• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Dalam Administrasi Negara

Dalam dokumen PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA (Halaman 70-75)

relevan lagi. Teori dibangun berdasarkan fakta, dan praktek harus didasarkan pada teori.

Di kalangan ilmu administrasi teori administrasi berfungsi sebagai:

a. Pedoman untuk bertindakPedoman untuk mengumpulkan fakta

b. Pedoman untuk memperoleh pengetahuan baru

c. Pedoman untuk menjelaskan sifat-sifat administrasi

Arti pentingnya teori dikemukakan pula oleh Ali Mufiz. Dia berpendapat bahwa ada 5 sebab kenapa teori administrasi negara penting. Kelima sebab itu meliputi:

a. Teori administrasi negara menyatakan sesuatu yang bermakna, yang dapat diterapkan pada situasi kehidupan nyata;

b. Teori administrasi dapat menyajikan suatu perspektif;

c. Teori administrasi merangsang lahirnya cara-cara baru dalam hal-hal yang berbeda;

d. Teori administrasi yang telah ada dapat merupakan dasar untuk mengembangkan teori administrasi lainnya

e. Teori administrasi membantu penggunanya untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena yang dihadapinya

Demikianlah apabila kita menghadapi berbagai macam problema, apakah problema untuk dipecahkan secara praktis, problema pengumpulan fakta atau problema di dalam mengembangkan pengetahuan administrasi, teori akan banyak berbicara.

Kegunaan atau fungsi teori administrasi yang beraneka ragam itulah yang menyebabkan beraneka ragamnya teori administrasi dan bervariasinya teori administrasi. Variasi ini muncul di samping sebab seperti dipaparkan di atas, disebabkan pula oleb perbedaan visi pencetusnya dan perbedaan kondisi yang dihadapi oleh administrasi itu sendiri.

a. Commitment terhadap faktualisme;

b. Respek yang membabi buta terhadap otoritas para ekspert dan laws;

c. Rasa takut terhadap teorisasi;

d. Bahasa profesional yang tidak memadai;

e. Identifikasi emosional dengan pandangan pribadi;

f. Lack of understanding of theory.

Beberapa faktor di atas merupakan penyebab perkembangan teori administrasi tersendat- sendat. Administrasi hanya dipenuhi dengan berbagai macam teori pinjaman yang berasal dari disiplin ilmu yang lain. Oleh karena itu penulis sependapat dengan Gerald Caiden yang menyatakan bahwa tidak ada teori administrasi negara, letapi banyak teor dalam administrasi negara. Itu berarti bahwa teori administrasi negara yang betul-betul murni belumlah ada. Namun di dalam tubuh administrasi negara terdapat bervariasi teori yang berasal dari disiplin lain, yang “kebetulan" dapat dan cocok untuk menjelaskan, mengeksplanasikan dan mengontrol fenomena administrasi negara. Benarkah di dalam administrasi negara terdapat beragam teori yang berasal dari disiplin lain? Uraian berikut tentang beberapa teori dalam administrasi negara dapat lebih memperjelasnya.

4.1.1 Max Weber dan Teori Birokrasi

Kira-kira 100 tahun yang lalu, yakni sekitar tahun 1890-an, seorang sosiolog Jerman yang bernama Max Weber mempopulerkan istilah birokrasi. Walaupun konsep birokrasi itu dipopulerkan oleh Weber dan setiap pembicaraan tentang birokrasi selalu dikaitkan dengan namanya, namun sebenarnya konsep aslinya bukan dari dia. Jauh hari sebelum Weber mempopulerkan konsep tersebut, organisasi militer, gereja, pemerintahan lokal dan lain-lain telah menerapkan struktur sebagaimana disarankan oleh Weber.

Bahkan organisasi business telah pula menerapkan prinsip-prinsip birokrasi jauh sebelum Weber mempopulerkan birokrasi. Walaupun demikian, Weber tetap dianggap sebagai kreditor terbesar dalam mempopulerkan birokrasi.

Usaha Weber untuk mempopulerkan birokrasi dilatar belakangi oleh merajalelanya era patrimoni, dimana tidak ada hubungan impersonal dalam organisasi, semua keputusan organisasi diputuskan oleh patron sebagai pemilik organisasi serta belum adanya sistem pengawasan yang dapat diandalkan. Dengan kata lain organisasi pada saat itu didominasi oleh manajemen pemilik (owner dominated management).

Secara ringkas dapat diungkapkan bahwa teori birokrasi Weber itu ditandai dengan ciri-ciri stipulated rules, hierarchi kewenangan, pertanggung jawaban administrator dan pelaksanaan organisasi yang didasarkan pada dokumen tertulis.

Peraturan yang meliputi juga kebijaksanaan dan prosedur dimaksudkan untuk mengurangi frekuensi kebijaksanaan. Setiap persoalan yang ada di dalam organisasi hendaknya diselesaikan berdasarkan peraturan yang berlaku, dan sedikit mungkin yang diselesaikan lewat kebijaksanaan.

Agar pelaksanaan peraturan dapat berjalan dengan lancar dan mulus maka perlu disusun hierarki kewenangan birokratik yang bentuknya seperti piramid yang terbalik.

Semakin ke atas, semakin besar kewenangan yang dimiliki. Konsekuensinya adalah terjadinya konsentrasi kewenangan secara relafif pada sedikit orang.

Walaupun administrasi mempunyai kewenangan, namun tidaklah berarti dia bisa berbuat semau hatinya. Administrasi bukanlah pemilik birokrasi. Justru inilah yang ingin dihindari oleh Weber. Administrator haruslah mengembangkan impersonal relations, hubungan impersonal, yang tidak memandang bulu, yang harus dapat membedakan secara tegas antara kepentingan pribadi dan kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi.

Untuk menghindari agar administrator beserta anggotanya tidak bertindak luar kewenangan yang telah digariskan, diperlukan adanya dokumen tertulis sebagai alat pengawasan.

Karena prinsip tersebut berlaku dalam setiap organisasi, mungkin model tersebut merupakan model yang paling rasional dan paling banyak dipakai dalam teori administrasi negara. Namun janganlah sampai diartikan bahwa ia sebagai satu-satunya model ideal.

Kunci utama model tersebut adalah depersonalisasi pekerjaan pada setiap level organisasi, dan Weber menamakan orang-orang dalam sistem birokrasi dengan SPECIALIZED COG.

4.1.2 Frederick Winslow Taylor dan Scientific Management

Banyak nama yang dikaitkan dengan gerakan Scientific Management ini antara lain Henry Gantt, Frank and Lillian Gilbreth dan Harrington Emetson. Namun nama yang kondang dan menjadi "merek dagang" dari gerakan ini adalah Frederick W. Taylor.

Gara-gara nama ini yang kondang, gerakan ini lebih dikenal sebagai Taylorisme dari pada gerakan manajemen ilmiah.

Tujuan gerakan ini ialah lebih "mengilmiahka” gagasan organisasi rasional Weber. lde Weber untuk mencapai efisiensi organisasi yang tinggi hanya dapat direalisasi melalui studi yang ilmiah tentang gerak dan waktu. Seperti halnya dengan Weber maka Taylor pun juga mengemukakan beberapa prinsip. Prinsip tersebut adalah Job Design, Seleksi dan Pelatihan Pegawai, Motivasi Pegawai dan pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan.

Kunci utama keberhasilan organisasi kata Taylor, adalah bawahan. Karena itulah makapekerja atau bawahan merupakan fokus perhatian dari Taylor. Menurut Taylor, hanya ada satu jalan terbaik untuk melakukan suatu pekerjaan, yakni melalui studi gerak dan waktu.

Agar para pekerja dapat melaksanakan metode kerja yang baik dan dapat menempuh one best way tersebut, haruslah dilakukan seleksi terhadap pekerja, sehingga diperoleh pekerja yang mumpuni dan memenuhi kualifikasi yang dituntut pekerjaan.

Pekerja yang terseleksi inilah yang kemudian diberi pelatihan agar mempunyai kecakapan, sehingga mampu mengerjakan pekerjaan sesuai dengan strandard yang ditetapkan.

Setelah one best way ditetapkan dan pekerja telah dilatih untuk melaksanakan one best way tersebut, administrator harus menjaga agar para pekerja conform dengan standard yang telah ditetapkan. Untuk mencapai hal itu digunakan reward dan punishment, hukuman dan ganjaran. Pekerja yang tidak dapat menunaikan pekerjaannya dengan baik diberi "motivation by negative ineentive" seperti digeser dari pekerjaannya semula, penundaan kenaikan pangkat, penundaan kenaikan gaji dll. Sedangkan pekerja, yang berprestasi diberi "motivation by positive incentive" seperti kenaikan gaji, kenaikan pangkat otomatis dll.

Salah satu konsekuensi dari adanya one best way adalah keharusan diadakannya spesialisasi pekerjaan. Dalam hal ini harus dipisahkan secara tegas antara pekerjaan, perencanaan dan pelaksanaan operasional.

Baik teori Weber maupun teori Taylor menganggap manusia itu sebagai manusia rasional melulu. Sehingga cara-cara yang dipakai untuk menggerakkannya pun juga memakai cara-cara yang rasional pula, tanpa mempertimbangkan aspek yang lain.

Asumsinya yang terlalu simplistik yang menyatakan bahwa manusia itu matanya akan berubah menjadi hijau kalau melihat uang, ternyata tidak sepenuhnya benar. Kekeliruan inilah yang kemudian direvisi dan dikoreksi oleh Elton Mayo dan kawan-kawan.

4.1.3 Studi Hawthorne dan Human Relations

Penelitian di bidang "psikologi industri" yang akhirnya dinamakan gerakan Human Relations ini merupakan teori dalam administrasi yang memandang manusia bukan hanya sebagai pekerja belaka, tetapi memandang pekerja sebagai manusia yang utuh. Pekerja di dalam bekerja tidak hanya memburu gaji tetapi memerlukan pula pengakuan, keamanan, hiburan dan lain-lain. Pekerja menginginkan diperlakukan sebagai manusia yang utuh. Kebenaran dari pendapat ini dibuktikan dengan hasil penelitian Hawthorne sebelum dan sesudah tahun 1930-an. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh sinar terhadap produktivitas pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tak ada pengaruh besar kecilnya sinar terhadap produktivitas karyawan. Justru yang berpengaruh adalah perlakuan yang manusiawi dari atasan kepada bawahan.

4.1.4 Teori-teori Ilmu Perilaku

Berbarengan dengan munculnya gerakan Human Relation tersebut, bertebaranlah beberapa teori dalam administrasi negara yang terhimpun dalam teori ilmu perilaku. Di samping Mayo sendiri, para protagonis dalam teori ini antara lain adalah Abraham Maslow, Chris Argyris, Douglas McGregor, Waren Benis dan lain-lain. Dari merekalah akhirnya lahir beberapa teori perilaku dalam administrasi negara dan bidang studi baru seperti Organizational Behaviour dan Organizational Development.

Dari beberapa paparan contoh teori dalam administrasi negara tersebut jelas bahwa teori administrasi negara murni belum ada. Teori-teori tersebut dipinjam dari disiplin ilmu yang lain yang memang betul-betul dapat dipakai di dalam administrasi negara. Selain teori tersebut masih, ada teori lain yang sering muncul dan dipakai serta dimanfaatkan oleh administrasi negara, yang salah satunya adalah teori sistem dengan

"Black Box"-nya.

Dalam dokumen PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA (Halaman 70-75)

Dokumen terkait