BAB III ANALISIS TAFSIR QS AL-QAS}AS}/28: 73 .......................... 34-63
B. Kajian Ayat
3. Muna>sabah Ayat
Dalam memunasabahkan ayat yang diangkat peneliti, setidaknya ada dua ayat yang dapat ditinjau baik pada ayat yang masih berada di dalam satu surah yang sama yaitu pada QS al-Qas}as}/28: 71-72, maupun pada ayat yang terletak di surah lain yaitu pada QS al-Naba>’/78: 9-11.
Pertama, dalam QS al-Qas}as}/28: 71-72 memiliki hubungan yang cukup kuat dengan ayat yang diangkat peneliti. Ayat ini merupakan rangkaian pembicaraan tentang bukti kebenaran Allah yang mengharuskan kita memuji dan mensyukurinya.
43M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 941.
Pentingnya pengaturan waktu malam dan siang yang merupakan rahmat dari-Nya, sehingga seorang hamba wajib untuk mensyukurinya. Dapat dibayangkan jika saja tidak ada pembagian atau pengelompokan antara malam dan siang sebagaimana yang menjadi teguran Allah dalam QS al-Qas}as}/28: 71-72.
َ
ل َع َج نِإ ۡمُتۡيَءَرَ أ ۡلُق َُّٱ
للّ
ُمُ
كۡيَ لَع
َ ٱ لۡيَّ
ل ا د َمۡر َس َٰىَ
لِإ ِمۡوَي ِة َمََٰي ِقۡلٱ
ۡن َم ُرۡيَ
غ هََٰ
لِإ َِّٱ للّ
مُ
كيِتۡأَي ءٓاَي ِضِب ا َ
لَ فَ
أ َنو ُع َمۡسَ
ت
٧١
ۡلُق
ۡمُتۡيَء َرَ أ نِإ
َ ل َع َج َُّٱ للّ
ُمُ
كۡيَ لَع َرا َهَّنلٱ ا د َمۡر َس َٰىَ
لِإ ِمۡوَي ِة َمََٰي ِقۡلٱ
ۡن َم هََٰ
لِإ ُرۡيَ
غ َِّٱ للّ
مُ
كيِتۡأَي لۡيَ
لِب َنوُنُ
كۡسَ ت
ِهيِف ا َ
لَ فَ
أ َنو ُر ِصۡبُت
٧٢ Terjemahnya:
(71) Katakanlah (Muhammad), “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari Kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?; (72) Katakanlah (Muhammad), “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari Kiamat.
Siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?”44
Pada ayat 71 disebutkan bahwa jika waktu yang dilalui itu hanya waktu malam secara terus-menerus hingga hari kiamat, maka tidak memungkinkan bagi manusia untuk beraktivitas dan mencari penghidupan yang diperlukan, yaitu berupa makanan, minuman, pakaian.45 Selain itu manusia juga akan merasakan kebosanan, kejengahan dan kesulitan dalam menjalani kehidupannya.46 Sehingga dibutuhkan pula keadaan yang terang-benderang agar manusia dapat mencari penghidupan dan bisa melihat segala hal yang diperlukan.
44Kementerian Agama RI, Ar-Rahman: Al-Qur’an Terjemah Per Kata Latin dan Kode Tajwid Latin, h. 394.
45Muh}ammad ibn Ali> ibn Muh}ammad al-Syauka>ni>, al-Ja>mi’ Baina Fanni> al-Riwa>yah wa al- Dira>yah min ‘Ilmi al-Tafsi>r, terj. Amir Hamzah Fachruddin, Tafsir Fathul Qadir, Jilid VIII (Cet. I;
Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), h. 520.
46Wahbah al-Zuhaili>, al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Syari>’ah wa al-Manhaj, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk., Tafsir al-Munir: Akidah, Syari’ah dan Manhaj, Jilid X, h. 423.
Kemudian pada ayat 72 yang merupakan kebalikan dari yang disebutkan sebelumnya, bahwa jika waktu yang dilalui hanya waktu siang saja secara terus- menerus hingga hari kiamat, niscaya hal itu akan menyulitkan manusia serta menjadikan badan lelah dan lunglai disebabkan oleh banyaknya aktivitas dan kesibukan.47 Sehingga dengan adanya waktu malam dengan keadaannya yang gelap, sunyi dan hening, manusia merasa senang dan tenang dengan teduhan setelah merasakan panasnya siang hari beberapa jam. Kehidupan seluruhnya memerlukan satu fase malam untuk memperbarui energi yang digunakan pada kegiatan di siang hari.48
Adanya pengaturan waktu malam dan siang tersebut sebab besarnya nikmat dan rahmat Allah kepada hamba-Nya. Allah menjadikan malam sebagai waktu untuk mengistirahatkan badan setelah di siang hari dipenuhi oleh banyaknya aktivitas dan kesibukan. Semua ini menunjukkan bahwa segala sesuatu itu diciptakan-Nya seimbang dan tidak ada yang sia-sia, sehingga sudah sepatutnya manusia untuk mensyukurinya.
Kedua, untuk memperjelas perihal penggunaan waktu beserta fungsinya, maka hal ini sudah dijelaskan secara detail di beberapa ayat al-Qur’an, seperti yang terdapat pada QS al-Naba>’/78: 9-11 yang merupakan bagian dari rangkaian kelompok ayat yang berbicara tentang kekuasaan Allah menciptakan alam dan nikmat yang diberikan-Nya sebagai bukti bagi kekuasaan-Nya membangkitkan manusia.
ۡمُ
ك َمۡوَن اَنۡل َع َج َو ا تاَب ُس
٩ اَنۡل َع َج َو
ۡيَّٱ ا ساَبِل َ ل
ل ١٠
اَنۡل َع َج َو َرا َهَّنلٱ
شا َع َم ا ١١
47Al-Ima>m al-H}a>fiz} ‘Ima>d al-Di>n Abi> al-Fida>’ Isma>’il ibn ‘Umar ibn Kas\i>r al-Qurasyi> al- Dimasyqi>, Luba>b al-Tafsi>r min Ibn Kas\i>r, terj. M. Abdul Ghoffar, dkk., Tafsir Ibnu Katsir, Jilid VI (Bogor: Pustaka Imam al-Syafi’i, 2004), h. 295.
48Sayyid Qut}b, Tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n, terj. As’ad Yasin, dkk., Juz XX, Jilid IX, h. 68.
Terjemahnya:
(9) Dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat; (10) dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian; (11) dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan.49
Pada ayat 9 sebagaimana yang dijelaskan Wahbah al-Zuhaili dalam tafsirnya bahwa, Kami telah menjadikan tidur kalian sebagai istirahat untuk badan kalian juga pemutus aktivitas dan pekerjaan-pekerjaan kalian yang melelahkan di siang hari.
Dengan tidur, kekuatan akan pulih kembali, pikiran dan badan akan kembali bergairah.
Kata as-Suba>t artinya menghentikan aktivitas dan mengistirahatkan badan.
Kemudian di ayat 10, Kami telah menjadikan malam sebagai tempat istirahat dan menjadikannya seperti pakaian yang gelapnya dapat menutupi berbagai hal dan badan.
Sebagaimana halnya pakaian yang menutupi badan, menjaganya dari panas dan dingin, dan menutupi aurat, demikian juga malam yang dibuat untuk menutupi orang yang hendak bersembunyi untuk menunaikan dan mewujudkan sesuatu yang tidak mudah dilakukan di siang hari, seperti bersembunyi dari musuh dan mengerjakan sebagian hajat (kebutuhan). Selanjutnya pada ayat 11, Kami telah menjadikan waktu siang terang-benderang agar manusia dapat bekerja, berdagang, bercocok tanam, memproduksi hal-hal yang dapat mendatangkan rezeki lainnya.50
Adanya pengaturan waktu malam dan siang beserta fungsinya sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan kekuasaan Allah dalam menciptakan alam dan besarnya nikmat yang diberikan. Sehingga manusia hendaknya bersyukur dengan mampu menjalankan kedua fungsi waktu tersebut sebagaimana mestinya.
49Kementerian Agama RI, Ar-Rahman: Al-Qur’an Terjemah Per Kata Latin dan Kode Tajwid Latin, h. 582.
50Wahbah al-Zuhaili>, al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Syari>’ah wa al-Manhaj, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk., Tafsir al-Munir: Akidah, Syari’ah dan Manhaj, Jilid XV, h. 332-333.