Artikel ini dapat Anda uraikan kembali dalam bahasa yang sederhana untuk mengajarkan tentang pentingnya arti pelayanan kepada anak. Selain Anda dapat belajar, murid-murid Anda pun mendapatkan berkat yang sama.
Pada suatu malam yang bersalju di musim dingin, saya mengumpulkan kayu bakar untuk tempat perapian kami. Malam itu amat dingin, tetapi segera setelah saya menaruh kayu itu dalam api, ruangan menjadi hangat. Kayu itu sendiri monggol dan berwarna kelabu karena dibiarkan di luar dan termakan cuaca selama beberapa musim.
Tidak ada keindahan atau kehangatan dari kayu itu. Tetapi ketika dibakar, kayu-kayu itu menghangatkan rumah dan keluarga kami, dan kami senang akan nyala apinya yang bertahan cukup lama.
Pada saat kita melayani orang lain, kita menjadi seperti kayu bakar yang menyala itu.
Kita sendiri tidak menarik, tetapi kita memperlihatkan kemuliaan Tuhan sewaktu kita dipakai untuk Dia.
Pada musim gugur, saya dan istri saya menanam beberapa umbi bunga tulip dan bunga bakung. Jika saudara pernah menanam bunga ini, saudara ingat betapa tidak
menariknya umbi-umbi itu. Tetapi pada musim semi, gumpalan-gumpalan buruk ini mengeluarkan keindahannya, dan orang-orang kagum pada rupanya yang berwarna- warni. Ketika kita melayani orang lain, kita menjadi seperti umbi-umbi bunga itu.
Walaupun kita sendiri tidak menarik, kita memperlihatkan keindahan Yesus ketika kita dipakai untuk Dia.
Kedua ilustrasi ini menunjukkan betapa kehangatan dan keindahan muncul ketika hal- hal biasa dimanfaatkan. Tetapi ilustrasi tersebut tidak lengkap. Orang Kristen yang melayani lebih beruntung daripada kayu bakar atau umbi bunga itu. Kayu dan umbi itu, bila memakai dirinya sendiri untuk menimbulkan kehangatan dan keindahan, tidak menjadi lebih menarik. Sedangkan orang Kristen akan menjadi lebih menarik.
Pelayanan Kristen membawa Kristus - keindahan-Nya dan kehangatan-Nya - kepada mereka yang dilayani. Pelayanan Kristen juga mendatangkan pemberian Kristus kepada orang yang melayani. Melayani Allah dan melayani orang lain adalah laksana menghadiri suatu jamuan makan. Dalam kesenangan pesta itu kita mendapatkan kekuatan dari makanan kita.
Anak-anak kami semua melayani sebagai konselor atau anggota staf dalam berbagai pekan kegiatan Kristen. Sepanjang tahun-tahun ini saya telah mengamati mereka dan kawan-kawan mereka bertumbuh melalui pelayanan. Saya yakin bahwa para konselor anggota staf menerima jauh lebih banyak dari pengalaman pekan kegiatan itu daripada yang diterima oleh para peserta pekan kegiatan, walaupun para peserta pekan kegiatan juga sangat tertolong. Pertumbuhan timbul karena melayani, bukan karena dilayani.
Sama seperti kekuatan tubuh bertambah dengan olahraga, iman bertumbuh saat kita memakainya.
e-BinaAnak 2006
101
Meskipun demikian, motif kita melayani Allah dan orang lain jangan sekali-kali untuk memperoleh sesuatu dari pelayanan itu. Jika itu yang menjadi motif kita, berarti kita tidak memberi dengan hati yang "bersih", dan Tuhan tidak akan memberi kita upah dengan berkat yang penuh. Tetapi jika kita melayani sebab kita ingin memberi, kita akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang kita berikan. Kita akan semakin mengenal Kristus dan semakin mampu untuk melayani dengan lebih efektif lagi.
Perumpamaan tentang talenta memberi tahu kita banyak tentang upah bagi mereka yang melayani dengan efektif (Matius 25:14-30). Hamba yang tidak setia tidak diberi upah. Talenta yang tidak ia pakai diambil daripadanya, dan ia diusir dari hadapan tuannya. Tetapi hamba-hamba yang setia diberi upah, bukan dengan kekayaan yang besar untuk mereka simpan sendiri, melainkan dengan kesempatan yang lebih besar untuk melayani.
Orang yang memiliki hati yang suka melayani akan menghargai upah semacam ini. Ia menyadari bahwa upah paling baik yang ia terima karena melayani Tuhan kita Yesus Kristus adalah kesempatan yang lebih besar untuk melayani. Ini disebabkan karena melalui pelayananlah kita bisa bertumbuh secara rohani dan menjadi alat yang lebih besar lagi untuk memberitakan firman-Nya kepada mereka yang membutuhkan.
Jikalau kita melayani hanya karena upah, upah kita tidak akan berupa pelayanan yang lebih besar, karena kita tentu melayani dengan motif yang rendah. Tetapi jika kita melayani Kristus oleh karena kita ingin menyenangkan Dia, Ia akan memberi kita upah yang terbesar, yaitu kesempatan untuk melayani Dia dengan lebih efektif. Dalam melayani Dia, kita sendiri akan bertumbuh secara rohani. Kita akan menjadi hamba yang lebih efektif, yang dipersiapkan untuk pelayanan lebih besar yang akan Ia berikan kepada kita. Pertumbuhan rohani bukan berarti jumlah kesalehan yang lebih besar, melainkan kemampuan yang lebih besar untuk melayani Yesus. Waktu kita melayani, kita menjadi lebih menyerupai Dia, diperlengkapi secara lebih baik untuk melaksanakan Amanat Agung-Nya.
Sesuatu yang indah terjadi ketika kita menjadi alat yang lebih efektif untuk membawa berkat Tuhan kepada orang lain. Karena diciptakan menurut gambar-Nya, kita
bertumbuh semakin menyerupai Dia waktu kita melakukan pekerjaan-Nya. Orang yang dewasa rohaninya akan bersifat menawan dan menarik, dengan membawa ciri-ciri Kristus. Tidak ada upah yang lebih besar daripada hal ini.
Sumber diambil dari:
Judul Buku: Pola Hidup Kristen Penulis : Gilbert Beers
Penerbit : Kerja sama antara Gandum Mas, Malang; Yayasan Kalam Hidup, Bandung;
dan YAKIN, Surabaya, 2002 Halaman : 120 - 124
e-BinaAnak 2006
102
Bahan Mengajar: Bawalah Seorang Teman Kepada Yesus
NYANYIAN BERSAMA
"Senang, Selalu Senang"; "Anak-anak Kecil Tuhan Cinta".
CERITA
Kita senang bila ada tamu di rumah kita, bukan? Sangat menyenangkan untuk
membuat persiapan menyambut mereka. Kita ingin rumah kita rapi dan bersih, dan kita memikirkan cara-cara untuk menyenangkan mereka selama mereka ada bersama kita.
Kita mengharapkan mereka mau datang kembali.
Pada suatu hari ketika Mira dan Rudi pulang dari sekolah, ibu mereka menceritakan bahwa Nenek akan datang berkunjung. Ini merupakan kabar yang menggembirakan, karena mereka sangat mencintai nenek mereka. Rudi memutuskan untuk membeli permainan teka-teki potongan gambar, karena Nenek gemar menyusunnya. Ibu membuat sebuah daftar makanan kesukaan Nenek, dan Mira menolong dengan membersihkan rumah. Ketika akhirnya Nenek tiba, semuanya sudah bersih dan rapi.
Seluruh keluarga telah bekerja keras membuat persiapan bagi kedatangannya. Mereka senang mendapat kunjungan Nenek dan berusaha sebisa mungkin agar Nenek senang untuk tinggal.
Seperti halnya Mira dan Rudi menyiapkan segala sesuatu untuk kedatangan tamu mereka, demikian juga kita ingin bersiap-siap untuk kedatangan tamu-tamu kita di Sekolah Minggu. Tentu saja kita ingin agar ruangan kita kelihatan menyenangkan.
Tetapi yang lebih penting lagi ialah memperlakukan tamu-tamu kita dengan ramah.
Bagaimana kita dapat melakukan hal ini? (Doronglah murid-murid untuk memberikan saran, tetapi bimbinglah pembicaraan itu agar tetap berarti dan teratur.)
Salah satu hal yang perlu kita ingat jika membawa seorang tamu ialah memperkenalkan dia kepada teman-teman kita dan kepada para guru. Pernahkah kalian menjadi seorang asing? (Terangkan bahwa seorang asing adalah orang yang tidak kenal dengan orang- orang yang ada.) Menjadi seorang asing tidak menyenangkan, bukan? Tetapi tamu- tamu kita tidak akan merasa asing jika kita menolong mereka untuk saling berkenalan.
Kita juga berharap bahwa mereka akan segera mengenal Teman kita yang paling akrab, yaitu Tuhan Yesus.
Hal lain yang perlu diingat jika kita mempunyai tamu ialah bertindak dengan sopan.
Orang yang sopan tidak akan saling mendorong atau mendesak. Mereka akan membantu tamu mereka mendapat tempat duduk. Anak-anak yang sopan akan membantu meriangkan suasana kelas dengan berlaku baik di dalam kelas. Mereka akan melakukan apa saja agar para tamu merasa senang telah menghadiri Sekolah Minggu sehingga mereka ingin kembali.
e-BinaAnak 2006
103 Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku : Buku Pintar Sekolah Minggu, Jilid 2 Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1996
Halaman : 9
e-BinaAnak 2006
104
Tips: Mendidik Anak Untuk Melayani Melalui Ibadah SM
Salah satu cara untuk mengajarkan arti pelayanan kepada anak adalah dengan merancang satu program ibadah anak di mana di dalamnya anak- anak terlibat untuk melayani satu dengan lainnya.
1. Ibadah dimulai dengan lagu-lagu yang dapat mengaktifkan anak-anak untuk terlibat dan menciptakan rasa kesatuan dalam kelompok. Selanjutnya akhiri lagu- lagu pujian sebelum pelajaran Alkitab dimulai.
2. Anak-anak kelas besar yang duduk di kelas 5 SD mengumpulkan, menghitung, dan mengedarkan persembahan. Pada saat persembahan, anak-anak secara berkelompok menampilkan musik khusus. Setiap bulan mereka bisa
mencalonkan seorang misionaris atau hamba Tuhan khusus sebagai penerima persembahan. Harapannya dengan mengenalkan seorang misionaris atau hamba Tuhan, anak-anak dapat menjadi pendukung misionari yang aktif. Dari waktu ke waktu berikan kesempatan kepada anak-anak untuk melayani anak- anak lainnya. Misalnya, dengan mengumpulkan dana atau barang-barang yang dapat diberikan ke panti-panti asuhan.
3. Pada saat berdoa, anak-anak dapat membentuk kelompok kecil dipimpin oleh seorang pemimpin doa yang mengajari mereka bagaimana berdoa untuk anak lainnya. Catat semua permohonan doa sehingga anak-anak dapat melihat bagaimana Tuhan meresponi dan menjawab doa mereka.
4. Selanjutnya anak-anak kelas enam bisa menampilkan tampilan lagu-lagu pujian yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Anak-anak ini bertemu beberapa kali untuk mempersiapkan pertunjukan panggung yang berhubungan dengan tema.
Guru bisa membantu pertunjukkan boneka itu dengan memainkan musik.
Tanggung jawab diberikan kepada anak yang lebih tua supaya mereka merasa dibutuhkan, agar mereka belajar melayani dalam setiap persiapannya juga mengajar mereka untuk melayani orang lain. Anak-anak yang lebih muda memberikan penghargaan kepada mereka melalui tepuk tangan atau pujian.
5. Selanjutnya anak-anak mengikuti pelajaran Alkitab dalam kelompok kecil dan membuat lingkaran untuk mempelajari bagian-bagian yang berbeda dalam cerita yang diberikan. Dengan demikian keragaman dalam mengajar bisa ditambah sambil menjaga agar anak-anak tetap aktif. (t/rat)
Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber:
Nama Situs : Childrens Ministry
Alamat URL : http://www.childrensministry.com/Article.asp?ID=702 Judul Artikel Asli: Kids Serving Kids
Penulis Artikel : Mark Schoonover
e-BinaAnak 2006
105
Warnet Pena: Christian Answer Net -- Kids
http://www.christiananswers.net/kids/
Apakah Anda sedang bingung karena mendapat pertanyaan "sulit" dari anak atau murid Sekolah Minggu Anda. Pernahkah mereka bertanya: Benarkah dinosaurus hidup jutaan tahun lalu sebelum ada manusia? Apakah manusia berasal dari kera? Atau pertanyaan lain yang sejenis? Jangan khawatir! Anda dapat menemukan jawabannya di Situs Christian Answers Net. Situs ini memberikan pelayanan ke seluruh dunia dan dirancang sebagai sarana penginjilan, pendidikan, dan kerasulan yang efektif melalui internet.
Bagian Kids dari situs ini memang dirancang untuk membantu anak, orang tua dan para pelayan anak. Sebagian isinya juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Anda butuh ide baru dan segar untuk melakukan penginjilan pada anak? di sinilah tempatnya!
Sumber: Publikasi ICW Edisi 082/2000
Arsip : http://www.sabda.org/publikasi/icw/082/
Mutiara Guru
Melayani Tuhan bukan merupakan balas budi kita akan kebaikan-Nya, tetapi sebagai bukti bahwa kita mengasihi-Nya.
Dari Anda Untuk Anda
Dari: Jusup Hariadi <jusup.hariadi(at)>
>Kami ingin mendapatkan informasi di mana kami bisa memperoleh alat
>peraga untuk mengajar Sekolah Minggu. Info ini sangat kami butuhkan
>karena dalam SMT ( sidang majelis terbuka ) 2006 dimana saya sempat
>hadir (sebagai warga jemaat) mendengar keluhan dari Komisi Anak
>yang sangat memerlukan alat peraga tersebut dalam pelayanan sekolah
>minggu, demikian terima kasih.
Redaksi:
Untuk mendapatkan informasi tentang alat peraga yang lengkap, Anda dapat menghubungi Yayasan Domba Kecil. Silakan menghubungi alamat e-mail di: <
info(at)dombakecil.org >
Jika ada rekan yang mengetahui info lain mengenai suatu lembaga atau tempat yang menyediakan alat peraga lengkap untuk SM, silakan kirimkan ke redaksi e-BinaAnak di:
< staf-binaanak(at)sabda.org >
e-BinaAnak 2006
106
e-BinaAnak 270/Maret/2006: Arti Penting Persembahan
Salam dari Redaksi
Salam kasih,
Memberi persembahan merupakan acara rutin yang selalu dilakukan dalam ibadah Sekolah Minggu. Anak-anak dengan penuh sukacita memasukkan uang dalam kantong persembahan. Tetapi dengan penuh kesadarankah mereka melakukannya? Ataukah semata-mata karena orang tua mereka berpesan untuk memasukkan uang itu ke dalam kantong persembahan?
Jika kita melakukan evaluasi mengenai persembahan, mungkin ada anak- anak yang akan bingung menjawab arti memberi yang sebenarnya. Lalu bagaimana kita dapat mendidik mereka untuk memberi persembahan dengan pengertian dan motivasi yang benar? Artikel dan bahan mengajar minggu ini akan menjadi langkah awal Anda untuk mendidik mereka mengenai hal tersebut. Harapan kami, kita semua dapat menyadari arti penting memberi persembahan kepada Tuhan sehingga anak-anak pun
mendapatkan pengajaran yang benar mengenai hal tersebut.
Selamat memberikan persembahan yang berkenan kepada Allah!
Redaksi e-BinaAnak, (Davida)
"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah
aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan
kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1)
< http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Roma+12:1 >
e-BinaAnak 2006
107
Artikel: Apakah Artinya Mempersembahkan Kepada Tuhan?
Alkitab bukanlah semacam kitab tuntunan, yang memuat peraturan- peraturan tentang apa yang harus dikerjakan manusia. Kita tidak akan menemukan daftar dari berbagai tujuan yang harus disumbang. Tidak akan terdapat juga suatu tabel, yang menyatakan berapa persembahan yang menjadi tanggungan jika kita mempunyai gaji Rp 800.000.
Tuhan hanya meminta kasih kita kepada-Nya dan berdasarkan besarnya kasih itulah kita memberi.
Namun, Dia juga mau menunjukkan jalan, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, agar kita bebas memilih dan memberi.
Tentang orang Israel, kita baca bahwa mereka dapat memberikan persembahannya kepada Tuhan dengan tiga cara.
1. Untuk kebaktian.
Untuk itu yang terutama diperlukan ialah sebuah tempat pertemuan, mula-mula berbentuk kemah dan kemudian rumah atau bait. Pembangunan kedua tempat kebaktian itu terlaksana karena pemberian orang Israel yang spontan dan sukarela. Untuk mendirikan kemah pertemuan, orang Israel memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan. Laki-laki dan perempuan membawa emas, perak, tembaga, kain kasa yang halus, bulu kambing, kayu akasia, minyak untuk pelita.
Kaum wanita memintal bulu kambing. Semua orang menyerahkan sesuatu
sebagai persembahan sukarela untuk Tuhan (Kel. 35:4-29). di samping itu, harus selalu tersedia minyak untuk pelita, roti persembahan, kemenyan di atas mezbah dan binatang-binatang untuk korban.
2. Untuk hamba-hamba Allah, para imam dan orang Lewi.
Orang itu dapat mengerjakan pekerjaannya, apabila mereka dibebaskan dari tanggungan mencari makan. Setelah Tuhan memberikan tanah Kanaan kepada bangsa Israel, tiap-tiap suku mendapat bagian dari tanah itu. Tetapi orang-orang Lewi dan para imam tidak menerima bagian. Karena mereka menjalankan
kebaktian setiap hari di hadapan Tuhan maka tiap orang Israel harus menyerahkan sebagian dari penghasilannya kepada mereka. Tuhan
menganggap persembahan itu sebagai persembahan kepada Dia sendiri. di dalam Bilangan 18:21-24 kita baca antara lain: "Sebab kepada orang Lewi
kuberikan sebagai bagiannya persepuluhan, yang harus dikumpulkan oleh orang Israel sebagai kewajibannya", dan dalam Ulangan 18:1-5 ditambahkan pula hasil yang pertama dari gandum, minyak dan anggur, dan bulu domba yang pertama.
3. Untuk orang miskin.
Orang miskin juga mempunyai hak dari pemberian orang Israel. Jika ada suatu perayaan, orang Israel harus membagi-bagikan pemberian kepada anak-anak yatim piatu, janda-janda, dan orang miskin. Jika ada seikat gandum tertinggal di ladang, orang tidak boleh mengambilnya kembali, melainkan harus dibiarkan di
e-BinaAnak 2006
108
sana untuk orang miskin. Begitu juga dengan buah zaitun, orang tidak perlu memeriksa kembali apakah masih ada beberapa buah yang tertinggal di pohon.
Buah yang tertinggal itu menjadi bagian orang yang kekurangan (Im. 19:9, 10).
Dalam Ulangan 26:12, Tuhan berkata kepada orang Israel: "Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan engkau sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim, dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam tempatmu dan menjadi kenyang."
Jadi dengan dasar selalu adanya orang miskin, Yesus Kristus pun berkata:
"orang miskin selalu ada padamu." Meski kita bekerja keras untuk perbaikan keadaan sosial dan ekonomi, kita akan selalu diingatkan, bahwa kita hidup dalam dunia yang tidak sempurna. Keadaan ini tidak meniadakan tugas dari Tuhan untuk memelihara orang yang kekurangan. Hal ini bukan untuk memperlihatkan betapa baik hati kita, melainkan untuk mengembalikan apa yang telah kita terima kepada-Nya melalui orang miskin.
Bagi tiap anggota jemaat juga ada tiga jalan untuk memberi seperti tersebut di atas.
1. Untuk rumah gereja.
Tuhan meminta kita untuk membuat tempat di mana Dia dapat disembah.
Tidakkah penyembahan dapat dilakukan tanpa rumah? Tentu saja dapat, karena Tuhan tidak terikat pada suatu tempat. Tetapi pertemuan-pertemuan di suatu tempat tertentu, di mana kita dapat mendengarkan Firman Tuhan, dapat memperkuat persekutuan orang suci. Lagi pula sebuah rumah gereja dapat menjadi suatu peringatan bagi mereka yang belum percaya kepada-Nya; sebagai suatu peringatan, meskipun sangat sederhana, bahwa Tuhan sedang mendirikan Gereja-Nya di dunia ini.
Di India-Selatan orang berkata: "Janganlah mendirikan rumah di dusun yang tidak ada kuilnya." Mendirikan gereja adalah satu dari hal yang nyata, yang dapat dilakukan bersama oleh orang Kristen. Sesuatu yang dapat dilihat itu menarik perhatian. Oleh karena itu, orang gemar mengerjakannya. dan apa yang harus kita kerjakan dengan kasih dan sukacita harus kita dorong, lebih-lebih karena hal itu membutuhkan pengorbanan dari manusia.
2. Untuk para pemuka, pendeta, guru Injil, dan orang yang mencurahkan hidupnya ke dalam pekerjaan jemaat.
Jika sepanjang hari mereka sibuk mengurus jemaat atau mengabarkan Injil kepada mereka yang tidak mengenalnya, maka mereka harus dipelihara oleh jemaat. Tidak hanya dengan uang yang sedikit, sehingga orang lain tidak mau mengerjakannya. Yakobus berkata, bahwa seorang pekerja harus seharga dengan upahnya dan seorang pendeta harus dapat hidup dengan cukup. Ia harus dapat menerima kedatangan orang, dapat memberikan pendidikan yang cukup kepada anak-anaknya, pendeknya dapat hidup patut sebagai manusia.
Sebaliknya kita dapat minta daripadanya sesuai dengan apa yang diberikan oleh jemaat kepadanya. Ia harus menyediakan seluruh waktunya untuk kepentingan pekerjaan gereja dan pekabaran Injil. Ini bukan suatu peringatan yang tidak perlu. Kerap kali kita jumpai, bahwa ada pendeta atau pekerja gereja lainnya,
e-BinaAnak 2006
109
yang mempunyai sawah sendiri, mempergunakan sebagian besar dari waktunya untuk kepentingan sawahnya. Hal itu tak boleh terjadi, dan hal itu harus kita cegah.
3. Untuk orang-orang miskin.
Umumnya pengertian orang miskin di Indonesia hanya terdapat di kota-kota saja.
Orang miskin di desa-desa mungkin ada juga, tetapi mereka selalu ditampung oleh keluarganya atau oleh masyarakat yang ada di situ. Jika ia lepas dari ikatan sosial tersebut, barulah ia menjadi orang yang seharusnya minta pertolongan jemaat. Meski demikian, pengertian pemeliharaan orang-orang miskin itu tidak hanya harus kita batasi pada orang yang tidak mempunyai harta saja. Ada pula orang yang membutuhkan pertolongan kita dengan cara yang lain, misalnya, karena mereka itu buta atau lumpuh. Orang yang membutuhkan pertolongan kita akan selalu ada di sekitar kita. Bukan pertolongan dengan sikap congkak yang datang dari orang yang sekali-kali berbuat kebajikan, melainkan dari orang yang mau menolong karena kasihnya kepada Tuhan, yang memberikan yang terbaik kepadanya, bahkan sampai memberikan Anak-Nya.
4. Untuk pekabaran Injil.
Pemberitaan Injillah yang menjadi alasan bagi berdirinya jemaat. Apabila jemaat itu berhenti mengerjakan pekabaran Injil, maka jemaat itu sudah tidak berdiri sebagai gereja lagi, melainkan menjadi suatu perkumpulan keagamaan biasa.
Injil itu tidak hanya harus dikabarkan di sekeliling kita, melainkan harus sampai ke ujung dunia. Itu tidak berarti, bahwa kita harus pergi sendiri- sendiri. Kalau demikian malahan kita tidak akan saling bertemu. Tetapi tiap orang Kristen harus berdoa, bekerja, dan berkorban bagi semua umat manusia yang belum mengenal Kristus sekaligus memberi untuk pengutusan penginjil ke luar negeri. Ini tidak hanya berlaku bagi gereja-gereja di negeri Barat, melainkan bagi gereja-gereja di negeri Timur juga. Pengutusan bukanlah merupakan kegemaran segelintir
manusia, tetapi menjadi tugas semua orang yang menjunjung nama Kristus.
Jika kita sudah tahu untuk apa kita memberi maka bersama itu pula timbul pertanyaan: "Berapa yang harus kita beri?"
Marilah kita kembali sebentar kepada bangsa Israel, mereka memberikan:
a. sepersepuluh dari hasil ladang dan kebunnya,
b. anak yang pertama dari lembu dan biri-biri, termasuk hasil yang pertama dari gandum, minyak, anggur, dan dari bermacam-macam buah-buahan ladang, dan c. pemberian sukarela pada hari raya tertentu, kelahiran, sakit dan sebagainya.
Kita tidak lagi hidup di bawah peraturan-peraturan yang khusus mengenai hal memberi, seperti sepersepuluh dari tanah atau hasil buah-buahan. Jadi, tidak seorang pun dapat dipaksa atau diharuskan untuk memberikan persepuluhan itu. Kalau orang mau berbuat begitu secara sukarela, itu bagus sekali.
Sejak itu semua pemberian itu sukarela. "Semua itu kepunyaanmu," kata Paulus, "tetapi kamu milik Kristus dan Kristus milik Allah." Itu artinya, hubungan kita dengan Tuhan