RESPONS MASYARAKAT TERHADAP MEKANISME
B. Optimalisasi Peran Pelaksana Program BPNT
4. Pemantauan
mandiri. Program e-Warong adalah bagian dari program BPNT yang merupakan warung untuk menyalurkan BPNT yang diberikan oleh pemerintah dengan menggunakan sistem elektronik bertujuan agar bantuan yang diberikan tepat sasaran. Program BPNT merupakan program penanggulangan kemiskinan termasuk kluster pertama, yakni program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Fokus pemenuhan hak dasar ditujukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat miskin untuk kehidupan lebih baik, seperti pemenuhan pangan.
“Saya dari pertama kali dapat kartu tahun 2021 dan baru sekali juga bantuannya bisa dicairkan. Sampai sekarang gak bisa lagi, udah sering coba ngecek juga. Saya cuma ngelapor ke Ibu yang punya e-Warong waktu jadwal pencairan bantuan karena gatau mau ngelapor ke siapa. Kalau sekarang kadang saya cek kadang gak, karena emang gak pernah ada lagi saldonya” (Wawancara dengan Bete, Warga Penerima Program Bantuan Pademangan, Jakarta Barat, 4 Juli 2022).
Informan lain juga memaparkan.
“Saya sekarang cuman dapat uang aja gak dapat bantuan beras lagi. Baru sekali dapat berasnya waktu pertama kali dapat kartu.
Tiap bulan selalu saya cek saldonya kalau pas jadwal pembagian berasnya, tapi ya gitu juga, masih kosong. Karena tidak tau bagaimana caranya, terus mau ngelapor ke siapa. Jadi ya nunggu saja, kalau ada orang Dinas yang datang” (Wawancara dengan Cika, Warga Penerima Program Bantuan Palmerah, Jakarta Selatan, 4 Juli 2022).
Pemantauan program BPNT di Palmerah ini, belum efektif karena petugas satu atau dua kali melakukan pemantauan di beberapa Kelurahan, lainnya perihal pelaksanaan program di lapangan dan kemudahan pengaduan kepada perwakilan petugas, apabila terjadi permasalahan. Hal ini, senada dengan yang dipaparkan oleh informan.
“Pemantauan biasanya dilakukan sekali dalam sebulan kadang gak tentunya juga. Orang PKH nya biasanya datang waktu jadwal pencairan bantuan di e-Warong. Sekalian kalau ada KPM yang bermasalah kartunya dan gak ada saldonya bisa langsung lapor ke Ibu itu” (Wawancara dengan Rohaedah, Warga Penerima Program Bantuan Pondok Labu, Jakarta Selatan, 4 Juli 2022).
Informan lain juga memaparkan.
“Saya kemaren pernah selalu kosong saldonya, sekarang udah gak lagi. Kemaren saya ngelapor ke Petugas BPNT waktu ada jadwal pembagian beras di e-Warong. Makanya, sekarang saya udah bisa dapat beras lagi” (Wawancara dengan Sainah, Warga Penerima Program Bantuan Pondok Labu, Jakarta Selatan, 4 Juli 2022).
Dari wawancara yang telah dikemukakan, maka penulis menginterpretasikan bahwa pada indikator pemantauan program belum dilakukan dengan maksimal. Hal ini, dilihat dari tidak meratanya kegiatan pemantauan program yang dilakukan petugas sehingga tidak semua KPM dapat melaporkan masalah dalam pelaksanaan dengan mudah. Bahkan beberapa yang tidak mengetahui sama sekali untuk melapor ke siapa. KPM lainnya ada yang mencoba melapor ke pemilik e-Warong, karena tidak mengetahui melapor ke siapa dan seperti apa mekanisme pengaduannya. Berikutnya diharapkan agar dapat dilakukan perbaikan, sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan efektif dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penyaluran BPNT dengan menggunakan sistem perbankan dapat mendukung perilaku produktif penerima bantuan serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas program bagi kemudahan mengontrol, memantau dan mengurangi penyimpangan. Hal ini, sejalan dengan yang dipaparkan oleh informan.
“Sekarang udah gampang ngambil bantuan, tinggal mengecek di kartu setiap bulannya. Dengan menggunakan kartu dalam pengambilan bantuan akan lebih transparan, sehingga menghindari penyimpangan” (Wawancara dengan Pelaksana Tugas (Plt) Lurah Pulau Pari Kepulauan Seribu Selatan, 6 Maret 2022).
Program BPNT merupakan salah satu inovasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam penyaluran, salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan bantuan bagi KPM. Inovasi yang dilakukan oleh pemerintah dengan adanya program BPNT ialah dengan memberikan pelayanan yang berbasis teknologi melalui program e-Warong yang bertujuan untuk mengurangi penyalahgunaan bantuan yang diberikan oleh pemerintah, sehingga ketepatan sasaran akan lebih terkawal. Hal ini, sama seperti yang dipaparkan oleh informan.
“Program ini, sangat membantu kami. Penyalurannya selalu lancar, bisa dibilang tepat waktu juga untuk penyaluran setiap bulannya. Tapi ada juga kadang yang saldonya kosong, jadi gak bisa dicairkan bantuannya. Tapi alhamdulillah punya saya selalu bisa dicairkan bantuannya. Ibu itu kemaren gak ikut kumpul waktu ada pengecekan masalah bantuan ini dari orang dinas” (Wawancara
dengan Kepala Cabang Kantor Pos Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, 6 Maret 2022).
Pemerintah berkeinginan agar program BPNT bisa disalurkan tepat sasaran, by name by address sesuai dengan basis data terpadu. Untuk itu, pemerintah akan mengecek kembali apakah kemudian KPM itu masih ada, sudah meninggal atau tidak tepat sasaran. Pemerintah saat ini, sedang mengambil langkah-langkah yang efektif agar pelaksanaan program BPNT berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Caranya, dengan memastikan bahwa data KPM sudah tepat sasaran, memastikan e-Warong sudah berjalan efektif dan perlunya sosialisasi, serta edukasi sebagai upaya literasi produk perbankan kepada KPM. Hal ini, sama seperti yang dipaparkan oleh informan.
“Pemerintah saat ini, sedang mengambil langkah-langkah yang efektif agar pelaksanaan program BPNT berjalan dengan baik.
Caranya dengan memastikan bahwa data KPM sudah tepat sasaran, memastikan e-Warong sudah berjalan efektif dan perlunya sosialisasi, serta edukasi sebagai upaya literasi produk perbankan kepada KPM” (Wawancara dengan Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial, 31 Maret 2022).
Informan lain juga mengatakan.
“Untuk mengatasi masalah dalam penyaluran program BPNT ini, orang dinas selalu datang untuk melakukan pengecekan langsung masalah yang ada pada KPM. Untuk masalah ketepatan sasaran, salah satu yang diupayakan pemerintah adalah pendataan ulang seperti pencairan bantuan di bulan ini tadi, Keluarga Penerima Manfaat diinfokan agar membawa data-data mereka kembali seperti fotocopy KTP, KK, KKS, dan buku rekening” (Wawancara dengan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, 1 Maret 2022).
Berdasarkan observasi penulis, berkaitan dengan ketepatan sasaran program BPNT belum dilakukan dengan maksimal karena masih ada keluhan dari penerima bantuan. Namun saat ini, pemerintah telah mencoba untuk memperbaiki masalah ketepatan sasaran melalui petugas dengan cara melakukan pendataan ulang KPM. Dari hasil studi yang telah dikemukakan, maka penulis menginterpretasikan bahwa pada indikator ketepatan sasaran program belum dilakukan dengan
maksimal. Masyarakat masih ada yang mengeluhkan terkait ketepatan sasaran penerima bantuan, salah satunya disebabkan pada pendataan awal pada program BPNT. Seharusnya pada pendataan dilakukan merata dan sesuai dengan kriteria sasaran dari program BPNT, sehingga yang menjadi calon KPM sesuai dengan kriteria sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan adanya pendataan ulang yang dilakukan oleh dinas sosial yang melibatkan pengurus e-Warong sebagai penyalur, diharapkan dapat menjadikan program BPNT lebih tepat sasaran.
Dapat diketahui dari analisis literatur dan juga fakta-fakta yang terjadi di lapangan, penyaluran program BPNT masih memiliki beberapa kendala yang mengakibatkan ketegangan dalam pelaksanaannya, sehingga tidak sejalan dengan konsep teori efektivitas. Berdasarkan hasil pemetaan, teridentifikasi ketidaktepatan sasaran menjadi permasalahan utama yang sering muncul dihampir setiap program BPNT yang diberikan pemerintah. Ketidaktepatan sasaran disebabkan karena data yang tidak ter-update secara rutin, baik di tingkat daerah maupun pemerintah pusat.
Sejalan dengan hal tersebut, merujuk hasil riset Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) yang dilaksanakan per tanggal 5–6 Mei 2020, diketahui 49% responden menilai BPNT masih belum tepat sasaran. Sementara hanya 37% responden yang menilai BPNT sudah mencapai sasaran (Noerkaisar, 2021). Data tersebut, menunjukan BPNT yang disalurkan pemerintah untuk penanganan Covid-19 di Indonesia belum berjalan dengan maksimal. Penyaluran BPNT, dirasa belum tepat sasaran karena 60% responden menyatakan belum mendapatkan BPNT meskipun berhak dan 29% responden beranggapan BPNT yang diberikan salah sasaran. Selain itu, 4% responden beranggapan besaran bantuan yang diberikan terlalu kecil, sehingga menjadi alasan mengapa BPNT pemerintah tidak tepat sasaran.
Hasil pemantauan Indonesia Corruption Watch (ICW) dimulai dari 2 Juni hingga 31 Agustus 2020 mendeteksi beberapa kendala dan presumsi penggelapan Bansos Covid-19 yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti pemotongan atau pungli sebesar 19,25%, inclusion error 17,99%, bantuan tidak didapatkan warga 9,62%, tumpang-tindih bantuan 8,79% dan pendistribusian bantuan terhambat 4,60%. Lebih lanjut dalam ICW menemukan beberapa kendala lain seperti politisasi
3,77%, sembako tidak memenuhi syarat 0,84%, kendala penyalahgunaan lainnya 16,32% dan nonpenyalahgunaan 18,82% (Watch, 2020).
Jika analisis literatur dan data hasil survei SMRC serta ICW dikaitkan dengan teori efektivitas, maka didapatkan hubungan belum tercapai secara maksimal keberhasilan penyaluran BPNT dalam pengendalian Covid-19 kepada masyarakat rentan dan terdampak.
Masih ditemukannya masalah di setiap jenis Bansos yang diberikan, menjadi penyebab ketidaksesuaian output dengan tujuan yang ditetapkan. Keadaan ini, diperparah dengan adanya kasus korupsi Bansos sembako Covid-19 yang melibatkan pejabat Kemensos yang menjadi bukti bahwa program Bansos rawan akan penyelewengan.