BAB IV ANALISIS AYAT TERHADAP QS AL-QAS}AS}/28: 73 ........ 64-85
C. Urgensi Manajemen Waktu dalam QS al-Qas}as}/28: 73
mendapatkan kenikmatan ukhrawi kelak. Maka ketenangan yang diperoleh di malam hari karena tidur dan melalui pendekatan kepada Allah, juga akan membuat seseorang tenang atau lebih siap dalam menyelesaikan segala urusan yang akan dihadapi di siang hari. Kemudian segala urusan yang telah diselesaikan pada siang hari juga akan membawa ketenangan di malam hari, sebab tidak perlu memikirkan pekerjaan yang tertunda karena belum sempat diselesaikan atau khawatir terhadap pekerjaan yang telah diselesaikan namun ditempuh dengan cara yang salah.
fisik melalui tidur, namun juga untuk ketenangan rohani dengan cara membangun kedekatan spiritual kepada Sang Pencipta, yaitu dengan melaksanakan shalat tahajud di sepertiga malam terakhir.
Begitu pun sebaliknya, jika waktu malam itu berlanjut secara terus-menerus atau dalam arti lain hanya terdapat waktu malam saja, proses kehidupan di muka bumi ini juga akan sulit berlangsung dan manusia hidup namun tidak merasakan ketenangan dan kenyamanan. Manusia akan kesulitan membangun dan bercocok tanam sementara kegelapan mengelilingi mereka, sehingga kehidupan ini tentu saja membutuhkan matahari di waktu siang.31
Dengan adanya pergantian malam dan siang manusia akan merasakan ketenangan maupun ketenteraman yang sangat dibutuhkan untuk merehatkan jiwa dan raga, mengistirahatkan indra, menguatkan organ pencernaan, dan meremukkan makanan. Dengan tenggelamnya matahari juga terdapat urgensi untuk mendorong manusia agar senantiasa bisa bekerja namun tidak memforsir atau memaksakan tubuh mereka.32
Untuk memudahkan manusia dalam menjalankan berbagai aktivitas hariannya, maka diperlukan juga manajemen waktu yang baik agar setiap kegiatan dapat terlaksana dengan baik pula. Dengan menerapkan manajemen waktu dapat diketahui kegiatan mana yang harus didahulukan dan yang bisa dikerjakan di lain waktu. Selain itu, fungsi dari waktu malam dan siang dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya, sebab Allah swt. mengatur semua itu tentu saja terdapat hikmah yang luar biasa bagi
31Muh}ammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni>, Qabas min Nu>ri al-Qur’a>n, terj. Munirul Abidin, Cahaya Al- Qur’an: Tafsir Tematik Surat al-Nu>r-Fa>t}ir, h. 272.
32Imam al-G}aza>li>, al-Hikmah fi> Makhlu>qa>tilla>h, terj. Kaserun AS. Rahman, Rahasia Penciptaan Alam Semesta dan Makhluk Hidup, h. 9.
hamba-hamba-Nya. Dengan demikian seluruh waktu yang ada dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin dan tidak ada yang sia-sia.
Dalam mencari penghidupan (nafkah), manusia tentu mengharapkan kelebihan dari apa yang dibutuhkannya. Setelah kebutuhan primer berupa sandang, pangan, dan papan terpenuhi, manusia juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan sekundernya, seperti kendaraan untuk memudahkan bepergian, pendidikan, dan lain sebagainya.
Selanjutnya bekerja lebih lagi untuk memenuhi kebutuhan tersier, seperti liburan, perhiasan, dan lain-lain. Tentu saja untuk mendapatkan semua ini harus ditempuh dengan cara-cara yang dibenarkan oleh Allah swt.
Dengan memperoleh kenikmatan duniawi melalui cara-cara yang dibenarkan oleh Allah, maka tentu akan menambah sakinah atau ketenangan dalam diri. Dengan demikian, sakinah atau ketenangan bukan hanya berarti didapatkan di malam hari ketika sedang beristirahat, melainkan ketenangan itu juga diperoleh dari terpenuhinya segala kebutuhan hidup di dunia yang dapat dijadikan sarana atau jalan untuk mendapatkan kenikmatan ukhrawi kelak.
Selanjutnya, ketenangan yang diperoleh di malam hari karena tidur dan melalui pendekatan kepada Allah juga akan membuat seseorang merasa tenang atau lebih siap dalam menyelesaikan segala urusan yang akan dihadapi di siang hari dengan cara-cara yang baik. Kemudian segala urusan yang telah diselesaikan dengan baik pada siang hari juga akan membawa ketenangan di malam hari, sebab tidak perlu memikirkan pekerjaan yang tertunda karena belum sempat diselesaikan atau khawatir terhadap pekerjaan yang telah diselesaikan namun ditempuh dengan cara yang salah. Hal ini tentunya akan menambah rasa syukur kepada Allah swt. karena dapat merasakan ketenangan di dalam hidup dengan terpenuhinya kebutuhan melalui cara yang baik.
Pada akhir ayat dalam QS al-Qas}as}/28: 73 dikatakan َنو ُرُ كۡشَ
ت ۡمُ كَّ
ل َعَ
ل َو ‘dan agar kamu bersyukur kepada-Nya’. Secara tekstual, kalimat tersebut dapat dikatakan bahwasanya dengan Allah menjadikan malam sebagai waktu untuk beristirahat dan siang sebagai waktu untuk mencari penghidupan atau melakukan berbagai aktivitas, tidak lain agar manusia bersyukur kepada-Nya. Sebab semua yang diciptakan Allah swt. kepada hamba-Nya tentu memiliki manfaat dan tidak ada yang sia-sia.
Kata syukur terambil dari akar kata syakara yang maknanya dapat berkisar antara lain, pada pujian atas kebaikan serta penuhnya sesuatu. Dalam al-Qur’an kata syukur biasa dihadapkan dengan kata kufur, sebagaimana yang disebutkan dalam QS Ibra>hi>m/14: 7.
ِد َشَ ل ي ِباَ
ذَع َّنِإ ۡمُتۡرَفَك نِئَلَو ۡمُكَّنَديِزَ أَ
ل ۡمُتۡرَ ك َش نِئَ
ل ٞدي
٧ Terjemahnya:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.33
Hal tersebut karena kata syukur juga diartikan menampakkan sesuatu ke permukaan, sedangkan kufur adalah menutupinya.34
Terdapat tiga macam bentuk syukur, yaitu.35
1. Syukur dengan hati, yaitu dengan cara mengingat nikmat yang telah diperoleh.
2. Syukur dengan lisan, yaitu dengan cara memuji orang yang telah memberi nikmat tersebut.
33Kementerian Agama RI, Ar-Rahman: Al-Qur’an Terjemah Per Kata Latin dan Kode Tajwid Latin h. 256.
34M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 939.
35Al-Ra>g}i>b al-As}faha>ni>, Al-Mufradat fi> G}ari>b al-Qur’a>n, terj. Ahmad Zaini Dahlan, Kamus Al- Qur’an, Jilid III, h. 396-397.
3. Syukur dengan anggota tubuh, yaitu dengan cara membalas nikmat tersebut sesuai dengan kadar yang pantas.
Syukur kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hati yang terdalam, bahwa betapa besar nikmat dan anugerah-Nya disertai dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada-Nya dan dorongan untuk bersyukur dengan lidah dan perbuatan.36 Dalam hal ini, mensyukuri rahmat Allah berupa penciptaan malam dan siang beserta fungsinya, tentu dimulai dengan menyadari bahwa begitu besar nikmat dan anugerah-Nya dengan cara mengambil hikmah dari penciptaan malam dan siang beserta fungsinya tersebut. Selanjutnya mensyukuri hal tersebut melalui lisan seperti dengan mengucapkan al-h}amdulilla>h (segala puji bagi Allah), kemudian mengimplementasikan bentuk syukur tersebut di dalam kehidupan sehari-hari dengan menjalankan kedua waktu tersebut dan fungsinya sebagaimana mestinya.
Adapun salah satu bentuk rasa syukur yang dapat dilakukan ialah dengan memanajemen waktu sebaik mungkin. Sebab jika saja waktu disia-siakan tanpa digunakan dengan baik dan sebagaimana mestinya, tentu akan berdampak pada manusia itu sendiri. Di antaranya adalah penggunaan waktu untuk beristirahat atau tidur. Waktu tidur yang dianjurkan adalah di awal malam, yakni setelah waktu isya (sekitar pukul 20.00) dan di sepanjang waktu malam hingga waktu subuh (sekitar pukul 04.30). Mengatur pola tidur merupakan salah satu kunci sehat Rasulullah, yaitu dengan tidur cepat di malam hari dan bangun cepat pada dini hari untuk shalat malam.
Selain itu Rasulullah saw. juga menganjurkan tidur atau istirahat siang yang disebut qailu>lah (waktu sejenak di tengah perjalanan kesibukan sehari-hari). Tidur sejenak di
36M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 941.
siang hari menjadi sebuah ketenangan untuk mengistirahatkan tubuh, merenung dan mengusir kepenatan setelah setengah hari bekerja. Di sisi lain juga dapat membantu seseorang untuk terbangun tengah malam guna melakukan ibadah malam yang khidmat dan khusyuk.37
Dengan demikian, sangat dianjurkan tidur di malam hari dan menghindari begadang mengingat adanya kerugian dan dampak buruk yang dihasilkan, walaupun begadang dapat dilakukan untuk hal-hal yang diperlukan. Hal ini karena begadang dapat merusak pola tidur yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari, seperti menurunkan daya tahan tubuh, produktivitas menurun, kurangnya konsentrasi, dan emosi yang tidak stabil serta dampak negatif lainnya. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti mengurangi aktivitas malam di luar rumah, mengurangi pemakaian gadget minimal satu jam sebelum tidur, olahraga teratur 3-4 kali dalam sepekan minimal 30 menit, menghindari minuman berkafein, dan tidak merokok.38
Salah satu dampak pola tidur yang tidak teratur, bahkan kehilangan tidur untuk satu malam saja adalah dapat meningkatkan resiko obesitas. Hal ini dipicu sebab lambung memberi sinyal lapar secara terus-menerus. Kurang tidur mengubah regulasi atau pengaturan nafsu makan dan dihubungkan dengan meningkatnya rasa lapar, nafsu
37Syamsinar, “Pola Tidur dalam Al-Qur’an (Kajian Tah}li>li> terhadap QS al-Furqa>n/25: 47)”, Skripsi, h. 27-30.
38Nugraha Yogis Pratama Putra, dkk, ”Perancangan Infografis tentang Dampak Kebiasaan Begadang terhadap Pola Tidur Sehat bagi Remaja”, Jurnal Sketsa, Vol. 4 No. 2 (September, 2017), h.
54. https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/sketsa/article/download/3393/2139 (Diakses 23 Mei 2021).
makan, dan asupan makanan. Artinya, indeks massa tubuh meningkat seiring dengan berkurangnya setiap jam tidur.39
Selain obesitas, dampak lain yang ditimbulkan dari pola tidur yang tidak teratur sebab tidur kurang dari lima jam dalam satu malam, antara lain beresiko terjangkit penyakit jantung, stroke, diabetes, dan mengalami stres serta depresi.
Kemudian tidur selama 6 jam atau kurang dari jumlah tersebut setiap malam memiliki peluang 62% lebih besar terkena kanker payudara bagi wanita dibanding mereka yang tidur selama 7 jam. Kurangnya jam tidur telah terbukti dapat mengakibatkan siklus hormon dan metabolisme menjadi tidak seimbang.40 Dampak tersebut mungkin tidak dirasakan secara langsung setelah begadang, namun dalam jangka waktu yang panjang mulai muncul gejala-gejala dari penyakit tersebut.
Selain begadang berdampak pada kesehatan, hal tersebut juga dapat melalaikan seseorang dari kewajibannya, terutama bagi umat Islam yang harus melaksanakan shalat subuh. Alasannya, orang tersebut sulit untuk terbangun karena masih belum tercukupinya waktu tidur yang dibutuhkan. Kemudian orang yang biasa begadang sampai pukul 02.00-03.00 dini hari baru akan tidur ketika hampir memasuki waktu subuh, sehingga kemungkinan besar melewatkan shalat subuh karena akan tertidur di sepanjang waktu pagi.
Walaupun memungkinkan juga untuk tetap terjaga sampai telah melaksanakan shalat subuh, namun setelah itu pasti akan tidur. Padahal setelah subuh merupakan salah satu waktu yang dilarang oleh Rasulullah saw. untuk tidur karena dapat
39Rezita Rahma Reza, dkk., “Fungsi Tidur dalam Manajemen Kesehatan”, Majority, Vol. 8, No. 2 (Desember 2019), h. 250.
40Nugraha Yogis Pratama Putra, dkk, ”Perancangan Infografis tentang Dampak Kebiasaan Begadang terhadap Pola Tidur Sehat bagi Remaja”, Jurnal Sketsa, Vol. 4 No. 2 (September, 2017), h.
54.
berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik dan psikis. Selain itu seseorang juga bisa kehilangaan waktu yang memiliki keutamaan, yaitu waktu turunnya rezeki dan keberkahan.41 Waktu lain yang dilarang untuk tidur adalah di sore hari setelah waktu ashar dan sebelum melaksanakan shalat isya. Terbiasa tidur setelah waktu ashar membuat jam biologis menjadi terganggu, apalagi jika bangunnya setelah magrib. Hal ini menyebabkan kesulitan untuk tidur malam dan otak sudah diatur untuk mengatur
“jam ngantuk”. Padahal manfaat tidur malam tidak bisa digantikan sepenuhnya dengan balas dendam tidur siang.42 Selanjutnya, larangan tidur sebelum melaksanakan shalat isya bersifat antisipasif karena dikhawatirkaan melewatkan kewajiban tersebut, maka akan mendapatkan dosa besar. Sebagaimana hadis Nabi saw. yang berbunyi:
ْ ن َع ِْلاَه نِم لا ي ِبَ
أ ْ ن َع ْ ءاَّ
ذَحلا ْ دِلا َخ اَنَ ث َّد َح َْ
لاَقْ ي ِفَقَّثلا ْ ِباَّهَو لا ْ د ب َع اَن َرَب خَ أ َْ
لاَقْ ما َ
ل َس ْ ن ب ْ د َّمَحم اَنَ ث َّد َح ا َه َد عَب َْثي ِدَحلا َو ِْءا َش ِعلا َْ
ل بَق َْم وَّنلا ْ ه َركَي َْناَ ك َْمَّ
ل َس َو ِْه يَ لَع ْ َّ
للّا ىَّ
ل َص َِّْ
للّا َْ لو س َر َّْنَ
أ, َْة َز رَب ي ِبَ أ .
) هاور
يراخبلا
43) Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Muh}ammad bin Sala>m berkata, telah mengabarkan kepada kami ‘Abdu al-Wahha>b al-Tsaqafi> berkata, telah menceritakan kepada kami Kha>lid al-H}az\a>’ dari Abu> al-Minha>l dari Abu> Barzah, bahwa Rasululla>h saw. tidak suka tidur sebelum shalat isya dan berbincang- bincang setelah. (HR. Bukhari)
Adapun beberapa golongan masyarakat yang terpaksa untuk melakukan begadang, seperti mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas begitu banyak dengan
41Syamsinar, “Pola Tidur dalam Al-Qur’an (Kajian Tah}li>li> terhadap QS al-Furqa>n/25: 47)”, Skripsi, h. 33-35.
42Syafaat R. Slamet, Dahsyatnya al-‘Ashr: Motivasi dan Inspirasi Kesuksesan Dunia Akhirat, h. 76.
43Muh}ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdilla>h al-Bukha>ri> al-Ja’fi>, al-Ja>mi’ al-Musna>d al-S}ah}i>h} al- Mukhtas}ar min Umu>ri Rasu>lilla>h S}allalla>hu ‘Alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi, Juz 1 (Cet.
I; Beirut: Da>r T}u>q al-Naja>h, 2001), h. 118.
deadline yang singkat, para karyawan pabrik yang melakukan kerja shift malam, dan para tenaga medis yang diwajibkan untuk selalu memantau keadaan pasien di rumah sakit. Hal tersebut membuat beberapa orang tidak dapat menghindari atau terpaksa untuk begadang. Maka dari itu dibutuhkan persiapan pada tubuh untuk melakukan aktivitas begadang.44
Sementara golongan masyarakat yang biasa melakukan aktivitas begadang untuk hal-hal yang tidak penting atau tidak menghasilkan manfaat apa pun, berarti sedang menyia-nyiakan waktunya. Misalnya pada kebanyakan remaja atau pemuda yang begadang hanya untuk sekedar bermain game online, menonton film atau youtube, bermain gadget, atau berkumpul bersama teman-teman untuk berbincang- bincang hal-hal yang sejatinya tidak mendatangkan manfaat, dan lain sebagainya.
Padahal di dalam Islam sendiri, setiap muslim diwajibkan untuk memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin. Hal ini sebagaimana dalam hadis Nabi saw. tentang perintah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.
ِْه يَ لَعْ َّ
للّاىَّ
ل َص َِّْ
للّا َْ لو س َر َّْنَ
أ ْ بِلا َطي ِبَ
أ ِْن ب ِْ يِلَع ِْن بِْن ي َس ح ِْن ب ِْ يِلَعْ ن َعْ باَه ِش ِْن باْ ن َعكِلا َم ْ ن َعي ِنَث َّد َحو
َْمَّ
ل َس َو
َْ
ْ ن ِملاَق
ِْن س ح
ِْما َ ل سِإ
ِْء ر َملا
ْ هك رَت ا َم اَ
ِْهيِن عَي ل . هاور(
كلام
45) Artinya:
Telah menceritakan kepadaku Ma>lik dari Ibnu Syiha>b dari ‘Ali bin H}usain bin
‘Ali bin Abu T}a>lib bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.”
(HR. Malik)
44Mohammad Dida Wildan Purnama, “Negative Impact of Staying up Late for Health”, Jurnal Studi Keperawatan, Vol. 2 No. 1 (Maret 2021), h. 2. https://ejournal.poltekkes- smg.ac.id/ojs/index.php/J-SiKep/article/download/6801/2081 (Diakses 6 Juni 2021).
45Ma>lik bin Anas bin Ma>lik Abu ‘A>mir al-S}ah}abi>, al-Muwat}t}a’ Lil Ima>m Ma>lik, Juz I (Arab:
Mus}t}afa> al-Ba>bi> al-H}alabi>, 1985), h. 264.
Dari hadis di atas menyatakan bahwa sibuk dengan hal yang tidak bermanfaat merupakan salah satu tanda lemahnya iman seseorang dan meninggalkan hal yang tidak bermanfaat merupakan jalan keselamatan dan kesuksesan. Maka hendaknya setiap muslim menyibukkan dirinya pada hal-hal yang bernilai dan mendatangkan manfaat baginya. Dengan demikian ketentuan penggunaan waktu malam sebagai waktu untuk memperoleh ketenangan, dan waktu siang sebagai waktu untuk bekerja dan melakukan berbagai aktivitas, dapat dijalankan dengan baik sebagaimana mestinya. Hal ini juga menjadikan hidup lebih tenang dan bahagia, di mana akan semakin melahirkan rasa syukur kepada Allah swt. sehingga mendapatkan rahmat atau kasih sayang Allah swt. sebagaimana pada pemulaan ayat dalam QS al-Qas}as}/28: 73.
86 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Dari uraian penjelasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan dari pembahasan skripsi ini sebagai berikut.
1. Hakikat manajemen waktu dalam QS al-Qas}as}/28: 73 adalah dijadikannya malam dan siang sebagai salah satu bentuk rahmat Allah swt. kepada hamba- hamba-Nya yang meliputi tentang terminologi waktu di dalam al-Qur’an, yaitu dahr, ajal, waqt, dan ‘as}r.
2. Wujud dari manajemen waktu dalam QS al-Qas}as}/28: 73 adalah malam sebagai waktu untuk memperoleh ketenangan dan siang sebagai waktu untuk melakukan berbagai aktivitas. Di siang hari manusia disibukkan dengan berbagai macam aktivitas yang menguras tenaga dan pikiran demi kelangsungan hidupnya yang bisa menyebabkan tubuh menjadi lelah. Sehingga datangnya malam yang gelap, sunyi dan hening digunakan untuk mengistirahatkan jasmani dengan cara tidur, serta rohani melalui pendekatan pada Sang Pencipta dengan cara melaksanakan shalat tahajud sehingga tubuh menjadi segar, tenang, dan lebih siap untuk kembali beraktivitas pada keesokan harinya.
3. Urgensi manajemen waktu dalam QS al-Qas}as}/28: 73 ada tiga, yaitu supaya manusia beristirahat dan mendapatkan ketenangan jiwa dan raga pada malam hari setelah disibukkan dengan berbagai kegiatan di waktu siang untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan hidupnya; supaya manusia mencari karunia Allah di lain waktu yakni pada siang hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya;
dan agar manusia bersyukur atas dua keadaan tersebut sehingga mendapatkan rahmat atau kasih sayang dari Allah swt.
B. Implikasi Penelitian
Secara umum penelitian ini sebagai suatu langkah untuk lebih mengetahui dan memahami makna dibalik adanya waktu malam dan siang beserta fungsinya sebagaimana yang disebutkan dalam QS al-Qas}as}/28: 73, yang merupakan suatu rahmat dari Allah swt. kepada hamba-hamba-Nya melalui pendekatan ilmu pengetahuan. Sehingga sudah sepatutnya manusia memanfaatkan kedua waktu tersebut sebagaimana mestinya berdasarkan kodrat alami dari Allah swt. Sebab terdapat manfaat jika manusia mampu menjalankan kedua waktu tersebut dengan baik, dan ada dampak buruk jika melawan kodrat alami tersebut.
Penulis menyadari bahwa pembahasan mengenai waktu malam dan siang beserta fungsinya masih sangat luas, namun hanya sebagian kecil yang mampu penulis kumpulkan dalam kajian ini. Untuk itu diharapkan untuk penelitian selanjutnya terkait dengan manajemen waktu dapat dilakukan dengan melihat sisi-sisi yang berbeda.
88
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’a>n al-Kari>m.
Abdullah, H. The Power of Muhasabah: Manajemen Hidup Bahagia Dunia Akhirat.
Cet. I; Medan: Perdana Publishing, 2016.
al-Adluny, Muhammad Akram. Fann Ida>rah al-Waqt, terj. Taufik Ar. Time Habit:
Kebiasaan Efektif Mengelola Waktu. Cet. I; Jakarta: Pustaka Marwa, 2010.
Agustinova, Danu Eko. Memahami Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik.
Cet. I; Yogyakarta: Calpulis, 2015.
al-As}faha>ni>, al-Ra>g}i>b. Al-Mufradat fi> G}ari>b al-Qur’a>n, terj. Ahmad Zaini Dahlan.
Kamus Al-Qur’an. Cet. I; Depok: Pustaka Khazanah Fawaid, 2017.
al-Ba>qi>, Muh}ammad Fu’a>d ‘Abdu. al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fa>z} al-Qur’a>n al- Kari>m. Beirut: Da>r al-Fikr, 1981.
Dalimunthe, Derhana Bulan. “Manfaat Matahari Menurut Al-Qur’an dan Kaitannya dengan Sains”. Skripsi. Pekanbaru: Fak. Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2017.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia; Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
al-Dimasyqi>, Al-Ima>m al-H}a>fiz} ‘Ima>d al-Di>n Abi> al-Fida>’ Isma>’il ibn ‘Umar ibn Kas\i>r al-Qurasyi>. Luba>b al-Tafsi>r min Ibn Kas\i>r, terj. M. Abdul Ghoffar, dkk. Tafsir Ibnu Katsir. Jilid VI. Bogor: Pustaka Imam al-Syafi’i, 2004.
al-G}aza>li>, Imam. al-Hikmah fi> Makhlu>qa>tilla>h, terj. Kaserun AS. Rahman. Rahasia Penciptaan Alam Semesta dan Makhluk Hidup. Cet. I; Jakarta: Turos Pustaka, 2016.
Husni, Munawir. Studi Keilmuan Al-Qur’an. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Diniyah, 2016.
Indartono, Setyabudi. Pengantar Manajemen: Character Inside. Yogyakarta: Fak.
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, t. th.
al-Ja’fi>, Muh}ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdilla>h al-Bukha>ri.> al-Ja>mi’ al-Musna>d al- S}ah}i>h} al-Mukhtas}ar min Umu>ri Rasu>lilla>h S}allalla>hu ‘Alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi, Juz 1. Cet. I; Beirut: Da>r T}u>q al-Naja>h, 2001.
Jalili, Ismail dan Fadillah Ulfa. Wal ‘Ashr (Demi Masa). Cet. I; Yogyakarta: Mutiara Media, 2011.
Kementerian Agama RI. Ar-Rahman: Al-Qur’an Terjemah Per Kata Latin dan Kode Tajwid Latin. Jakarta Maktabah al-Fatih, 2018.
Kusnadi, Adrian. Management for a Great Life: Rahasia Sukses Kelola Diri. Jakarta:
PT. Alex Media Komputindo, 2009.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Waktu dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains.
Cet. I; Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2013.
89
Mardan. Wawasan al-Qur’an tentang Keadilan, Analisis al-Tafsi>r al-Maudhu>’i>. Cet. I;
Makassar: Alauddin University, 2013.
Muhammad, Ahsin Sakho. Oase Al-Qur’an 2: Pencerah Kehidupan. Cet. I; t.t.: Qaf Media Kreativa, 2018.
Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Cet. XIV;
Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Purwanto, Agus. Ayat-ayat Semesta: Sisi-sisi Al-Qur’an yang Terlupakan. Edisi Terbaru. Bandung: Mizan, 2015.
al-Qard}a>wi>, Yu>suf. Al-Waqt fi> Haya>t al-Muslim. Terj. Abu Ulya, Demi Masa:
Mendedah Komitmen dan Kiat Manajemen Waktu Menurut Islam. Cet. I;
Yogyakarta: Qudsi Media, 2015.
Qut}b, Sayyid. Tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n, terj. As’ad Yasin, dkk. Juz XX. Jilid IX.
Jakarta: Gema Insani, 2010.
al-Ra>zi>, Abu> al-H}usai>n Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariyya al-Qazwi>ni>>. Mu’jam Maqa>yis al-Lug}ah. Beirut: Da>r al-Fikr, 1979.
Reza, J. J. Manage Your Time for Success: Cerdas Mengelola Waktu untuk Mencapai Sukses. Yogyakarta: Andi Offset, 2010.
Risnasari, “Manajemen Waktu Menurut Al-Qur’an (Kajian Tah}li>li> QS al-Hasyr/59:
18)”. Skripsi. (Makassar: Fak. Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar, 2015.
Rohman, Abd. Dasar-dasar Manajemen. Cet. I; Malang: Intelegensia Media, 2017).
al-S}a>bu>ni>, Muh}ammad ‘Ali>. Qabas min Nu>ri al-Qur’a>n, terj. Munirul Abidin. Cahaya Al-Qur’an: Tafsir Tematik Surat al-Nu>r-Fa>t}ir. Cet. I; Jakarta: Pustaka al- Kautsar, 2002.
al-S}ah}abi, Ma>lik bin Anas bin Ma>lik Abu ‘A>mir. al-Muwat}t}a’ Lil Ima>m Ma>lik. Juz I.
Arab: Mus}t}afa> al-Ba>bi> al-H}alabi>, 1985.
Shihab, M. Quraish. Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata. Cet. I; Jakarta:
Lentera Hati, 2007.
---. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Cet. III; Jakarta:
Lentera Hati, 2005.
---. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maud}u>’i> atas Pelbagai Persoalan Umat. Cet. XIII;
Bandung: Mizan, 1996.
Sholikhah, Barokatus. “Waktu dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Penafsiran Quraish Shihab terhadap Term Waktu dalam Tafsir Al-Mishbah)”. Skripsi. Semarang:
Fak. Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, 2018.
Slamet, Syafaat R. Dahsyatnya al-‘Ashr: Motivasi dan Inspirasi Kesuksesan Dunia Akhirat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015.
Sulastri, Lilis. Manajemen Sebuah Pengantar: Sejarah, Tokoh, Teori dan Praktik.
Bandung: La Goods Publishing, 2012.