• Tidak ada hasil yang ditemukan

Term-term tentang Waktu dalam al-Qur’an

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MANAJEMEN WAKTU ... 17-33

C. Term-term tentang Waktu dalam al-Qur’an

mengenai pengertian al-dahr ( ر ْه َدْ

لا). Pertama, masa sejak sebelum penciptaan.

Hal ini berdasar pada pendapat mufasir mengenai siapa yang dimaksud dengan al-insa>n pada QS al-Insa>n/76: 1, yakni Nabi Adam. Sehingga bagi mufasir, al- dahr ( ر ْه َدْ

لا) adalah masa sejak sebelum penciptaan, ketika belum ada makhluk, sebab dalam ayat itu disebutkan ‘masa itu belum ada yang dapat disebut’.

Sementara ‘sebutan’ muncul ketika makhluk pertama sudah ada. Dari pengertian ini menegaskan bahwa ada suatu masa ketika Allah ada dengan sendirinya dan Allah menciptakan dari ketiadaan. Kedua, masa yang dilalui oleh alam, mulai dari masa penciptaannya hingga kehancurannya. Ketiga, bahwa yang dimaksud dengan al-dahr (ر ْه َدْ

لا) adalah masa pergantian malam dan siang.

Hal ini berdasar dari penafsiran QS al-Ja>s\iyah/45: 24 yang artinya “Dan mereka berkata: Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain al-dahr, mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanya menduga-duga saja”. Ibnu Kas\i>r dalam menafsirkan kata al-dahr ر ْه َدْ (

لا

) dalam ayat tersebut dengan mengungkapkan hadis\ Nabi. Di mana dalam sebuah riwayat, masyarakat jahiliyah berpendapat bahwa sesungguhnya yang membinasakan mereka adalah malam dan siang. Hal ini karena malam dan sianglah yang menghidupkan dan mematikan mereka. Dengan demikian, lantas mereka “mencaci maki” masa karena membinasakan mereka. Namun dari ketiga pendapat tersebut tidak perlu dipertentangkan, sebab pendapat kedua dan ketiga (masa yang dilalui alam mulai dari penciptaannya hingga kehancurannya dan masa pergantian malam dan siang) telah tercakup pada pendapat pertama (masa yang panjang sejak sebelum penciptaan). Hal ini karena di dalam masa yang

panjang, tentu saja ada masa-masa yang lebih singkat, seperti siang dan malam tercakup di dalamnya.34

3. Waqt (تق َوْ ) digunakan dalam arti batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Oleh karena itu, al-Qur’an sering kali menggunakannya dalam konteks kadar tertentu dari satu masa. Arti ini tercermin dari waktu-waktu shalat yang memberi kesan tentang keharusan adanya pembagian teknis mengenai masa yang dialami, sekaligus keharusan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu-waktu tersebut, dan tidak membiarkannya berlalu hampa.35

4. ‘As}r (ر ْص َع) yang merupakan bentuk mas}dar dari ‘as}ara ( َر َص َع). Kemudian al- ma’s}u>r (ر ْو ُص ْع َمْ

لا) yang artinya sesuatu yang diringkas, sedangkan al-‘us}arah (ة َر َص ُعْ

لا) adalah sari dari sesuatu yang diperas, dan al-i’tis}a>r (را َصِتْع ِاْلا) yang berarti ditekan sampai keluar atau tampak yang paling di dalam atau yang tersembunyi. Al-‘as}r ( ْص َعْ

لا

ر ) dan al-‘is}r ( ْ

ر ْص ِعلا) berarti al-dahr (ر ْه َدْ

لا) atau masa yang jamaknya adalah al-‘us}u>r (رو ُص ُعْ

لا) seperti yang terdapat dalam QS al-‘As}r/103: 1. Dari pengertian tersebut, terdapat tiga makna kata ‘as}r (ر ْص َع), yaitu ‘perasan’, ‘masa’, dan ‘waktu sore’. Suatu waktu, di mana tatkala perjalanan matahari telah melewati pertengahan dan telah menuju pada terbenamnya dinamai ‘as}r (ر ْص َع) atau waktu ashar. Disebut demikian, karena manusia sejak pagi telah memeras tenaganya yang diharapkan mendapatkan hasil dari usahanya.36

34M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jilid I (Cet. I; Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 157-158.

35M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maud}u>’i> atas Pelbagai Persoalan Umat, h.

552.

36M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 34-35.

Secara sederhana pembagian waktu dalam sehari semalam dibedakan antara siang dan malam. Siang dimulai dari matahari terbit hingga terbenamnya matahari, sedangkan malam dimulai dari terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar.37 Pergantian malam dan siang disebabkan oleh perputaran bumi pada porosnya dan perjalanan matahari pada orbitnya. Akibat dari rotasi ini, sebagian dari wilayah bumi akan menghadap matahari sehingga terkena sinar yang dipancarkannya. Bagian ini pun menjadi terang dan inilah yang disebut siang. Sebaliknya, bagian yang membelakangi matahari tidak terkena sinarnya, sehingga wilayah ini menjadi gelap yang disebut dengan malam.38

Di dalam al-Qur’an, istilah malam disebut dengan al-lail (لْيَّ

لا), dan siang disebut dengan al-naha>r (را َهََّنلا). Isyarat waktu yang merupakan bagian dari fenomena malam dan siang hari disebutkan juga di dalam berbagai istilah, seperti ibka>r (راَ

كْب ِا), g}ada>h (ها َدَ

غ), bukra (

ُ رْك ُ ب

), dan isyra>q (قا َر ْش ِا) yang berarti pagi. Kemudian istilah- istilah ‘asyiyyi (

ُ يش ع

) dan a>s}a>l (لا َصآ) yang berarti petang serta al-‘as}r (ر ْص َعْ

لا) yang berarti sore.39

Dari siklus siang dan malam, al-Qur’an menggunakan istilah waktu selama sehari semalam di dalam beberapa kategori, yaitu:40

1. Waktu Fajr (ر ْجَ

ف), yaitu waktu fajar menyingsing, yang terdiri dari dua bagian yaitu fajar kaz\ib atau fajar bohongan karena munculnya cahaya terang hanya

37Abdul Affandi, Waktu, https://abdulaffandi.wordpress.com/2011/09/27/waktu/ (2 September 2020).

38Derhana Bulan Dalimunthe, “Manfaat Matahari Menurut Al-Qur’an dan Kaitannya dengan Sains”, Skripsi (Pekanbaru: Fak. Ushuluddin UIN Syarif Kasim Riau, 2017), h. 18.

39Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Waktu dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, h. 9- 10.

40Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-Qur’an 2: Pencerah Kehidupan (Cet. I; t.t.: Qaf Media Kreativa, 2018), h. 199-200.

sebentar kemudian kembali gelap. Lalu fajar s}a>diq atau fajar yang benar karena langit semakin cerah.

2. S}ubh} (ح ْب ُص) atau waktu subuh yang artinya terang, yaitu setelah terbit fajar s}a>diq sampai terbitnya matahari.

3. Isyra>q (قا َر ْش ِا), yaitu waktu sesudah subuh sampai terbitnya matahari di ufuk timur.

4. D}uha> (ا َح ُض), yaitu waktu yang dimulai dari terbitnya matahari sehingga sinarnya berpendar ke segala arah sampai tergelincirnya matahari ke sebelah barat.

5. Al-naha>r (را َهَّنلا), yaitu waktu siang dimulai dari terbit sampai tenggelamnya matahari.

6. Al-‘as}r (ر ْص َعْ

لا), yaitu sore yang waktunya sampai terbenamnya matahari.

7. Al-lail (لْيَّ

لا), yaitu malam

Sementara waktu malam juga terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:41 1. Waktu magrib yaitu ketika matahari terbenam di ufuk barat, kemudian berakhir

ketika mega merah terbenam. Pada waktu ini kaum muslimin diperintahkan untuk melaksanakan shalat magrib.

2. Isya, yaitu ketika mega merah tenggelam dan masuk dalam kegelapan malam.

Pada waktu ini kaum muslimin juga diperintahkan untuk mengerjakan shalat isya, yang waktunya memanjang sampai terbitnya fajar.

3. Waktu untuk shalat tahajud, yaitu shalat setelah tidur di malam hari yang sangat dianjurkan untuk menambah kedekatan dengan Allah swt.

41Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Waktu dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, h. 21.

34