• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dalam setting kelas

Dalam dokumen prosiding - seminar nasional (Halaman 33-36)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SDN PASAR LAMA 3 BANJARMASIN

2. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dalam setting kelas

inklusif

a. Metode Pembelajaran Matematika dalam Setting Kelas Inklusif

Hasil temuan di lapangan menunjukkan metode pembelajaran matematika untuk mengajar ABK di SD N Pasar Lama 3 mengunakan metode ceramah, demonstrasi dan pemberian tugas. Metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika ini bervariasi

disesuaikan dengan kondisi ABK agar dapat menarik perhatian dan mood ABK sehingga ABK dapat dengan mudah mengikuti dan menrima pembelajaran matematika, sehingga terjadi interaksi antara GPK dan ABK.

Sejalan dengan pendapat Nana Sudjana, (2007 : 76) menyatakan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam menyediakan hubungan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.

Penggunaan metode pembelajaran matematika dalam setting kelas inklusif ini menuntut guru GPK kreatif dan aktif. Namun metode yang sering digunakan guru saat ini menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yang digunakan GPK yakni dengan menjelaskan materi secara individual kepada ABK. Sedikit berbeda dengan pendapat Sukardi (2008 : 47) metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang di lakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan dan guru terhadap sekelompok. Menurut pendapat sukardi tersebut metode ceramah digunakan secara klasikal, namun dalam proses pembelajaran matematika pada ABK dengan metode ceramah secara individual.

b. Media Pembelajaran Matematika dalam Setting Kelas Inklusif

Hasil temuan menunjukkan penggunaan media dalam pembelajaran matematika di setting kelas inklusif dalam rangka memberikan layanan pembelajaran pada ABK menuntut kreativitas dari GPK. Media pembelajaran matematika dapat dibuat oleh GPK sendiri atau dengan memanfaatkan benda kongkrit yang terdapat di lingkungan sekitar seperti kelereng, gambar-gambar, dan lain- lain.

GPK di SD N Pasar Lama 3 sudah menerapkan teori media pembelajaran, karena GPK menyediakan media pembelajaran matematika sesuai dengan kebutuhan ABK. Selain itu GPK juga sudah memanfaatkan benda-benda kongkrit atau benda yang berada disekitar untuk mengajar ABK sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat R. Ibrahim dan Nana Syaodih (1996), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.

c. Tahapan Mengajarkan Konsep- Konsep Matematika Pembelajaran Matematika dalam Setting Kelas Inklusif

Hasil temuan menunjukkan tahapan mengajarkan konsep-konsep matematika dalam setting kelas inklusif yaitu langkah awal yang dilakukan guru kelas, mengkomunikasikan bahan ajar dengan GPK. Selanjutlah GPK lah menyusun bahan ajar disesuaikan dengan kemampuan ABK. GPK yang bertugas memodifikasi bahan ajar bagi ABK, misalnya memodifikasi bahasa yang lebih mudah dipahami oleh ABK.

Hal ini dikarenakan kemampuan ABK dalam menyerap pelajaran matematika tidak sama dengan siswa reguler. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Holm (2003: 9) bahwa setiap anak mempunyai proses dalam pemahaman matematika, dan pemahaman konsep harus diajarkan sesuai level yang dipahami anak. Adapun level tersebut antara lain: level kongkrit, level semi- kongkrit, level semi-abstrak, level abstrak.

Proses pembelajaran matematika di SD N Pasar lama 3, di kelas I masuk pada materi mengelompokkan, mengurutkan dan membedakan sampai tahap mengenal angka. Dalam proses pembelajaran

matematika GPK menjelaskan terlebih dahulu materi kepada ABK, kemudian GPK memberikan contoh, kemudian ABK disuruh untuk menyelesaikan soal. Siswa kelas I memang harus diajarkan konsep dasar matematika sebelum masuk dalam materi pembelajaran matematika tingkat selanjutnya atau kelas yang lebih tinggi.

Apalagi jika yang diajar adalah ABK, sebelum konsep dasar dikuasai jangan beralih ke materi selanjutnya, dalam memberikan materi pun harus sedikit demi sedikit menyesuaikan kemampuan anak dalam menangkap materi pelajaran. Sesuai dengna teori yang diungkapkan Holm (2003: 8) bahwa Anak harus memahami beberapa konsep dasar sebelum mereka mulai belajar bilangan, konsep-konsep tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok utama, yaitu : (1) konsep kuantitas; (2) konsep urutan; (3) konsep relasi; dan (4) konsep bentuk.

Belajar matematika kita perlu mengejar target yang dipaksakan, sehingga siswa mengalami kemajuan yang pesat, tetapi memiliki tingkat pemahaman yang kurang. Dalam belajar matematika biarlah kemajuan itu dicapai agak sedikit lambat disesuaikan dengan kemampuan anak tetapi memiliki pemahaman konsep

yang komprehensif sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dikelas selanjutnya.

d. Pemberian Bantuan Kepada Siswa Kesulitan Belajar Matematika dalam Setting Kelas Inklusif

Hasil temuan menunjukkan pemberian bantuan kepada ABK dalam pembelajaran matematika merupakan tugas GPK dengan menyediakan media pembelajaran yang dapat mempermudah ABK dalam menerima dan menyerap pembelajaran matematika. Misalnya agar membantu ABK dalam memahami materi bentuk biasanya GPK memodifikasi angka dengan menggunakan gambar, bentuk bangun datar atau buah buahan agar mudah dipahami ABK. Sudah menjadi tugas dan kewajiban GPK dalam memberikan layanan pembelajaran kepada ABK. Bentuk layanan yang diberikan kepada ABK harus dilaksanakan secara individual.

Sebenarnya tugas dalam memberikan bimbingan kepada siswa, tidak hanya kewajiban GPK tetapi semua guru harus memiliki kecakapan tersebut. Sesuai dengan pendapat Winarno Surahmad (1996:61) bahwa terdapat empat kecakapan serta pengetahuan dasar yang harus dimiliki guru yaitu : (1) Guru harus mengenal setiap murid yang

dipercayakan kepadanya baik mengenai sifat, kebutuhan, minat, pribadi, serta aspirasi dari setiap murid tersebut. (2) Guru harus memiliki kecapakan memberikan bimbingan disamping bimbingan yang berpusat pada kecakapan intelektual, guru perlu memiliki pengetahuan tentang perkembangan setiap anak didiknya baik perkembangan emosi, minat, kecakapan khusus, maupun prestasi skolastik, fisik, dan sosial sehingga guru dapat membangun sebuah rencana atas dasar pengetahuan itu akan membuat siswa benar-benar mengalami pendidikan yang menyeluruh dan integral. (3) Guru harus memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya. Pengetahuan itu akan memberikan arah pada perkembangan muridnya sehingga akan memudahkan guru memahami kebutuhan murid- muridnya. (4) Guru harus memiliki kebutuhan yang bulat dan baru mengenai ilmu yang dipelajarinya, agar apa yang dikerjakan bermanfaat dalam tujuan hidup yang nyata bagi masyarakat atau individu, sebab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta akibatnya dalam hidup manusia cepat sekali usang diganti dengan yang baru.

3. Evaluasi Pembelajaran Matematika

Dalam dokumen prosiding - seminar nasional (Halaman 33-36)

Dokumen terkait