pentingnya situasi atau lingkungan sebagai determinan utama. Munculnya dan berkembangnya faham liberalisme di kebanyakan negara menyebabkan kontak antar negara dan bangsa semakin tidak dapat dihindari. Kenyataan semacam itulah yang menyadarkan orang akan pentingnya faktor situasi dalam pengelolaan negara. Protagonist aliran ini tentunya adalah Fred W. Riggs yang mengenalkan studi ekologi administrasi negara, Comparative Public Administration dan akhirnya Development Administration.
Kalau Riggs dan kawan-kawan menganalisis pengartih ekologis ini pada azas makro, ada pula sarjana yang menganalisanya dari sudut mikro. Sarjana seperti Hersey, Blanchard dan lain-lain melihatnya pada azas mikro dan berhasil membuktikan bagaimana determinan situasi seperti besarnya organisasi, sistern imbalan dan lain-lain benar-benar berfungsi,sebagai variabel penentu.
Dalam pada itu hampir bersarmaan dengan lahirnya paradigma situasi lahir pula paradigma teori sistem yang dikembangkan oleh Bertalanfy dan kemudian oleh Boulding.
Paradigma ini sebenarnya idenya sama dengan paradigma situasional, dan oleh karenanya paradigma ini bersaling-tunjang dengan paradigma situasional. Paradigma sistem ini mengkonsepsikan administrasi negara sebagai suatu sub sistem dari sistem yang lebih besar yang disebut masyarakat. Oleh karena itu maka administrasi negara berinteraksi dengan komponen lain dalatn masyarakat kultur, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain.
Setiap perubahan pada suatu komponan baik kuantitas maupun kualitas akan selalu menimbulkan perubahan pada komponen yang lain. Berdasar atas itulah maka Riggs membuat lingkaran konsentris sistem administrasi negara, dimana sub sistem politik merupakan sub sistem yang paling dekat dengan administrasi negara.
suatu fenomena terrnasuk fenomena administrasi, adalah model. Misalnya akan menjelaskan kepada seseorang tentang si Mintje. Ia menggambarkan Mintje dengan menjelaskan bahwa model rambut Mintje seperti model rambut Lady Di. Dengan mengilustrasikan si Mintje (sesuatu yang belum diketahui) dengan Lady Di (sesuatu yang sudah diketahui) orang akan lebih mudah memahami si Mintje.
Di dalam administrasi negara, model yang digunakan tidaklah berada dalam tingkat generalisasi yang sama. Ada yang dapat diterapkan pada semua tipe administrasi, tetapi ada juga yang hanya dapat diterapkan pada bagian-bagian tertentu dari administrasi.
Ada yang diterapkan pada studi administrasi, praktek administrasi dan ada yang hanya dapat dipakai untuk meninjau tipe administrasi tertentu dengan bercermin pada tipe administrasi yang lain.
Beberapa model yang telah dimanfaatkan oleh administrasi negara menurut Waldo adalah
1. Law as a Model
2. Model Mesin
3. Analogi Organis
4. Model Administrasi Niaga
5. Model Administrasi Militer
6. Model Teologi
7. Perspelatif Idiologi
8. Perspektif Politik
9. Kacamata Ekonomi
10. Lensa Sosial
11. Model Seni
12. Model Ilmu
13. Perspektif Etika
14. Model Sistem Komunikasi
15. Model Otak
16. Model Sistem
17. Model Kesehatan
Menurut law as a model administrasi negara dipandang sebagai legal sistem/sistem hukum. Administrasi negara dipandang sebagai kompleks norma dan kerangka hak dan kewajiban yang syah.
Model mesin disebut pula sebagai Mechanical metaphor. Administrasi negara dipandang sebagai produk dari mesin. Mekanisme kerja administrasi negara ibarat kerja sebuah mesin, sehingga administrasi negara harus dirancang strukturnya agar dapat dicegah pemakaian sumber yang tidak bermanfaat.
Analogi organis menganggap administrasi negara seperti organ yang hidup.
Kehidupan administrasi negara tak bisa dilepaskan dari kehidupan lingkungan dimana dia berada.
Administrasi negara menurut model administrasi niaga dipandang sebagai suatu perusahaan sehingga di dalam operasinya juga harus mengindahkan prinsip business seperti efisiensi, etika dan filsafat business dalam arti yang Iuas.
Administrasi militer sebagai model merupakan model yang sudah agak lama dipakai di dalam memahami administrasi negara. Sebagai contoh adalah model organisasi lini dalam organisasi militer yang banyak dipakai dalam administrasi negara.
Administrasi negara menurut model teologi dipandang sebagai suatu species dari suatu genus yang disebut dengan teologi.
Perspektif idiologi memandang administrasi negara sebagai suatu kegiatan profesional yang harus netral dari pengaruh politik. Perspektif ini bertentangan dengan perspektif politik, yang memandang administrasi negara sebagai suatu kcgiatan yang tumbuh dengan kegiatan politik.
Administrasi negara menurut kacamata ekonomi, dipandang sebagai miniatur ekonomi, ukuran kecil dari ekonomi.
Sama dengan analogi organis, lensa sosial memandang administrasi negara sebagai gejala sosial-psychologis, yang hanya dapat difahami dengan mengkaitkannya
dengan konteks sosial yang lebih luas.
Menurut pandangan model seni, administrasi negara adalah pekerjaan yang artistik, yang bukan penerapan rumus-rumus ilmiah. Pandangan inilah yang bertentangan dengan pandangan model ilmu, yang memandang administrasi sebagai science.
Perspektif etika memandang administrasi ncgara scbagai proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral.
Administrasi negara menurut model sistem komunikasi adalah proses penyampaian sinyal-sinyal sehingga tak terjadi kecemasan dan kesemrawutan.
Administrasi negara dipandang sebagai organisasi atau wadah untuk memperoleh ide baru. Inilah pandangan model otak.
Model sistem, sebagaimana model analogis organis dan model lensa sosial memandang administrasi negara sebagai sistem.
Sedangkan menurut medical model administrasi negara merupakan sarana untuk menyehatkan negara dan masyarakat dalam arti luas.
Sarjana lain, Fred W. Riggs mengemukakan dan membuat model sistem administrasi negara yaitu model industria, agraria dan model prismatic. Masih banyak beberapa model dalam administrasi negara yang diungkapkan oleh para sarjana, namun yang perlu dikemukakan adalah beberapa model yang diungkapkan Frederickson, yang mengemukakan 5 (lima) model yaitu model birokrasi klasik, model neo birokrasi, model kelembagaan, model hubungan kemanusiaan dan model pilihan publik.
Lima model tersebut dijelaskan oleh Frederickson dalam bagan seperti berikut.
Teori dan Teoritisi Fokus Empiris (Unit Analisa)
Ciri-ciri Nilai yang akan
Dimaksimumkan Model Birokrasi
Klasi Taylor
Organisasi Kelompok Produksi
Instansi Pemerintah
Struktur, hirarki, pengendalian,
otoritas, dikotomi
Efisiensi Ekonomi efektifitas Wilson
Weber
Gulick, Urwick
Biro (bureau) Kelompok Kerja
kebijakan-
administrasi rantai perintah, kesatuan perintah,
rentangan
Teori dan Teoritisi Fokus Empiris (Unit Analisa)
Ciri-ciri Nilai yang akan
dimaksimumkan pengendalian,
pengangkatan atas kemampuan, sentralisasi Model Neobirokrasi
Simon, Cyert March, Gore
Keputusan Positivis-logis, penelitian operasi, Analisa sistem, sibernika, ilmu manajemen, produktivitas
Rasionalitas Efisiensi ekonomi
Model Institusi Keputusan (rasional) Empiris, positivis, Ilmuiensi “Analisa Lindbloom
J. Thompson
Keputusan (tambahan) Perilaku
organisasi (sistem terbuka)
birokrasi adalah cerminan
kebudayaan, pola-
pola perlaku
birokrasi yang memusatkan
perhatian pada kelangsungan, kompetisi, teknologi, rasionalitas,
inkrementalisme, kekuasaan
yang netral tentang perilaku organisasi”
Inkrementalisme Pluralisme kritik Grozie
r Down s
Perilaku organisasi Perilaku individu dan
organisasi Mosher
Etzioni
Biro dan Profesi Perbandingan Perilaku Organisasi (kekuasaan)
Blau Perilaku Organisasi
(pertukaran)
Riggs Organisasi dan
kebudayaan V. Thompson
Selznick
Perilaku organisasi perilaku organisasi (organismis)
Model hubungan kemanusiaan McGregor
Individu dan
kelompok kerja Hubungan
Hubungan antar pribadi dan antar kelompok,
komunikasi, sanksi, motivasi,
perubahan,
Latihan, pembagian otoritas kebenaran prosedur konsensus
Kepuasan pekerja
pengawas/pekerja
Liket Daya guna
pengawas/pekerja
Perkembangan pribadi
Perubahan perilaku
Teori dan Teoritisi Fokus Empiris (Unit Analisa)
Ciri-ciri Nilai yang akan
dimaksimumkan Bennis
Argyrys
Perubahan Perilaku Harga diri individu
Model Pilihan Publik
Hubungan
organisasi kiln dan distribusi barang- barang
Anti birokratis, penerapan logika ekonomi pada masalah-masalah distribusi pelayanan public, amat analitis,
pengibaratan pasar, kontrak-kontrak, kekecilan, desentralisasi, tawar- menawar
Pilihan atau
kehendak warga negara Kesempatan mempergunakan
masyarakat umum pelayanan yang
sama persaingan
Ostrom Desentralisasi
struktur
yang tumpang tindih Buchanan
Tullock
Sector public sebagai pasar
Olson Besarnya
kelompok kiln dan distribusi pelayanan public
Mitchell Distribusi
Frohlich Oppenheimer Young
kepemimpinan dan distribusi barang Perjanjian
Niskanan pelaksanaan
BAB IV
TEORI ADMINISTRASI NEGARA
Elmer Schatt Schneider pernah berkata bahwa teori adalah cara yang terpendek untuk mengatakan sesuatu yang penting. Dunia pengalaman dan pengarnatan yang penuh "chaos", kesemrawutan, diabstraksikan menjadi pola-pola keteraturan dan keajegan-keajegan dengan cara memberikan ekspresi simbolik dan hubungan logis.
Sedangkan Daniel Griffiths menyatakan bahwa A Theory is essentially a set of assumptions from which a set of empirical laws (principles) may be derived. A Theory is not a law. A Theory itself cannot be proved by direct experimentation. Dengan rumusan lain dapat dikemukakan bahwa teori pada hakekatnya merupakan serangkaian asumsi, yang dari asumsi tersebut dapat diderivasikan serangkaian hukum-hukum empirik. Teori itu sendiri bukanlah hukum. Dan teori itu sendiri tak dapat dibuktikan melalui eksperimen langsung.
Dua definisi tentang teori tersebut mempunyai makna yang hampir sama walaupun didekati dengan cara pandang yang berbeda. Schneider melihat lahirnya teori itu dari hal- hal yang sifatnya empirik, kemudian diciptakan atau dilahirkan suatu alat yang disebut teori. Sedangkan Griffiths melihat dari sisi yang abstrak. Sebenarnya lahirnya teori itu lebih tepat jika dipandang sebagai alur melingkar dari pada alur linier, sehingga pendekatan apapun yang dipakai akan menghasilkan keluaran yang sama. Pendekatan Griffiths lebih bersifat deduktif, sedangkan pendekatan Schneider lebih bersifat induktif.
Van Dyke yang dikutip oleh Rahman Zainuddin dengan tegas menyatakan bahwa the word theory is full of ambiguity. Lebih lanjut dikatakan bahwa dilihat dari sudut makna teori mempunyai lebih dari satu pengertian misalnya pemikiran (thought), dugaan (conjectures) atau juga gagasan.
Apapun makna yang melekat atau dilekatkan pada teori oleh para penganjurnya, teori berfungsi sebagai alat untuk mensimplifikasikan gejala atau fenomena. Fenomena yang semrawut dapat dijelaskan, disederhanakan dan dipecahkan oleh teori. Dengan demikian maka teori itu sebenarnya dibangun berdasar fakta. Sebaliknya praktek administrasi harus juga didasarkan pada teori. Terjadilah hubungan simbiosis mutualistik yang baik. Karenanya maka sebenarnya pertentangan antara teori dan praktek tidaklah
relevan lagi. Teori dibangun berdasarkan fakta, dan praktek harus didasarkan pada teori.
Di kalangan ilmu administrasi teori administrasi berfungsi sebagai:
a. Pedoman untuk bertindakPedoman untuk mengumpulkan fakta
b. Pedoman untuk memperoleh pengetahuan baru
c. Pedoman untuk menjelaskan sifat-sifat administrasi
Arti pentingnya teori dikemukakan pula oleh Ali Mufiz. Dia berpendapat bahwa ada 5 sebab kenapa teori administrasi negara penting. Kelima sebab itu meliputi:
a. Teori administrasi negara menyatakan sesuatu yang bermakna, yang dapat diterapkan pada situasi kehidupan nyata;
b. Teori administrasi dapat menyajikan suatu perspektif;
c. Teori administrasi merangsang lahirnya cara-cara baru dalam hal-hal yang berbeda;
d. Teori administrasi yang telah ada dapat merupakan dasar untuk mengembangkan teori administrasi lainnya
e. Teori administrasi membantu penggunanya untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena yang dihadapinya
Demikianlah apabila kita menghadapi berbagai macam problema, apakah problema untuk dipecahkan secara praktis, problema pengumpulan fakta atau problema di dalam mengembangkan pengetahuan administrasi, teori akan banyak berbicara.
Kegunaan atau fungsi teori administrasi yang beraneka ragam itulah yang menyebabkan beraneka ragamnya teori administrasi dan bervariasinya teori administrasi. Variasi ini muncul di samping sebab seperti dipaparkan di atas, disebabkan pula oleb perbedaan visi pencetusnya dan perbedaan kondisi yang dihadapi oleh administrasi itu sendiri.