• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Dasar Pengambilan Keputusan Uji Mann Whitney:

1. Jika Nilai Asymp. Sig < 0.05, maka Hipotesis diterima 2. Jika Nilai Asymp. Sig > 0.05, maka Hipotesis ditolak

Berdasarkan tabel 4.16, diketahui Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0.020, karena 0.020 lebih kecil dari < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima artinya terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Inpres Lanraki 2.

sama diberi soal posttest untuk mengukur hasil akhir siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang diolah melalui SPSS versi 25, nilai terendah dan tertinggi untuk pretest pada kelompok eksperimen yaitu 10 dan 100 lebih kecil dibandingkan nilai terendah dan tertinggi untuk pretest pada kelompok kontrol yaitu 50 dan 100. Nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu 53,92 dan 58,06.

Setelah melakukan proses pembelajaran kelas eksperimen, terdapat hasil dari lembar observasi kegiatan siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu pada tahap pertama ada 6 orang yang mendapatkan 25 poin, tahap kedua ada 20 orang yang mendapatkan 25 poin, tahap ketiga ada 20 orang juga yang mendapatkan 25 poin, dan seluruh siswa ikut serta/

aktif dalam proses pembelajaran yang berarti 28 siswa mendapatkan 25 poin. Jadi hasil dari proses pembelajaran pada kelas eksperimen diperoleh jumlah poin siswa yaitu ada 1 orang yang mendapat jumlah poin 25, ada 10 orang yang mendapat jumlah poin 50, ada 15 orang yang mendapat jumlah poin 75, dan ada 2 orang yang mendapat jumlah poin 100.

Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan proses pembelajaran kelas eksperimen maupun kelas kontrol, terdapat nilai posttest berbeda dengan nilai pretest dengan nilai terendah dan tertinggi untuk posttest pada kelompok eksperimen yaitu 50 dan 100 lebih besar dibandingkan nilai terendah dan tertinggi untuk posttest pada kelompok kontrol yaitu 30 dan 90. Nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu 80 dan 67,42. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.

Selain itu, data pretest yang sering muncul (modus) pada kelompok eksperimen adalah 70 sama dengan kelompok kontrol adalah 70. Hal ini bermakna bahwa banyak peserta didik dari kelas eskperimen maupun kelas kontrol memperoleh nilai 70. Data posttest yang sering muncul (modus) pada kelompok eksperimen adalah 70 sedangkan kelompok kontrol adalah 80. Hal ini bermakna bahwa kebanyakan peserta didik kelas kontrol memperoleh nilai lebih tinggi yaitu 80 dibandingkan kelas eksperimen yaitu 70. Adapun nilai standar deviasi untuk kelompok eksperimen pada saat pretest dan posttest yaitu 22,98 dan 12,17. Nilai standar deviasi untuk kelompok kontrol pada saat pretest dan posttest yaitu 17,96 dan 19,44.

Hasil belajar yang lebih baik tercapai bila digunakan model pembelajaran kooperatif make a match ini. Siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga menunjukkan siswa memiliki peningkatan pengetahuan atau pemahaman yang lebih besar terhadap materi pembelajaran yang disajikan.

Pada analisis statistik inferensial, menunjukkan nilai pretest dari kelompok eksperimen Asymp. Sig 0,014 < probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini memiliki sebaran data tidak normal, adapun nilai posttest dari kelompok eksperimen Asymp. Sig 0,099 > probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini memiliki sebaran data normal, menunjukkan nilai pretest dari kelompok kontrol Asymp. Sig 0,167 >

probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini

memiliki sebaran data normal dan nilai posttest dari kelompok kontrol Asymp. Sig 0,000 < probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini memiliki sebaran data tidak normal. Sedangkan untuk homogenitas dengan nilai Levene Statistic sebesar 4.975 dengan nilai signifikansi 0.003, karena nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05, maka data hasil belajar kooperatif tipe make a match dari kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) adalah tidak homogen atau tidak memiliki kemampuan yang sama.

Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak maka dilakukan uji Mann Whitney, diketahui Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0.020 kerena 0.020 lebih kecil dari < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Inpres Lanraki 2.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa pada kelas eskperimen karena model ini membuat siswa lebih bersemangat karena siswa dapat belajar sambil bermain karena didalamnya terdapat aspek permainan.

Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model ini siswa akan berantusias dalam mengikuti pembelajaran, sehingga siswa yang belum memiliki kepercayaan diri dalam mengikuti pembelajaran akan muncul percaya dirinya karena pembelajaran ini dilakukan dengan teman sejawat. Berbeda dengan kelas kontrol yaitu kelas yang tidak diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe make

a match, siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang monoton tanpa adanya model pembelajaran yang menarik yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.

Kendala yang dialami peneliti ketika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu pembelajaran ini memakan lumayan banyak waktu dan sulitnya mengontrol kelas dimana peserta didik sangat antusias menggunakan model pembelajaran yang masih terbilang baru untuk mereka gunakan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga diperlukan keterampilan mengelola waktu dengan sebaik-baiknya agar pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dirancang sebelumnya.

58 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Inpres Lanraki Makassar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Hal ini ditunjukkan dengan diketahui Asymp. Sig.

(2-tailed) bernilai 0.020, karena 0.020 lebih kecil dari < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima artinya terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Inpres Lanraki 2.

B. Saran

Guru diharapkan dapat mengatur waktu dan mengelola kelas dengan baik, serta menganalisis dengan baik alokasi waktu dan karakteristik peserta didik sehingga hasil penelitian lebih optimal.

59

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Refika Aditama.

Aripah, dkk. 2016. Penerapan Model Make and Match Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. EDUCARE, 14(2), 30–36.

Asdar. 2018. Metode Penelitian Pendidikan. Bogor: Azkiya Publishing Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Djumiati. 2010. Model Pembelajaran Make a Match. Jurnal Kependidikan Dasar.

Vol.1 No.2

Febriana, A. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ips Siswa Kelas V SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Jurnal Volume 1, Nomor 2.

Huda, M. 2011. Cooperatif Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Krisdayanti, P. S. 2020. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Minat Baca Siswa Kelas III di SD Gugus V Kecamatan Banjar Tahun Pelajaran 2019/2020. MIMBAR PGSD Undiksha.

(https://repo.undiksha.ac.id/2207/12/1611031174-ABSTRAK.pdf) Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.

Murda, dkk. 2017. Pengaruh Model Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SD. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD, 5(2). (https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/jjpgsd.v5i2.10896) Nurhadi. (1995). Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Nurhaidah, dkk. 2015. Pelayanan Pendidikan Yang Berkualitas di Era Global Dalam Mengembangkan Potensi Peserta Didik Secara Maksimal. Jurnal Pesona Dasar, 1(4), 52–65.

Nurkholis. 2013. Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal Kependidikan, 1(1), 24-44.

Pertiwi, I. N, dkk. 2019. Pengaruh Model Make A Match Berbantu Media Kartu Bergambar terhadap Kemampuan Membaca dan Menulis pada Peserta Didik Kelas 1 SD Se Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. MIMBAR PGSD Undiksha. Vol.7 No.3. (https://ejournal.undiksha.ac.id)

Rachmawati, F. 2008. Dunia di Balik Kata (Pintar Membaca). Yogyakarta: Grtra Aji Parama.

Rahim, F. 2008. Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahmawati, F. P., dkk. 2014. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berkarakter, Aktif, dan Menyenangkan di SD Muhammadiyah 10 Surakarta. Jurnal Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 1, No. 1, 71-77.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Saefuddin, A. & Berdiati, I. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Shoimin, A. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. AR- RUZZ MEDIA.

Somadayo, S. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sugiyanto, dkk. 2015. Pengembangan Model Evaluasi Proses Pembelajaran Matematika di SMP Berdasarkan Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Volume 19, Nomor 1.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta, CV.

Sukmadinata, N.S. & Syaodih, E. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama.

Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, H.G. 1990. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Zaini, H, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madan

62

LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN

Satuan Pendidikan : SD Inpres Lanraki 2 Makassar Kelas / Semester : IV / II

Tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku

Subtema 3 : Bangga Terhadap Daerah Tempat Tinggalku Pembelajaran : 3

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit A. Kompetensi Inti

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang

terdapat pada teks fiksi

3.9.1 Menganalisis tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi

4.9 Menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulisan dan visual

4.9.1 Mengidentifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulisan dan visual

C. Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan membuat pasangan (make a match), siswa dapat memiliki pemahaman yang mendalam mengenai cerita yang dibacanya (cerita fiksi).

Melalui kegiatan membuat pasangan (make a match), siswa dapat mencermati tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dan mengidentifikasi peran tokoh dan hikmah dari cerita tersebut.

Melalui kegiatan membuat pasangan (make a match), siswa dapat mengidentifikasi tokoh utama, tokoh pembantu/tambahan, tokoh protagonis, dan tokoh antagonis dari cerita fiksi.

D. Materi Pokok

Pembelajaran dalam sebuah teks fiksi

E. Model Pembelajaran

Model : Make a match (membuat pasangan)

Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi, presentasi, permainan F. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi

waktu Kegiatan

Awal

 Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran.

 Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing.

 Guru melakukan presensi dengan menanyakan siapa siswa yang tidak hadir pada hari tersebut.

 Guru memotivasi siswa agar semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

 Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilakukan hari ini dan tujuan yang akan dicapai dari kegiatan tersebut dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

 Guru membacakan narasi pada buku siswa.

Narasi tersebut digunakan untuk menjembatani dengan materi selanjutnya. Guru dapat mengajukan pertanyaan terkait dengan cerita mengenai “Nelayan dan Ikan Emas”:

1. Apa kalian pernah mendengar cerita tentang

“Nelayan dan Ikan Emas”?

15 menit

2. Apa saja yang kalian ketahui tentang cerita tersebut?

Kemudian guru menceritakan satu diantara tokoh dalam cerita tersebut, misalnya tentang sifatnya. Setelah itu, guru menirukan peran tokoh tersebut dalam cerita. Guru berdialog seperti tokoh dalam cerita. Anak diminta memperhatikan ketika guru menirukan peran tokoh dalam cerita.

Kegiatan Inti

 Guru memberikan penjelasan mengenai materi cerita fiksi.

 Siswa membaca cerita yang berjudul “Nelayan dan Ikan Emas” pada buku siswa. (Guru memberikan waktu selama 10 menit dan siswa diminta membaca dalam hati)

 Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi tentang pengertian tokoh, tokoh utama, tokoh pembantu/tambahan, tokoh protagonis, dan tokoh antagonis. Guru mengaitkan materi tersebut dengan cerita berjudul “Nelayan dan Ikan Mas” pada buku siswa.

 Setelah siswa membaca dan memahami cerita fiksi berjudul “Nelayan dan Ikan Emas”.

Selanjutnya, siswa diajak untuk menjawab pertanyaan/soal berdasarkan cerita fiksi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

Penerapan model make a match

 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi topik mengenai cerita fiksi berjudul “Nelayan dan Ikan Emas”. Sebagian kartu berisi soal dan sebagian lainnya berisi kartu jawaban.

 Guru menyampaikan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh siswa dengan kartu yang dibawa oleh guru.

 Guru mengkocok kartu yang dibawanya dan membagikan kesetiap siswa satu persatu.

 Siswa membuat baris sesuai dengan kelompok soal/jawaban yang dipegangnya, kelompok soal saling berhadapan dengan kelompok jawaban.

 Guru memberikan rentangan waktu ± 5 menit kepada setiap siswa untuk memikirkan baik itu jawaban/soal dari kartu yang dipegangnya

 Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu

45 Menit

soal/jawaban)

 Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberikan oleh guru mendapatkan poin

 Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) tidak akan mendapatkan nilai/poin, seperti yang telah disepakati bersama

 Setelah siswa mendapat kartu pasangannya, masing-masing pasangan mempresentasikan kartunya. Guru bersama siswa mengkonfirmasi pasangan kartu tersebut.

 Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya selama 3 babak seperti dengan ketentuan sebelumnya

Kegiatan Penutup

 Guru memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa

 Siswa bersama guru menyimpulkan apa yang sudah dipelajari.

 Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru.

 Pembelajaran ditutup dengan doa bersama

10 Menit

Makassar, 2022 Guru

Annisa Maulida

Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL

Satuan Pendidikan : SD Inpres Lanraki 2 Makassar Kelas / Semester : IV / II

Tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku

Subtema 3 : Bangga Terhadap Daerah Tempat Tinggalku Pembelajaran : 3

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang

terdapat pada teks fiksi

3.9.1 Menganalisis tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi

4.9 Menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulisan dan visual

4.9.1 Mengidentifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulisan dan visual

C. Tujuan Pembelajaran

 Melalui kegiatan membaca cerita fiksi , siswa dapat memiliki pemahaman yang mendalam mengenai cerita yang dibacanya.

 Melalui kegiatan membaca cerita fiksi, siswa dapat mencermati tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dan mengidentifikasi peran tokoh dan hikmah dari cerita tersebut.

 Melalui kegiatan membaca cerita fiksi, siswa dapat mengidentifikasi tokoh utama, tokoh pembantu/tambahan, tokoh protagonis, dan tokoh antagonis dari cerita fiksi.

D. Materi Pokok

 Pembelajaran dalam sebuah teks fiksi E. Model Pembelajaran

Model : Saintifik

Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan F. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi

waktu Kegiatan

Awal

 Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran.

 Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing.

 Guru melakukan presensi dengan menanyakan siapa siswa yang tidak hadir pada hari tersebut.

 Guru memotivasi siswa agar semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

 Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilakukan hari ini dan tujuan yang akan dicapai dari kegiatan tersebut dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

 Guru membacakan narasi pada buku siswa.

Narasi tersebut digunakan untuk menjembatani dengan materi selanjutnya. Guru dapat mengajukan pertanyaan terkait dengan cerita mengenai “Nelayan dan Ikan Emas”:

1. Apa kalian pernah mendengar cerita tentang

“Nelayan dan Ikan Emas”?

2. Apa saja yang kalian ketahui tentang cerita tersebut?

15 menit

Kemudian guru menceritakan satu diantara tokoh dalam cerita tersebut, misalnya tentang sifatnya. Setelah itu, guru menirukan peran tokoh tersebut dalam cerita. Guru berdialog seperti tokoh dalam cerita. Anak diminta memperhatikan ketika guru menirukan peran tokoh dalam cerita.

Kegiatan Inti

 Guru memberikan penjelasan mengenai cerita fiksi.

 Siswa membaca cerita yang berjudul “Nelayan dan Ikan Emas” pada buku siswa. (Guru memberikan waktu selama 10 menit dan siswa diminta membaca dalam hati)

 Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi tentang pengertian tokoh, tokoh utama, tokoh pembantu/tambahan, tokoh protagonis, dan tokoh antagonis. Guru mengaitkan materi tersebut dengan cerita berjudul “Nelayan dan Ikan Mas” pada buku siswa

 Setelah siswa membaca dan memahami cerita fiksi berjudul “Nelayan dan Ikan Emas”.

Selanjutnya, siswa diajak untuk menjawab pertanyaan/soal berdasarkan cerita fiksi tersebut

 Siswa diminta berdiskusi berdasarkan pertanyaan-pertanyaan pada buku siswa (siswa membentuk kelompok)

 Siswa menuliskan hasil diskusinya pada kolom tersedia dan perwakilan kelompok membacakan hasil diskusinya.

45 Menit

Kegiatan Penutup

 Guru memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa

 Siswa bersama guru menyimpulkan apa yang sudah dipelajari.

 Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru.

 Pembelajaran ditutup dengan doa bersama

10 Menit

Makassar, 2022 Guru

Annisa Maulida

Lampiran 3. Perlengkapan Penunjang Kegiatan Pembelajaran Model Make A Match

KARTU MAKE A MATCH

Kartu Soal Kartu Jawaban

Mengapa cerita “Nelayan dan Ikan Emas” disebut sebagai

cerita fiksi?

Cerita berjudul “Nelayan dan Ikan Emas” merupakan cerita

fiksi jenis cerita rakyat.

Alasannya karena merupakan cerita rekaan yang dibuat oleh

pengarang berdasarkan imajinasinya.

Siapa sajakah tokoh-tokoh yang ada dalam cerita

“Nelayan dan Ikan Emas”?

Kakek (nelayan), nenek, dan ikan emas

Bagaimanakah sifat yang dimiliki kakek (nelayan)?

Memiliki sifat penurut

Bagaimanakah sifat yang

dimiliki nenek? Memiliki sifat serakah

Hikmah apa yang bisa kamu petik dari cerita “Nelayan dan

Ikan Emas”?

Kita tidak boleh serakah, kita harus bersyukur terhadap

semua rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan

Sikap apakah yang harus kita hindari agar kita bisa bersyukur atas nikmat Tuhan

Yang Maha Esa?

Serakah. Saat seseorang memiliki sifat serakah, mereka akan selalu merasa kekurangan

dengan segala sesuatu yang telah ia miliki . Ia tidak mau bersykur atas nikmat yang telah

diberikan oleh Tuhan.

Siapa tokoh utama dalam cerita tersebut?

Kakek dan ikan emas

Siapakah tokoh pembantu/tambahan dalam

cerita tersebut?

Nenek

Siapakah tokoh protagonis dalam cerita tersebut?

alasannya?

Kakek dan ikan emas.

Alasannya, kedua tokoh ini bersifat baik. Kakek selalu menuruti keinginan nenek, sedangkan ikan emas juga mengabulkan keinginan nenek

Siapakah tokoh antagonis dalam cerita tersebut?

alasannya?

Nenek. Alasannya, tokoh nenek bersifat serakah. Ia tidak

pernah puas dengan keinginannya dan selalu

meminta lebih

Bagaimana nasib kakek dan nenek diakhir cerita?

Ketika kakek pulang ke rumahnya, ia tidak melihat lagi

istana dan pelayan-pelayan istrinya. Kakek hanya melihat

gubuk reot dengan beberapa kayu lapuknya. Sementara nenek tampak duduk melamun

memandangi bak cucian yang lapuk seperti sedia kala.

Penyesalan atas keserakahan nenek pun tiada guna Dimanakah latar tempat

tinggal kakek dan nenek? Di gubuk reot di tepi pantai

Apa imbalan ikan emas kepada kakek saat ikan emas meminta tolong untuk dilepas

kembali ke laut?

Ikan mas akan memenuhi segala permintaan kakek

Apakah inti dari teks cerita tersebut?

Tentang seorang kakek nelayan yang terlalu sabar dan penurut kepada istrinya (si nenek). Si nenek memiliki sifat serakah serta tidak mensyukuri rezeki yang mereka peroleh. Karena keserakahan si nenek tersebut,

mereka menjadi miskin lagi setelah sebelumnya hidup bahagia dan bergelimang harta

berkat pertolongan sang ikan emas

Lampiran 4. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Make A Match

No. Nama Siswa

Kegiatan Setiap

Tahap Aktif/

Tidak

Jumlah Poin

1 2 3

1. AMF 0 25 0 25 50

2. ACN 0 25 25 25 75

3. AIB 0 25 25 25 75

4. AJK 0 25 0 25 50

5. ARM 0 25 25 25 75

6. ASNF 0 25 0 25 50

7. AD 0 0 25 25 50

8. FGK 0 0 0 25 25

9. FK 0 0 25 25 50

10. GAM 0 25 0 25 50

11. HKN 0 25 25 25 75

12. HT 0 25 25 25 75

13. IKI 25 25 25 25 100

14. MPA 25 0 25 25 75

15. MWAM 0 25 25 25 75

16. MHR 0 0 25 25 50

17. MI 25 25 25 25 100

18. MSR 0 25 25 25 75

19. MAZ 25 0 25 25 75

20. MNR 0 25 0 25 50

21. NMJ 25 0 25 25 75

22. NATI 0 25 25 25 75

23. OAN 0 25 0 25 50

24. P 0 25 25 25 75

25. RJP 0 25 25 25 75

26. SR 0 25 25 25 75

27. SA 25 0 0 25 50

28. TAM 0 25 25 25 75

Keterangan:

Kriteria penilaian dalam kegiatan:

1. Keikutsertaan aktif (25 poin)

2. Mampu mencari pasangan tahap I dengan benar (25 poin) 3. Mampu mencari pasangan tahap II dengan benar (25 poin) 4. Mampu mencari pasangan tahap III dengan benar (25 poin)

Jumlah Total: (keikutsertaan + nilai tahap I + nilai tahap II + nilai tahap III) Poin maksimal:100

Dokumen terkait