• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul apa

adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Berdasarkan hal tersebut, analisis data deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ketika diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas eksperimen dan tanpa adanya perlakuan atau tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas kontrol.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan melalui analisis deskriptif yaitu dengan menghitung mean, median, modus, standar deviasi, varians, nilai minimum, dan nilai maksimum (menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics versi 25). Setelah menentukan frekuensi dan persentase, hasil yang didapatkan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel.

2. Teknik Analisis Inferensial 1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk memastikan bahwa data yang diuji memiliki distribusi normal. Dengan menggunakan SPSS versi 25, uji normalitas sebaran data pada penelitian ini menggunakan One Sample Kolmogorof Sminorv Test dengan batas signifikansi 0,05.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan untuk menghasilkan variasi tersebut homogen atau tidak (tidak berbeda). Hal ini dilakukan karena untuk menggunakan uji beda varians dari kelompok data yang akan diuji harus homogen. Dengan menggunakan Levene

Test dengan batas signifikansi 0,05, analisis homogenitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 25.

3. Uji Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini menggunakan taraf signifikasi atau tingkat kepercayaan 0,05. Pembuktikan hipotesis dalam penelitian ini dilakukan menggunakan SPSS versi 25 Paired Sample T Test yaitu uji parametrik yang dapat digunakan pada dua data berpasangan. Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat apakah ada perbedaan rata-rata antara dua sampel yang saling berpasangan atau berhubungan. Paired Sample T Test merupakan bagian dari analisis parametrik sehingga hal yang harus diperhatikan pertama kali adalah datanya harus berdistribusi normal. Sedangkan untuk membuktikan hipotesis data yang tidak homogen, dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 25 uji Mann- Whitney untuk membandingkan dua sampel untuk memperoleh kemungkinan perbedaan-perbedaan signifikansi. Tes Mann Whitney U tidak terikat dengan keterbatasan-keterbatasan yang sama seperti tes t. Seperti halnya pada tes nonparametrik yang lain, tes ini tidak menuntut data berdistribusi normal atau varian sampel harus sama.

40 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 Mei s/d 04 Juni 2022. Penelitian ini dilakukan terhadap 59 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas IV/A sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang berjumlah 28 siswa dan kelas IV/B sebagai kelas kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran Make A Match yang berjumlah 31 siswa dengan pokok bahasan yang sama yaitu cerita fiksi. Kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama diberi soal pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sedangkan kelas kontrol tanpa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Kemudian kedua kelas tersebut sama-sama diberi soal posttest untuk mengukur hasil akhir siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran.

Tabel 4.1 Profil Sekolah

Profil Sekolah

Nama SD Inpres Lanraki 2

Akreditas A

Alamat Jl Biring Romang Lr 11, Kapasa Kec. Tamalanrea

Kota Makassar

Kurikulum SD 2013

Jumlah Guru 17

Jumlah Siswa Laki-laki 133 Jumlah Siswa Perempuan 140

Luas Tanah 2, 185 M2

Ruang Kelas 11

Perpustakaan 1

Sumber: Tata Usaha SD Inpres Lanraki 2 Makassar

1. Analisis Statistik Deskriptif

a. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen Tabel 4.2 Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

No. Nama Siswa Jenis

Kelamin

Nilai Pretest

Nilai Posttest

1. AMF L 40 90

2. ACN P 70 80

3. AIB L 70 70

4. AJK P 60 70

5. ARM L 70 70

6. ASNF P 70 90

7. AD P 20 80

8. FGK L 50 90

9. FK L 70 100

10. GAM P 60 90

11. HKN L 80 90

12. HT P 20 80

13. IKI L 30 80

14. MPA P 70 90

15. MWAM L 10 70

16. MHR L 40 90

17. MI L 50 70

18. MSR L 70 60

19. MAZ L 50 50

20. MNR L 30 70

21. NMJ P 30 80

22. NATI P 100 100

23. OAN L 50 70

24. P P 30 80

25. RJP L 30 70

26. SR P 80 100

27. SA P 80 80

28. TAM P 80 80

Jumlah 1.510 2.240

Rata-rata 53,92 80

Sumber: Tata Usaha SD Inpres Lanraki 2 Makassar

b. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol Tabel 4.3 Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

No. Nama Siswa Jenis

Kelamin

Nilai Pretest

Nilai Posttest

1. AKP P 50 80

2. AQS L 90 80

3. AK L 50 60

4. AAI P 80 70

5. AK P 40 80

6. CA P 70 70

7. CN P 40 60

8. DK P 100 70

9. FSM P 70 80

10. GAP P 80 90

11. I L 60 80

12. IM P 40 80

13. IYR P 70 70

14. Jo L 30 30

15. Ju L 20 40

16. K L 50 80

17. MHR L 50 30

18. MF L 50 70

19. MI L 50 80

20. MR L 40 80

21. MSS L 70 80

22. MA L 70 80

23. ND L 70 80

24. NAFS P 60 30

25. NSM L 50 30

26. PS P 30 40

27. RM P 70 80

28 RH L 70 80

29. RJP L 60 80

30. S P 60 90

31. TA P 60 40

Jumlah 1.800 2.090

Rata-rata 58,06 67,42

Sumber: Tata Usaha SD Inpres Lanraki 2 Makassar

c. Data Hasil Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pada Kelas Eksperimen Tabel 4.4 Data Hasil Kegiatan Siswa Pada Kelas Eksperimen

No. Nama Siswa

Kegiatan Setiap

Tahap Aktif/

Tidak

Jumlah Poin

1 2 3

1. AMF 0 25 0 25 50

2. ACN 0 25 25 25 75

3. AIB 0 25 25 25 75

4. AJK 0 25 0 25 50

5. ARM 0 25 25 25 75

6. ASNF 0 25 0 25 50

7. AD 0 0 25 25 50

8. FGK 0 0 0 25 25

9. FK 0 0 25 25 50

10. GAM 0 25 0 25 50

11. HKN 0 25 25 25 75

12. HT 0 25 25 25 75

13. IKI 25 25 25 25 100

14. MPA 25 0 25 25 75

15. MWAM 0 25 25 25 75

16. MHR 0 0 25 25 50

17. MI 25 25 25 25 100

18. MSR 0 25 25 25 75

19. MAZ 25 0 25 25 75

20. MNR 0 25 0 25 50

21. NMJ 25 0 25 25 75

22. NATI 0 25 25 25 75

23. OAN 0 25 0 25 50

24. P 0 25 25 25 75

25. RJP 0 25 25 25 75

26. SR 0 25 25 25 75

27. SA 25 0 0 25 50

28. TAM 0 25 25 25 75

Sumber: Tata Usaha SD Inpres Lanraki 2 Makassar

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah nilai pretest dan posttest untuk kelas eksperimen yaitu 1.510 dan 2.240, dengan rata-rata nilai pretest sebesar 53,92 dan postest sebesar 80. Berdasarakan tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah nilai pretest dan posttest untuk kelas kontrol yaitu 1.800 dan 2.090, dengan nilai rata-rata pretest sebesar 58,06 dan posttest sebesar 67,42

Berdasarkan tabel 4.4, terdapat hasil dari lembar observasi kegiatan siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu pada tahap pertama ada 6 orang yang mendapatkan 25 poin, tahap kedua ada 20 orang yang mendapatkan 25 poin, tahap ketiga ada 20 orang juga yang mendapatkan 25 poin, dan seluruh siswa ikut serta/ aktif dalam proses pembelajaran yang berarti 28 siswa mendapatkan 25 poin. Jadi, hasil dari proses pembelajaran pada kelas eksperimen diperoleh jumlah poin siswa yaitu ada 1 orang yang mendapat jumlah poin 25, ada 10 orang yang mendapat jumlah poin 50, ada 15 orang yang mendapat jumlah poin 75, dan ada 2 orang yang mendapat jumlah poin 100.

d. Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 1) Data Pretest Kelas Eksperimen

Pemberian pretest dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan atau treatment yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Hasil perhitungan pretest dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Deskripsi Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai Frekuensi Persen

0 0 0

10 1 3,57

20 2 7,14

30 5 17,86

40 2 7,14

50 4 14,29

60 2 7,14

70 7 25

80 4 14,29

90 0 0

100 1 3,57

Total 28 100

Berdasarkan tabel 4.5, terdapat 1 siswa yang mendapat nilai 10, 2 siswa mendapat nilai 20, 5 siswa mendapat nilai 30, 2 siswa mendapat nilai 40, 4 siswa

mendapat nilai 50, 2 siswa yang mendapat nilai 60, 7 siswa yang mendapat nilai 70, 4 siswa yang mendapat nilai 80, dan 1 orang siswa yang mendapat nilai 100 pada hasil nilai pretest kelas eksperimen.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen

Statistik Deskriptif Nilai

Banyak data 28

Nilai rata-rata (mean) 53,92

Nilai tengah (median) 55

Nilai yang sering muncul (modus) Standar deviasi

Varians

70 22,98 528,43

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 100

Jumlah keseluruhan nilai siswa 1.510

Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh data sebanyak 28 dengan jumlah nilai pretest yaitu 1.510. Jumlah nilai rata-rata sebesar 53,92 dengan nilai tengah yaitu 55, nilai yang sering muncul yaitu 70, standar deviasi yaitu 22,98, adapun variansnya sebesar 528,43 sedangkan nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 100 pada hasil pretest kelas eksperimen.

2) Data Posttest Kelas Eksperimen

Pemberian posttest dilakukan setelah siswa diberikan perlakuan atau treatment yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Hasil perhitungan posttest dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen

Nilai Frekuensi Persen

0 0 0

10 0 0

20 0 0

30 0 0

40 0 0

50 1 3,57

60 1 3,57

70 8 28,57

Nilai Frekuensi Persen

80 8 28,57

90 7 25

100 3 10,72

Total 28 100

Berdasarkan tabel 4.7, terdapat 1 siswa yang mendapat nilai 50, 1 siswa mendapat nilai 60, 8 siswa mendapat nilai 70, 8 siswa mendapat nilai 80, 7 siswa mendapat nilai 90, san 3 siswa yang mendapat nilai 100 pada hasil nilai posttest kelas eksperimen.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen

Statistik Deskriptif Nilai

Banyak data 28

Nilai rata-rata (mean) 80

Nilai tengah (median) 80

Nilai yang sering muncul (modus) Standar deviasi

Varians

70 12,17 148,14

Nilai terendah 50

Nilai tertinggi 100

Jumlah keseluruhan nilai siswa 2.240

Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh data sebanyak 28 dengan jumlah nilai posttest yaitu 2.240. Jumlah nilai rata-rata sebesar 80 dengan nilai tengah yaitu 80, nilai yang sering muncul yaitu 70, standar deviasi yaitu 12,17, adapun variansnya sebesar 148,14 sedangkan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100 pada hasil posttest kelas eksperimen.

e. Data Pretest dan Posttest Kelas Kontrol 1) Data Pretest Kelas Kontrol

Pemberian pretest dilakukan sebelum siswa diberikan pembelajaran tanpa adanya perlakuan atau treatment yaitu tanpa model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Hasil perhitungan pretest dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9 Deskripsi Data Pretest Kelas Kontrol

Nilai Frekuensi Persen

0 0 0

10 0 0

20 1 3,23

30 2 6,45

40 4 12,90

50 7 22,58

60 5 16,13

70 8 25,80

80 2 6,45

90 1 3,23

100 1 3,23

Total 31 100

Berdasarkan tabel 4.9, terdapat 1 siswa yang mendapat nilai 20, 2 siswa mendapat nilai 30, 4 siswa mendapat nilai 40, 7 siswa mendapat nilai 50, 5 siswa mendapat nilai 60, 8 siswa yang mendapat nilai 70, 2 siswa yang mendapat nilai 80, 1 siswa yang mendapat nilai 90, dan 1 siswa yang mendapat nilai 100 pada hasil nilai pretest kelas kontrol.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol

Statistik Deskriptif Nilai

Banyak data 31

Nilai rata-rata (mean) 58,06

Nilai tengah (median) 60

Nilai yang sering muncul (modus) Standar deviasi

Varians

70 17,96 322,79

Nilai terendah 20

Nilai tertinggi 100

Jumlah keseluruhan nilai siswa 1.800

Berdasarkan tabel 4.10, diperoleh data sebanyak 31 dengan jumlah nilai pretest yaitu 1.800. Jumlah nilai rata-rata sebesar 58,06 dengan nilai tengah yaitu 60, nilai yang sering muncul yaitu 70, standar deviasi yaitu 17,96, adapun variasnsnya sebesar 322,79 sedangkan nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 100 pada hasil pretest kelas kontrol.

2) Data Posttest Kelas Kontrol

Pemberian posttest dilakukan setelah siswa diberikan pembelajaran tanpa adanya perlakuan atau treatment yaitu tanpa model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Hasil perhitungan posttest dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Deskripsi Data Posttest Kelas Kontrol

Nilai Frekuensi Persen

0 0 0

10 0 0

20 0 0

30 4 12,90

40 3 9,68

50 0 0

60 2 6,45

70 5 16,13

80 15 48,39

90 2 6,45

100 0 0

Total 31 100

Berdasarkan tabel 4.11, terdapat 4 siswa yang mendapat nilai 30, 3 siswa mendapat nilai 40, 2 siswa mendapat nilai 60, 5 siswa mendapat nilai 70, 15 siswa mendapat nilai 80, dan 2 siswa yang mendapat nilai 90 pada hasil nilai posttest kelas kontrol.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol

Statistik Deskriptif Nilai

Banyak data 31

Nilai rata-rata (mean) 67,42

Nilai tengah (median) 80

Nilai yang sering muncul (modus) Standar deviasi

Varians

80 19,44 379,78

Nilai terendah 30

Nilai tertinggi 90

Jumlah keseluruhan nilai siswa 2.090

Berdasarkan tabel 4.12, diperoleh data sebanyak 31 dengan jumlah nilai posttest yaitu 2.090. Jumlah nilai rata-rata sebesar 67,41 dengan nilai tengah yaitu

80, nilai yang sering muncul yaitu 80, standar deviasi yaitu 19,44, adapun variansnya sebesar 379,78 sedangkan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 90 pada hasil posttest kelas kontrol.

f. Rekapitulasi Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan analisis data pretest dan posttest kelas eksperimen yang terdiri dari 28 siswa dan kelas kontrol yang terdiri dari 31 siswa, diperoleh rekapitulasi data sebagai berikut:

Tabel 4.13 Rekapitulasi Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik Deskriptif

Nilai Statistik Kelompok

Eksperimen

Kelompok Kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest

Banyak data 28 28 31 31

Nilai rata-rata (mean) 53,92 80 58,06 67,42

Nilai median 55 80 60 80

Nilai modus 70 70 70 80

Standar deviasi 22,98 12,17 17,96 19,44

Varians 528,43 148,14 322,79 379,78

Nilai terendah 10 50 20 30

Nilai tertinggi 100 100 100 90

Jumlah keseluruhan 1.510 2.240 1.800 2.090

Sumber: tabel 4.2 s/d tabel 4.12 pada halaman 41 s/d halaman 49

Berdasarkan tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik pada kelompok eksperimen maupun kelas kontrol. Dimana, pada kelompok eksperimen nilai terendah pretest adalah 10 meningkat menjadi 50 pada posttest, sedangkan nilai tertinggi pretest dan posttest kelas eksperimen adalah 100. Begitupun dengan jumlah keseluruhan nilai kelas eskperimen pada pretest yaitu 1.510 meningkat menjadi 2.240 pada posttest. Pada kelompok kontrol, nilai terendah pretest adalah 20 meningkat menjadi 30 pada posttest, sedangkan nilai tertinggi pretest adalah 100 menurun menjadi 90 pada posttest.

Nilai pada kelompok kontrol juga meningkat dilihat dari jumlah keseluruhan nilai kelas kontrol pada pretest yaitu 1.800 meningkat menjadi 2.090 pada posttest.

Tabel 4.13 menginformasikan bahwa banyak data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda yaitu 28 dan 31.`Nilai rata-rata tertinggi pretest berada pada kelompok kontrol sebesar 58,06 dibanding kelas eksperimen sebesar 53,92.`Nilai rata-rata tertinggi posttest berada pada kelompok eksperimen sebesar 80 dibanding kelas kontrol sebesar 67,42. Nilai median kelas eksperimen pada pretest sebesar 55 dan posttest sebesar 80, adapun nilai median kelas kontrol pada pretest sebesar 60 dan posttest sebesar 80. Nilai modus kelas eksperimen pada pretest sebesar 70 dan posttest sebesar 70, adapun nilai modus kelas kontrol sebesar 70 dan posttest sebesar 80. Standar deviasi pada pretest kelas eksperimen yaitu sebesar 22,98 dan posttest sebesar 12,17. Sedangkan standar deviasi pada pretest kelas kontrol yaitu sebesar 17,96 dan posttest sebesar 19,44. Adapun varians pretest pada kelas eksperimen yaitu sebesar 528,43 dan posttest sebesar 148,14. Sedangkan varians pada pretest kelas kontrol yaitu sebesar 322,79 dan posttest sebesar 379,78. Sesudah melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, didapatkan data yang memberikan gambaran bahwa terjadi perubahan nilai yang lebih besar pada nilai posttest kelas eksperimen dibanding kelas kontrol pada hasil belajar membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Inpres Lanraki 2 Makassar.

2. Analisis Statistik Inferensial a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk melihat apakah ada data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa memiliki distribusi yang normal. Untuk mengetahui apakah penelitian berdistribusi normal atau tidak digunakan uji normalitas ini, dengan menggunakan program SPSS versi 25, uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Jika p>0,05 maka data dianggap normal pada taraf signifikansi 5%, dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14 Uji Normalitas

N Sig Keterangan

Pretest Eksperimen 28 .014 Tidak Normal

Posttest Eksperimen 28 .099 Normal

Pretest Kontrol 31 .167 Normal

Posttest Kontrol 31 .000 Tidak Normal

Syarat pengambilan keputusan uji normalitas:

1. Jika nilai Asymp.Sig. < 0.05, maka nilai residual tidak berdistribusi normal 2. Jika nilai Asymp.Sig. > 0.05, maka nilai residual berdistribusi normal

Hasil uji normalitas pada tabel 4.14, menunjukkan nilai pretest dari kelompok eksperimen Asymp. Sig 0,014 < probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini memiliki sebaran data tidak normal, nilai posttest dari kelompok eksperimen Asymp. Sig 0,099 > probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini memiliki sebaran data normal, menunjukkan nilai pretest dari kelompok kontrol Asymp. Sig 0,167 >

probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini memiliki sebaran data normal dan nilai posttest dari kelompok kontrol Asymp. Sig 0,000 < probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian ini memiliki sebaran data tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Dari hasil pengujian homogenitas sampel diperoleh hasil sebagaimana yang terlampir. Untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada rangkuman tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.15 Uji Homogenitas

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Based on Mean 4.975 3 114 .003

Hasil Belajar Based on Median 3.022 3 114 .033 Based on Median and with

adjusted df

3.022 3 79.497 .034 Based on trimmed mean 4.683 3 114 .004

Berdasarkan tabel 4.15, hasil uji homogenitas data hasil belajar kooperatif tipe make a match dengan nilai Levene Statistic sebesar 4.975 dengan nilai signifikansi 0.003. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05, maka data hasil belajar kooperatif tipe make a match dari kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) adalah tidak homogen atau tidak memiliki kemampuan yang sama.

c. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Inpres Lanraki 2. Selanjutnya dilakukan pengujian uji hipotesis dengan metode uji Mann Whitney.

Tabel 4.16 Uji Hipotesis Mann Whitney

N Sig Keterangan

Mann Whitney 0.020 Diterima

Dasar Pengambilan Keputusan Uji Mann Whitney:

1. Jika Nilai Asymp. Sig < 0.05, maka Hipotesis diterima 2. Jika Nilai Asymp. Sig > 0.05, maka Hipotesis ditolak

Berdasarkan tabel 4.16, diketahui Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0.020, karena 0.020 lebih kecil dari < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima artinya terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Inpres Lanraki 2.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Inpres Lanraki 2. Kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda yang dimana kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sedangkan kelompok kontrol tanpa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman siswa terhadap materi teks cerita fiksi.

Untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum terlibat dalam kegiatan pembelajaran, soal pretest diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini. Selain itu, kelas eksperimen mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, sedangkan kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan atau tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Kemudian kedua kelas tersebut sama-

sama diberi soal posttest untuk mengukur hasil akhir siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang diolah melalui SPSS versi 25, nilai terendah dan tertinggi untuk pretest pada kelompok eksperimen yaitu 10 dan 100 lebih kecil dibandingkan nilai terendah dan tertinggi untuk pretest pada kelompok kontrol yaitu 50 dan 100. Nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu 53,92 dan 58,06.

Setelah melakukan proses pembelajaran kelas eksperimen, terdapat hasil dari lembar observasi kegiatan siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu pada tahap pertama ada 6 orang yang mendapatkan 25 poin, tahap kedua ada 20 orang yang mendapatkan 25 poin, tahap ketiga ada 20 orang juga yang mendapatkan 25 poin, dan seluruh siswa ikut serta/

aktif dalam proses pembelajaran yang berarti 28 siswa mendapatkan 25 poin. Jadi hasil dari proses pembelajaran pada kelas eksperimen diperoleh jumlah poin siswa yaitu ada 1 orang yang mendapat jumlah poin 25, ada 10 orang yang mendapat jumlah poin 50, ada 15 orang yang mendapat jumlah poin 75, dan ada 2 orang yang mendapat jumlah poin 100.

Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan proses pembelajaran kelas eksperimen maupun kelas kontrol, terdapat nilai posttest berbeda dengan nilai pretest dengan nilai terendah dan tertinggi untuk posttest pada kelompok eksperimen yaitu 50 dan 100 lebih besar dibandingkan nilai terendah dan tertinggi untuk posttest pada kelompok kontrol yaitu 30 dan 90. Nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu 80 dan 67,42. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.

Selain itu, data pretest yang sering muncul (modus) pada kelompok eksperimen adalah 70 sama dengan kelompok kontrol adalah 70. Hal ini bermakna bahwa banyak peserta didik dari kelas eskperimen maupun kelas kontrol memperoleh nilai 70. Data posttest yang sering muncul (modus) pada kelompok eksperimen adalah 70 sedangkan kelompok kontrol adalah 80. Hal ini bermakna bahwa kebanyakan peserta didik kelas kontrol memperoleh nilai lebih tinggi yaitu 80 dibandingkan kelas eksperimen yaitu 70. Adapun nilai standar deviasi untuk kelompok eksperimen pada saat pretest dan posttest yaitu 22,98 dan 12,17. Nilai standar deviasi untuk kelompok kontrol pada saat pretest dan posttest yaitu 17,96 dan 19,44.

Hasil belajar yang lebih baik tercapai bila digunakan model pembelajaran kooperatif make a match ini. Siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga menunjukkan siswa memiliki peningkatan pengetahuan atau pemahaman yang lebih besar terhadap materi pembelajaran yang disajikan.

Pada analisis statistik inferensial, menunjukkan nilai pretest dari kelompok eksperimen Asymp. Sig 0,014 < probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini memiliki sebaran data tidak normal, adapun nilai posttest dari kelompok eksperimen Asymp. Sig 0,099 > probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini memiliki sebaran data normal, menunjukkan nilai pretest dari kelompok kontrol Asymp. Sig 0,167 >

probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini

memiliki sebaran data normal dan nilai posttest dari kelompok kontrol Asymp. Sig 0,000 < probabilitas 0,05 yang berarti data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini memiliki sebaran data tidak normal. Sedangkan untuk homogenitas dengan nilai Levene Statistic sebesar 4.975 dengan nilai signifikansi 0.003, karena nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05, maka data hasil belajar kooperatif tipe make a match dari kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) adalah tidak homogen atau tidak memiliki kemampuan yang sama.

Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak maka dilakukan uji Mann Whitney, diketahui Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0.020 kerena 0.020 lebih kecil dari < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Inpres Lanraki 2.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa pada kelas eskperimen karena model ini membuat siswa lebih bersemangat karena siswa dapat belajar sambil bermain karena didalamnya terdapat aspek permainan.

Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model ini siswa akan berantusias dalam mengikuti pembelajaran, sehingga siswa yang belum memiliki kepercayaan diri dalam mengikuti pembelajaran akan muncul percaya dirinya karena pembelajaran ini dilakukan dengan teman sejawat. Berbeda dengan kelas kontrol yaitu kelas yang tidak diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe make

a match, siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang monoton tanpa adanya model pembelajaran yang menarik yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.

Kendala yang dialami peneliti ketika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu pembelajaran ini memakan lumayan banyak waktu dan sulitnya mengontrol kelas dimana peserta didik sangat antusias menggunakan model pembelajaran yang masih terbilang baru untuk mereka gunakan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga diperlukan keterampilan mengelola waktu dengan sebaik-baiknya agar pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dirancang sebelumnya.

Dokumen terkait