Bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis huruf Braille awal bagi anak tunanetra di SLB Fajar Harapan? Upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pembelajaran membaca dan menulis huruf Braille yang dimulai dari anak tunanetra di SLB Fajar Harapan. Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis inisiasi pembelajaran membaca dan menulis huruf Braille pada anak tunanetra di SLB Fajar Harapan.
Manfaat Penelitian
Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan
Sumber Data
Teknik Pengumpula Data
Pelaksanaan Identifikasi Asesmen Membaca dan Menulis Braille
Informasi yang diperoleh kemudian dijadikan sebagai bahan masukan untuk melaksanakan pembelajaran awal membaca dan menulis braille.
Pembelajaran Pra Braille
Penyusunan Rencana Pembelajaran Guru di SLB-A Fajar Harapan
Pelaksanaan Pembelajaran Membaca dan Menulis Braille
Kendala dalam Pembelajaran Membaca dan Menulis Braille
Selanjutnya dilakukan quasi eksperimen untuk mengetahui keefektifan alat U-Qoserlin dalam mendeteksi jarak objek pada penyandang tunanetra. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa instrumen U-Qoserlin mampu meningkatkan kemampuan mendeteksi jarak benda tetap pada penyandang tunanetra. Setelah melakukan uji coba pada orang tunanetra, ditemukan bahwa instrumen U-Qoserlin dapat meningkatkan kemampuan mendeteksi jarak objek tetap.
Kondisi Objektif Tugas Pokok Guru Pendidikan Khusus dalam seting
Situasi ini berdampak negatif bagi siswa berkebutuhan khusus ketika jumlah dokter umum terbatas sehingga fokus pelayanan pada . dalam kelompok kecil, dan atau klasikal. Di dalam kelas terdapat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda, GPK bekerja sama dengan GR dan GP untuk mencoba menciptakan strategi dan materi pengajaran yang tepat yang dapat mengakomodir semua keragaman tersebut. . pada guru/kelas reguler dengan penerimaan dan penguasaan keterampilan mengajar siswa yang berbeda-beda masih bervariasi. Agenda pertemuan biasanya berupa sharing momen dan konferensi kasus serta strategi penanganan siswa berkebutuhan khusus.
Kondisi Objektif Wewenang Guru Pendidikan Khusus dalam Sistem
Formulasi Kompetensi Guru Pendidikan Khusus dalam seting
Upaya yang dapat dilakukan GPK dapat menghasilkan intervensi bagi ABK, sehingga siswa dapat mengatasi hambatan dalam belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh US Office of Special Education Program (2001) dalam Arif (2005), ditemukan bahwa keberhasilan GR dalam menangani ABK tidak terlepas dari dukungan dan dukungan GPK. 1) Kondisi Objektif Tugas Pokok Guru Pendidikan Luar Biasa di.
Kondisi Objektif Tugas Pokok Guru Pendidikan Khusus dalam
Kondisi Objektif Wewenang Guru Pendidikan Khusus dalam seting
Pentingnya komunikasi antara GP, OT, GR dan KS dalam segala tindakan yang akan dilakukan GP untuk mengembangkan pembelajaran dan kemampuan siswa dalam belajar dan bersosialisasi. Pendidikan luar biasa adalah penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau dalam bentuk satuan pendidikan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kemudian dalam Pasal 441 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa: “Setiap satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif wajib memiliki tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi untuk menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus”.
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SDN PASAR LAMA 3 BANJARMASIN
Perencanaan Pembelajaran Matematika dalam setting kelas
Temuan di SDN Pasar Lama 3 karena sekolah baru menyelenggarakan program komprehensif selama 1 tahun, sehingga dilakukan penilaian sebelum merencanakan pembelajaran matematika untuk ABK. Namun, komunikasi telah terjalin antara guru kelas dan GPK terkait perencanaan bahan ajar matematika atau materi untuk ABK. Namun berdasarkan observasi dan studi dokumentasi dalam perencanaan pembelajaran matematika ABK di SD N Pasar Lama 3 masih terdapat hal-hal yang belum dimodifikasi dan harus terus ditingkatkan yaitu (1) sekolah belum mengubah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk ABK, jadi masih sama.
Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dalam setting kelas
Hasil temuan menunjukkan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran matematika di lingkungan kelas inklusi untuk memberikan layanan pembelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus memerlukan kreativitas dari GPK. GPK di SD N Pasar Lama 3 menerapkan teori media pembelajaran, karena GPK menyediakan media pembelajaran matematika yang sesuai dengan kebutuhan ABK. Hasil temuan menunjukkan bahwa sudah menjadi tugas GPK untuk mendampingi ABK dalam pembelajaran matematika dengan menyediakan media pembelajaran yang dapat memudahkan ABK dalam menerima dan menyerap pembelajaran matematika.
Evaluasi Pembelajaran Matematika dalam Setting Kelas Inklusif
Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk merangsang perkembangan anak tunagrahita ringan, salah satunya melalui penggunaan permainan tradisional. Dari segi kecepatan belajar, anak tunagrahita ringan berbeda dengan anak pada umumnya, walaupun tidak terlalu banyak. Meningkatkan keterampilan lompat melalui permainan tradisional lompat tali pada anak tunagrahita ringan kelas II SDLB 35 Painan.
Pendahuluan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, sekolah belum memiliki instrumen penilaian keterampilan kerja yang dapat membantu guru menentukan atau memilih jenis keterampilan yang cocok untuk anak tunagrahita ringan, sekolah yang menyiapkan program pembelajaran keterampilan yang diberikan kepada siswa tidak berdasarkan hasil penilaian.
Metode Penelitian
Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada anak tunagrahita terkait dengan kondisi fisik yang dapat mendukung kemampuannya dalam menguasai keterampilan kerja. Wawancara dilakukan kepada guru untuk mengetahui apakah penyusunan program pembelajaran keterampilan kerja yang dilakukan oleh guru dalam penyusunan program tersebut berdasarkan penilaian atau tidak. Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tersedia atau tidaknya alat penilaian keterampilan kerja di sekolah untuk tujuan pembelajaran keterampilan kerja.
Hasil dan Pembahasan
- Kesesuaian/kesiapan fisik dari anak Tunagrahita untuk dapat menguasai
Tinjauan dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menentukan apakah alat penilaian keterampilan kerja tersedia atau tidak di sekolah untuk mengajarkan keterampilan kerja. pendidikan khusus dengan tujuan untuk akses yang lebih baik dan peningkatan kualitas pendidikan ke arah Indonesia yang lebih ramah penyandang cacat 46 . pertanian, hasil penilaiannya adalah sebagai berikut: a) Fisik: anak dalam keadaan fisik normal hampir tidak terlihat perbedaannya dengan anak lainnya, seperti; Postur tubuh proporsional, gerakan tubuh halus, motorik halus dan kasar, gaya berjalan tidak kaku, mampu berjalan sekitar 1 km dari rumah ke sekolah, postur duduk tegak, mampu memegang benda kecil dan besar, mampu mengangkat benda/mengangkat dapat dimuat hingga kurang dari 10 kg. Ketersediaan lapangan kerja atau kesempatan kerja di masyarakat sesuai dengan keadaan dan karakteristik anak tunagrahita, pemilihan jenis. Proses pengemasan hasil pertanian di kawasan Lembang dilakukan di industri rumahan di sekitar tempat tinggal mahasiswa, proses pengemasan dilakukan di tempat tinggal.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Ide penulisan ini muncul dalam semangat baru yang menghubungkan inisiatif untuk tujuan pembangunan berkelanjutan dengan lokakarya terlindung untuk penyandang cacat. Menanggapi prakarsa ini, penyandang disabilitas sebagai bagian dari masyarakat juga merupakan elemen pendukung untuk mensukseskan tujuan pembangunan berkelanjutan di tingkat daerah. Penyandang disabilitas sangat membutuhkan ruang pemberdayaan, berkarya dan berkreativitas agar bisa lebih sukses di era modern ini.
Difabel Berdaya di Era Kekinian 1. Memahami Makna Disabilitas
- Kesejahteraan Penyandang Disabilitas: Antara Harapan dan
- Prinsip Sheltered Worskhops berwawasan SDG
- Kurikulum Vokasi bagi Penyandang Disabilitas
- Langkah Strategis yang Partisipatif
Selain membimbing siswa di kelas reguler, peran pendidik luar biasa (GPK) di sekolah inklusif juga berperan dalam penerimaan siswa baru (PPDB) berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan sistem penerimaan siswa baru yang lengkap dan menyeluruh, baik reguler maupun anak berkebutuhan khusus. Artinya, anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan seperti anak seusianya.
Pendidikan inklusif merupakan solusi praktis bagi anak berkebutuhan khusus dalam mengembangkan kemampuan kognitif, emosional dan sosial. Program pull out dipilih karena dinilai efektif dalam mengatasi berbagai kesulitan belajar siswa berkebutuhan khusus. Media pembelajaran yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus (tunarungu) harus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak pada umumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis tegak bersambung menggunakan metode global intuitif pada siswa tunarungu kelas II di SLB BC Cempaka Putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode global intuitif dapat meningkatkan keterampilan menulis kursif siswa tunarungu. Rata-rata persentase hasil keterampilan menulis tegak bersambung siswa tunarungu sebelum diberikan tindakan sebesar 46,16%.
Penelitian ini mampu meningkatkan persentase keterampilan menulis tegak bersambung siswa tuli II. kelas SLB BC Cempaka Putih. Instrumen Kisi untuk Ketrampilan Menulis Kursif Pembelajar Tuli II. kelas SLB BC Cempaka Putih N. Tunanetra merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan pada panca indera yaitu penglihatan.
World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia mencapai 7-10% dari total jumlah anak. Oleh karena itu, masih banyak guru sekolah inklusi yang belum memahami situasi dan keberadaan anak berkebutuhan khusus di sekolah.
METODE PENELITIAN
Pengembangan pembelajaran profesional bagi anak tunagrahita harus selalu memenuhi kebutuhan anak dan kebutuhan lingkungan, agar segala sesuatu yang diperolehnya di sekolah dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan, dan keterampilan tersebut disebut kecakapan hidup.
HASIL PEMBAHASAN
Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang konteks sebenarnya dalam menjalankan program SMK Pascasarjana (Specific Life Skills). Program vokasi yang dipilih sebagai program terpilih adalah Housekeeping dengan mengambil kategori clothing dan paket keahlian yang dipilih adalah fashion design. Pemahaman kepala sekolah terhadap kurikulum SLB belum detail, hal ini menandakan bahwa penguasaan materi program vokasi masih berkisar pada hasil keterampilannya, sedangkan berdasarkan studi dokumentasi dalam kurikulum harus disertai dengan berbagai aspek kepribadian secara holistik yang harus dimiliki. dikembangkan melalui program kejuruan.
Dan menurut pengamatan penulis, sarana prasarana yang ada sangat terbatas jumlahnya yaitu berupa empat buah mesin jahit, mesin overlocking dan mesin potong. Masih belum ada guru yang memenuhi syarat untuk memberikan pelatihan kejuruan dan kepala sekolah berusaha untuk tidak datang dari luar karena alasan keuangan. Berdasarkan studi dokumentasi, ternyata jumlah guru di SLB-C sangat terbatas dan kepala sekolah harus menangani guru yang tidak hadir dibandingkan dengan kelas yang ada.
Selain itu, dalam rangka peningkatan mutu guru program profesi, dilakukan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut di SLB Pedagogical Center, namun kepala sekolah berpendapat bahwa hal tersebut masih belum cukup, perlu dilakukan peningkatan lebih lanjut. Kepala sekolah mencari dana untuk kegiatan program vokasi berupa dana swadaya dan dana pengembangan program BBE dan Life Skill dari negara dan donatur lainnya. Berdasarkan temuan di lapangan, dalam pelaksanaan program SMK kepala sekolah memberikan tanggung jawab penuh kepada guru atas perannya dalam pembelajaran.
Pembinaan dan penyeliaan merupakan satu bentuk pembangunan dan penilaian di mana perlu dalam pelaksanaan program mendapat pembinaan agar program vokasional dapat diarahkan mengikut matlamat.
KESIMPULAN
STUDI EVALUASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN UMUM DI INDONESIA Munawir Yusuf, Erma Kumalasari, Mahardika Supratiwi, Arsy Anggrellanggi. 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi anak yang menyandang disabilitas dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Hal ini juga merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan pendidikan inklusif di Indonesia.
Oleh karena itu, evaluasi terhadap kebijakan pendidikan inklusi perlu dilakukan untuk mendapatkan data evaluasi terhadap implementasi kebijakan pendidikan inklusi di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen (kuesioner) dan wawancara untuk memperoleh penilaian dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terkait pelaksanaan program pendidikan inklusi di Indonesia yang diwakili oleh sampel penelitian. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa program penyelenggaraan pendidikan secara komprehensif pada tingkat Pokja Kabupaten/Kota yang capaiannya paling tinggi adalah program yang dinyatakan sebagai.
Berdasarkan hasil tersebut, capaian sekolah inklusi berada pada taraf sedang (60,8%) yang berarti pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah belum terlaksana dengan baik. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) Pelaksanaan pendidikan inklusi di tingkat Pokja Kabupaten/Kota terlaksana dengan baik. 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus dan berpotensi cerdas dan/atau berbakat istimewa.
Rejeki, Dewi Sri (2015), Pengembangan Model Bahan Pembelajaran Utama (MLM) Pendidikan Inklusif dan Perlindungan Anak, Laporan Penelitian, LPPM UNS.