• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam dokumen menulis proposal penelitian dengan mind map (Halaman 59-71)

BAB II. KAJIAN TEORI

F. Model-Model Pembelajaran

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian dan bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

Menurut Tan (dikutip Rusman, 2010, p.232) pembelajaran berbasis masalah merupakan pengguanaan berbagai macam kecerdasaan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) didasarkan pada teori psikologi kognitif. Fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa (perilaku mereka), melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan kegiatan itu.

Walaupun peran guru pada pembelajaran ini kadang melibatkan presentasi dan penjelasan suatu hal, namun yang lebih lazim adalah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) juga dilandasi oleh teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh ahli psikologi Eropa Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Menurut Piaget, anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus-menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini memotivasi mereka untuk secara aktif membangun tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan yang mereka Hayati (dikutip Ibrahim

dan Nur, 2005, p.16-17). Pandangan konstruktivis-kognitif mengemukakan, siswa dalam problem based instruction) segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.

Pengetahuan mereka tidak statis, tetapi terus-menerus tumbuh dan berubah saat siswa menghadapai pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal.

Sementara itu, pembelajaran berbasis masalah (mempunyai kaitan erat dengan pembelajaran penemuan (inquiri). Pada kedua model ini guru menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan daripada deduktif, dan siswa menemukan atau mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Adapun perbedaannya dalam beberapa hal penting, yaitu: sebagian besar pelajaran dalam inkuiri didasarkan pada pertanyaan- pertanyaan berdasarkan disiplin, dan penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru dan terbatas di lingkungan kelas. Pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna, yang memberi kesempatan kepada siswa dalam memilih dan menentukan penyelidikan apa pun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah (Ibrahim dan Nur, 2005, p.23).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction) merupakan suatu pembelajaran yang menuntut mental peserta didik untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Barrows (1996) model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan model pembelajaran yang lain yaitu:

1) Pembelajaran bersifat student centerd;

2) Pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil;

3) Dosen atau guru berperan sebagai fasilitator dan moderator;

4) Masalah menjadi fokus dan merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan problem solving;

5) Informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).

Senada dengan pendapat Rusman (2010, p.232—

233) karakteristik pembelajaran berbasis masalah (problem based intruction) adalah sebagai berikut.

1) Masalah menjadi starting point dalam belajar;

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur;

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perpective);

4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunanya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan komunikatif;

8) Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;

9) Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan

10) Pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Sukartono (2010) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran berdasarkan masalah yaitu, sebagai berikut.

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai solusi untuk situasi itu.

2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa dapat meninjau masalah itu dari berbagai mata pelajaran.

3) Penyelidikan autentik. Pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka

harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya.

Pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata.

5) Kolaborasi. Pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberi motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan berpikir.

Menurut Trianto (2009, p.95—96) berdasarkan karakteristik di atas, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan:

1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah. Berfikir diartikan sebagai kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan pada inferensi atau pertimbangan yang saksama serta, memberikan dorongan kepada peserta didik untuk hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret,

tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.

2) Belajar peran orang dewasa yang autentik. Menurut Resnick (dikutip Trianto, 2009, p. 95—96), pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) memiliki implikasi: (1) mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas; (2) memiliki elemen-elemen belajar, hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peranan orang yang diamati; (3) melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri.

3) Menjadi pembelajar mandiri. Pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) berusaha membantu siswa menjadi pembelajaran mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu sendiri dalam hidupnya kelak.

Gambar 2.1

Alur Proses Pembelajaran Berbasis Masalah

Rusman (2010, p.233)

c. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak- banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membatu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi;

dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim dan Nur, 2007, p.7).

Menurut Sudjana (dikutip Trianto, 2009, p.96) manfaat khusus yang diperoleh dari model pembelajaran

Menentukan Masalah

Pertemuan dan Laporan

Penyajian, Solusi dan Refleksi Analisis Masalah dan

Isu Belajar

Kesimpulan, Integrasi, dan Evaluasi

Belajar Pengarahan Diri

Belajar Pengerahan Diri

Belajar Pengarahan Diri

Belajar Pengarahan Diri

berbasis masalah. Tugas guru membantu siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pembelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah sekitar.

Selain manfaat, model Pembelajaran berbasis masalah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) sebagai suatu model pembelajaran adalah: (1) realistis dengan kehidupan siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk sifat inquiry siswa; (4) retensi konsep jadi kuat; dan (5) memupuk kemampuan Problem Solving. Selain kelebihan tersebut pembelajaran berbasis masalah (problem based instrution) juga memiliki beberapa kekurangan antara lain: (1) persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (2) sulitnya mencari problem yang relevan; (3) sering terjadi miss-konsepsi; dan (4) konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.

Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut (Trianto, 2009, p.96–97).

d. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Langkah-langkah pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) yaitu: terdiri atas lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap-1 Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih

Tahap-2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Tahap-5.

Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Sumber: Ibrahim dkk (dikutip Trianto, 2009, p.98).

Menurut Ibrahim (dikutip Trianto, 2009, p.72) di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas

konvensional. Peran guru dalam kelas PBI antara lain: (1) mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari- hari; (2) memfasilitasi/membimbing penyelidikan, misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen; (3) memfasilitasi dialog siswa; dan (4) mendukung belajar siswa.

e. Latihan Soal

1. Uraikanlah perbedaan model CPS dengan Model PMB!

2. Deskripsikanlah pendapatmu tentang karakteristik PBM!

3. Tuliskanlah manfaat utama dari PBM!

4. Uraikanlah secara singkat langkah-langkah PBM!

Dalam dokumen menulis proposal penelitian dengan mind map (Halaman 59-71)

Dokumen terkait