• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Berbasis Web E-Learning

Dalam dokumen penerapan pembelajaran web based learning (Halaman 38-47)

c) Bagian Penutup. Bagian ini berisi simpulan dan saran. Bagian ini hanya merangkumkan pokok-pokok yang menarik saja. Perlu diperhatikan bahwa hal-hal yang muncul pada bagian ini semestinya sudah muncul pada bagian isi.

Sejalan dengan hal tersebut, Mandang, dkk. (2010: 31-45) menguraikan format penulisan karya tulis sederhana sebagai berikut:

1) Bagian depan, terdiri atas sampul, pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, gambar, dan lampiran.

2) Bagian utama, terdiri atas lima bab. Bab I pendahuluan, memuat latar belakang, rumusan, tujuan, dan manfaat. Bab II kajian pustaka (teori).

Bab III, metode penulisan. Bab IV hasil penelitian. Bab V penutup.

3) Bagian pelengkap terdiri atas daftar pustaka dan lampiran.

proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web (Rusman, 2010: 335).

Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi tersebut adalah kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan dan di mana saja yang dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak, dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.

Mewujudkan pembelajaran berbasis web bukan sekadar meletakkan materi belajar pada web untuk kemudian diakses melalui komputer web. Namun, ia juga digunakan bukan hanya sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi atau informasi. Web digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tadi telah diungkap. Keunggulan yang tidak dimiliki media kertas ataupun media lain (Rusman, 2010: 336).

Pembelajaran berbasis web itu unik tetapi serius. Kata serius dipakai untuk mengungkapkan bahwa merancang sampai dengan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web tidak semudah yang dibayangkan. Selain infrastruktur internet, pembelajaran berbasis web memerlukan sebuah model instruksional yang memang dirancang khusus untuk keperluan itu. Sebuah mode instruksional merupakan komponen vital yang menentukan keefektifan proses belajar. Apa pun model instruksional yang dirancang, interaktivitas antara peserta didik, guru, pihak pendukung, dan materi belajar harus mendapatkan perhatian khusus.

2. Pemanfaatan Internet sebagai Media Pembelajaran

Internet, singkatan dari interconnection and networking, adalah jaringan informasi global, yaitu “The largest global network of computers, that enables people throughout the world to connect with each other”. Internet diluncurkan pertama kali oleh J.C.R. Licklider dan MIT (Massachusetts Institute Technology) pada Agustus 1962. Untuk dapat menggunakan internet diperlukan sebuah komputer yang memadai, harddisk yang cukup, modem (berkecepatan minimal 14.400), sambungan telepon (multifungsi: telepon, faksimile, dan internet), ada program Windows, dan sedikit banyak tahu cara mengoperasikannya.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. “Through independent study, students become doers, as well as thinkers”. Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik. Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups (.arts) (Rusman, 2010: 341).

Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas

(classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Siswa juga dapat belajar bekerja sama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar. Kemudian, selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya.

3. Pemanfaatan e-Learning untuk Pembelajaran

E-learning adalah pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.

Adapula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet (Rusman, 2010: 346). Dong (dalam Rusman, 2010: 346) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. E-learning didefinisikan sebagai berikut: E-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, dkk.

dalam Rusman, 2010: 346).

Rosenberg (dalam Rusman, 2010: 346) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Campbell (2002) dan Kamarga (2002) (dalam Rusman, 2010: 346) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakikat e- learning. Bahkan, Onno W. Purbo (dalam Rusman, 2010: 346) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dan elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pembelajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet, intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktifdan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pembelajaran boleh disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Materi pembelajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio, dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.

Rusman (2010: 347) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut.

a) E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, dan pelatihan secara on-line.

b) E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks,

CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.

c) E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.

d) Keempat, kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antarkonten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

4. Karakteristik E-Learning

Karakteristik e-learning menurut Rusman (2010: 348), antara lain:

a) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.

b) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer networks).

c) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.

d) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

5. Pengembangan Model e-Learning

Pengembangan e-learning adalah ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course.

a) Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang menempatkan siswa dan guru sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet.

Dengan kata lain, model ini menggunakan sistem jarak jauh.

b) Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini, guru bisa memberikan petunjuk kepada siswa untuk mempelajari materi melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan.

Dalam tatap muka, asiswa dan guru lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.

c) Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah memberikan pengayaan dan komunikasi antara siswa dengan guru, sesama siswa, anggota kelompok, atau siswa dengan narasumber lain. Oleh karena itu, peran guru dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing siswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan (Rusman, 2010: 350).

6. Kelebihan dan Kekurangan e-Learning

Kelebihan penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan menurut (Rusman, 2010: 351) antara lain:

a) Tersedianya fasilitas e-moderating yang menekankan pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

b) Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

c) Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

d) Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajaninya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.

e) Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

f) Berubahnya peran peserta didik dan yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.

g) Relatif lebih efisien.

Adapun kekurangan pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e- learning menurut Bullen (dalam Rusman, 2010: 352)) antara lain:

a) Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antarsesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran.

b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.

c) Proses pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.

d) Berubahnya peran pendidik dan yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT/medium komputer.

e) Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.

f) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.

g) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan internet.

h) Kurangnya personel dalam hal penguasaan bahasa pemrograman komputer.

D. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Web E-Learning dalam

Dalam dokumen penerapan pembelajaran web based learning (Halaman 38-47)

Dokumen terkait