tahun 2010 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis jumlah UPT bertambah menjadi 15 UPT dan hingga 2017 UPT telah terdapat disemua kabupaten/kota, jumlahnya sebanyak 25 Unit, 2 diantaranya terdapat di Kota Makassar.

Salah satu inovasi layanan unggulan UPT (unit pelaksana teknis) pendapatan wilayah I kota Makassar yaitu drive thru pajak kendaraan bermotor terdiri dari: layanan pengesahan STNK, pembayaran PKB dan SWDKLLJ yang tempat pelaksanaannya di luar gedung kantor bersama samsat wilayah Makassar I yang memudahkan pelanggan dalam melakukan transaksi tanpa mesti turun dari kendaraan bermotor yang dikendarainya.

Samsat drive thru ini menjadi salah satu pilihan yang sangat direkomendasikan untuk pelanggan yang ingin membayar SWDKLLJ dan pajak kendaraannya. Alasannya tidak lain karena setiap orang pasti ingin secepat mungkin dalam penyelesaian pengesahan STNK dengan cara yang mudah dan tanpa harus perlu membayar lebih dari yang semestinya. Berikut merupakan data pengguna layanan drive thru pajak kendaraan bermotor bulan Januari-Oktober pada tahun 2020 yaitu:

Tabel 4.1 Pengguna Layanan Drive Thru Pajak Kendaraan Bermotor SAMSAT Pembantu Pettarani perbulan tahun 2020

No Bulan Pengguna

Roda Dua (R2)

Pengguna Roda Empat

(R4)

Jumlah Pengguna

Layanan

1. Januari 2.543 2.139 4.682

2. Februari 2.275 2.179 4.454

3. Maret 2.265 1.813 4.078

4. April 1.109 1.161 2.270

5. Mei 1.370 1.423 2.793

6. Juni 2.461 2.057 4.518

7. Juli 2.742 1.917 4.659

8. Agustus 2.953 1.962 4.915

9. September 2.984 1.943 4.927

10. Oktober 2.495 1.640 4.135

Jumlah Keseluruhan Pengguna Layanan Tahun 2020 41.431 Sumber: Data Primer SAMSAT Wilayah I Makassar, 2020

3. VISI, MISI UPT Wilayah I Makassar

VISI

“Optimalisasi penerimaan pendapatan daerah” dan “Meningkatnya akuntabilitas perangkat daerah”.

MISI

1. Meningkatnya pendapatan daerah, dengan indikator sasaran adalah: kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah.

2. Penguatan regulasi dan kelembagaan, dengan indikator sasaran adalah: Indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pajak.

3. Meningkatnya akuntabilitas kinerja, perencanaan dan pengelolaan keuangan perangkat daerah, dengan indikator sasaran adalah:

- Nilai SAKIP Badan Pendapatan Daerah

- Persentase ASN dengan nilai SKP kategori baik - Nilai rata-rata capaian kinerja perangkat daerah

4. Struktur Organisasi UPT Wilayah I Makassar

Struktur organisasi adalah sebuah hierarki (jenjang berbentuk garis yang bertingkat-tingkat) berisi komponen-komponen yang menunjukkan adanya pembagian kerja, fungsi serta tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi untuk mencapai sasaran yang ditetapkan oleh organisasi tersebut. Pembagian struktur organisasi di UPT Wilayah I Makassar dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Struktur Organisasi UPT Pendapatan Wilayah Makassar I

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi UPT Pendapatan Wilayah Makassar I KA UPT Pendapatan Makassar I

KASI Pendataan & Penagihan UPTP Makassar I

KASI Penetapan & Penerimaan UPTP Makassar I

KASUBAG Tata Usaha UPTP Makassar I

Berdasarkan bagan struktur organisasi UPT Pendapatan Wilayah Makassar I di atas, adapun tugas, fungsi dan kewenangan unit dalam struktur organisasi UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pendapatan Wilayah Makassar I, adalah sebagai berikut:

 Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah UPT Pendapatan Wilayah pada Badan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

 Kepala UPT adalah Kepala UPT Pendapatan Wilayah yang bertugas membantu Kepala Badan dalam melaksanakan kebijakan teknis pemungutan Pendapatan Asli Daerah yang menjadi tanggung jawabnya, mengawasi pelaksana tugas ketatausahaan, pelayanan dan penetapan pajak, pendapatan dan penagihan pajak serta menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Badan berdasarkan wilayah kerja;

 Lebih lanjut dijelaskan bahwa fungsi Kepala UPT dalam melaksanakan tugas adalah, sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan pemungutan pendapatan asli daerah;

2. Pelaksanaan kebijakan teknis pemungutan pendapatan asli daerah;

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemungutan Pendapatan Asli Daerah;

4. Pelaksanaan administrasi UPT, dan

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan terkait tugas dan fungsinya.

 Uraian tugas Kepala UPT wilayah, meliputi:

1. Menyusun rencana kegiatan UPT sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;

2. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;

3. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam lingkungan UPT untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas;

4. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau menandatangani naskah dinas;

5. Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya;

6. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan program, keuangan, umum, perlengkapan, kepegawaian dalam lingkungan UPT;

7. Menyiapkan dan merumuskan kebijakan teknis pemungutan Pendapatan Asli Daerah;

8. Mengoordinasikan dan melaksanakan kebijakan teknis pemungutan Pendapatan Asli Daerah;

9. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan teknis pemungutan Pendapatan Asli Daerah;

10. Menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi terkait dengan proses penyelesaian keberatan, pemberian keringanan, dan restitusi pajak daerah sesuai dengan perundang-undangan;

11. Melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan instansi terkait lainnya;

12. Mengusulkan rencana anggaran kegiatan tahunan;

13. Mengusulkan rencana penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah;

14. Melaksanakan pelaporan bulanan, triwulan dan tahunan;

15. Melaksanakan urusan ketatausahaan UPT;

16. Melaksanakan kegiatan layanan unggulan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) sesuai kebijakan yang ditetapkan;

17. Melaksanakan pengawasan internal UPT;

18. Mengoordinasikan dan melaksanakan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kebijakan teknis pemungutan pendapatan asli daerah;

19. Melaksanakan koordinasi, dan konsultasi dengan lembaga pemerintah dan lembaga nonpemerintah dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi UPT;

20. Menilai kinerja pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

21. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas Kepala UPT dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan; dan

22. Menyelenggarakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

 Subbagian dan seksi di dalam struktur organisasi UPT Pendapatan Wilayah, meliputi:

1. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh Kepala Subbagian yang mempunyai tugas membantu Kepala UPT dalam mengoordinasikan dan melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi penyusunan

program, pelaporan, umum, kepegawaian, dan keuangan dalam lingkungan UPT;

2. Seksi Pelayanan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi mempunyai tugas membantu Kepala UPT dalam mengoordinasikan, menyiapkan bahan, dan melakukan kebijakan teknis pelayanan dan penetapan pajak daerah serta pendapatan; dan

3. Seksi Pendataan dan Penagihan dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas membantu Kepala UPT dalam mengoordinasikan, menyiapkan bahan dan melakukan kebijakan teknis pendataan dan penagihan pajak daerah.

B. Hasil Penelitian

Gambaran umum responden ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik terpilih menjadi responden. Penggolongan responden didasarkan pada jenis kelamin, dan usia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SAMSAT Pembantu Pettarani UPT (Unit Pelaksana Teknis) pendapatan wilayah Makassar selama bulan Agustus 2020 terhadap 50 responden melalui penyebaran kuesioner, maka karateristik responden dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Responden

Pengambilan sampel yang dilakukan penulis pada SAMSAT Pembantu Pettarani UPT (Unit Pelaksana Teknis) pendapatan wilayah

Makassar yaitu dimana yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat khususnya wajib pajak/pengguna layanan drive thru pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Pembantu Pettarani UPT (Unit Pelaksana Teknis) pendapatan wilayah Makassar.

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dari responden dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui berapa banyak laki-laki dan perempuan yang menjadi responden dalam penelitian ini. Berikut ini data merupakan responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2

Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Laki-laki 70 71,4%

2. Perempuan 28 28,6%

Total 98 100%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 , dapat diketahui jenis kelamin laki-laki sebanyak 70 orang dengan presentase 71,4% dan perempuan sebanyak sebanyak 28 orang dengan presentase sebesar 28,6%, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat/wajib pajak/pengguna layanan drive thru pajak kendaraan bermotor yang menjadi responden di SAMSAT Pembantu Pettarani UPT (Unit Pelaksana Teknis) pendapatan wilayah Makassar adalah laki-laki.

a. Usia

Usia dari responden yang di intervalkan mulai dari usia yang muda sampai dengan yang tua. Berikut ini merupakan data responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Mayarakat Berdasarkan Usia No. Umur Jumlah Persentase

1. 20-29 Tahun 25 25,5%

2. 30-39 Tahun 31 31,7%

3. 40-49 Tahun 29 29,6%

4. 50-59 Tahun 13 13,2%

5. 60 Tahun 0 0%

Total 98 100%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.3, menjelaskan mengenai usia responden dengan total sebanyak 98 orang atau responden. Menunjukkan bahwa responden yang paling mendominasi yaitu pada usia 30-39 tahun yaitu sebanyak 31 orang atau responden dengan presentase 31,7%, kemudian disusul dengan usia 40-49 tahun berjumlah 29 orang atau responden dengan presentase 29,6%, untuk usia 20-29 sebanyak 25 orang atau responden dengan presentase 25,5% sedangkan pada usia 50-59 tahun sebanyak 13 orang atau responden dengan presentase 13,2%.

2. Pengujian Persyaratan Statistik a. Hasil Uji Validitas

Tahap awal dari proses analisis data adalah dengan melakukan uji validitas instrument terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga ketetapan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Kegunaan uji validitas yaitu untuk mengetahui valid tidaknya suatu kuesioner yang merupakan alat ukur dalam penelitian ini, instrumen yang valid menggambarkan bahwa suatu instrument benar–benar mampu dalam mengukur variabel–variabel yang akan diukur dalam penelitian, serta mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antara konsep penelitian dengan hasil pengukuran.

Pada uji validitas ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 98 responden. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui valid atau tidaknya data sebelum data tersebut diolah. Uji validitas dilakukan untuk lebih mengefisienkan waktu dalam pengambilan data yang ada di lapangan dan apabila sampel yang didapat hasilnya valid secara keseluruhan, maka semua indikator telah mewakili semua instrument. Namun bila terdapat sampel yang tidak valid dan tidak dapat mewakili indikator yang ada, maka instrument tersebut akan dihapus atau dibuang. Adapun rumus yang digunakan oleh peneliti dalam uji validitas ini adalah dibantu dengan bantuan SPSS Versi 21.

Item pernyataan tersebut valid apabila r hitung ≥ r tabel dan jika r

hitung ≤ r tabel, maka item atau butir instrument dinyatakan tidak valid.

Pada penelitian ini, Instrumen penelitian dikatakan valid jika nilai r hitung (nilai person correction) r tabel (nilai r tabel masuk 98 orang responden= 0,20. Jika dikatakan valid jika nilai sig. (2- tailed) r kritis (=0,05). Berikut adalah hasil pengujian validitas menurut variabel kualitas pelayanan.

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pelayanan Resp. Nilai Perarson

Correlation

r tabel

Nilai sig.(2- tailed)

r

kritis Keputusan

1 0,818

0,20 0,000 0,05 Valid

2 0,807 0,20 0,000 0,05 Valid

3 0,739 0,20 0,000 0,05 Valid

4 0.643 0,20 0,000 0,05 Valid

5 0,803 0,20 0,000 0,05 Valid

6 0,737 0,20 0,000 0,05 Valid

7 0,844 0,20 0,000 0,05 Valid

8 0,853 0,20 0,000 0,05 Valid

9 0,743 0,20 0,000 0,05 Valid

10 0,848 0,20 0,000 0,05 Valid

11 0,885 0,20 0,000 0,05 Valid

12 0,774 0,20 0,000 0,05 Valid

13 0,810 0,20 0,000 0,05 Valid

14 0,844 0,20 0,000 0,05 Valid

15 0,824 0,20 0,000 0,05 Valid

16 0,686 0,20 0,000 0,05 Valid

17 0,820 0,20 0,000 0,05 Valid

18 0,880 0,20 0,000 0,05 Valid

19 0,847 0,20 0,000 0,05 Valid

20 0,841 0,20 0,000 0,05 Valid

Data Primer diolah, 2020

b. Uji Reabilitas

Tabel 4.5

Hasil Uji Reabilitas Variabel ualitas Pelayanan Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 98 100.0

Excludeda 0 .0

Total 98 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0,97 20

Data Primer diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.5 di atas maka dapat diketahui nilai koefisien Alpha adalah sebesar 0,97. Suatu variabel dikatakan reliable jika nilai alphanya lebih dari nilai r table (0,20). Maka hal ini dapat diartikan bahwa 0,97 dari 0,20 sehingga instrumennya reliable.

3. Hasil Analisis Deskriptif

a. Deskripsi Kualitas Pelayanan

Dalam artian sederhana kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, proses, manusia dan lingkungan yang memenuhi atau dikatakan sesuai dengan harapan. Kualitas pelayanan publik dapat diketahui dengan

cara membandingkan persepsi para pelanggan (masyarakat) atas pelayanan yang mereka inginkan. Apabila pelayanan dapat diterima oleh masyarakat sesuai dengan harapan atau keinginan mereka, maka pelayanan tersebut dapat dikatakan “memuaskan”.

Untuk menganalisis kualitas pelayanan drive thru pajak kendaraan bermotor di Samsat Pembantu Pettarani UPT pendapatan wilayah Makassar, penulis memilih 5 dimensi kualitas yang dikemukakan oleh Zeithaml, Berry dan Parasuraman yaitu bukti fisik (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance) dan empati (empathy).

Besarnya Kualitas Pelayanan terhadap masing-masing indikator ditetapkan dalam bentuk persentase dari jawaban yang diberikan dari tiap- tiap indikator, dapat dilihat pada tabel- tabel berikut ini : 1) Bukti Fisik (Tangible)

Dimensi yang berhubungan dengan bukti fisik pegawai layanan, bukti fisik tempat pelayanan serta sarana prasarana yang terdapat pada pelayanan drive thru pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Pembantu Pettarani UPT Pendapatan Wilayah Makassar. Adapun indikator bukti fisik adalah sebagai berikut:

a) Petugas memudahkan melakukan permohonan pelayanan.

b) Petugas menggunakan atribut lengkap.

c) Peralatan dan komputerisasi administrasi yang digunakan sudah memadai.

d) Gardu/loket pelayanan nyaman digunakan bertransaksi.

e) Layanan yang diberikan sesuai alur pelayanan.

Deskripsi mengenai pernyataan dari responden terhadap bukti fisik operasional maupun pegawai drive thru pajak kendaraan bermotor di Samsat Pettarani UPT pendapatan wilayah Makassar, dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6

Dimensi Bukti Fisik. Tanggapan Responden Tentang Petugas Memudahkan Melakukan Permohonan Pelayanan.

Tanggapan

Responden Skor (x) Frekuensi f.x Presentase

Sangat Setuju 5 59 295 60,2%

Setuju 4 27 108 27,6%

Ragu-Ragu 3 8 24 8,2%

Tidak Setuju 2 2 4 2%

Sangat Tidak Setuju 1 2 2 2%

Total 98 433 100%

% = x 100% = x 100% = 88,37%

Sumber : Data Primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, bahwa dimensi Bukti Fisik pada indikator Petugas memudahkan melakukan permohonan memperoleh penilaian yang mendominasi pada jawaban “Sangat Setuju” sebanyak 59 orang dengan peresentase 60,2%, dan yang menjawab “Setuju” sebanyak 27 orang dengan persentase 27,6%, sedangkan yang menjawab “Ragu- Ragu” sebanyak 8 orang dengan presentase 8,2%, kemudian yang menjawab “Tidak Setuju” sebanyak 2 orang dengan presentase 2% dan

Dokumen terkait