• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Analisa univariat menunjukan bahwa pengetahuan kurang paling dominan sebanyak (56,0%) responden.responden di dominasi pasa usia 31-40 tahun dengan jenis kelamin laki – laki, dan berpendidikan D III keperawatan dengan masa kerja 6-10 tahun responden, berdasarkan

Variabel Koefisien P OR (IK95%)

Model awal Pengetahuan 0,00 0,999 0,00 0 (0,00)

Keterampilan 0,00 0,998

Motivasi 0,00 0,999

Kepuasan 0,00 0,999

Gaya kepemimpinan 0,00 1,000

Constanta -8.561

Langkah 2 Keterampilan 5.226 0,00 186.017 (17.049-20.300)

Kopetensi 1.686 0,202 5.397 (0.404 – 72.096)

Constanta -10.703

Model akhir Keterampilan 4.883 132.000 132.000 (17.103 -10.100)

Constanta -7.281

hasil tersebut maka kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS lebih optimal,

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Danang Rifaudin (2020), pengetahuan perawat triase yang paling banyak adalah tinggi sebanyak (75%). Dari 16 orang

5.2.2 Keterampilan

Hasil data menunjukan bahwa sebagian besar responden dengan keterampilan baiksebanyak (52,0%) responden. di dominasi pasa usia 31-40 tahun dengan jenis kelamin laki – laki responden, dan berpendidikan D III keperawatan dengan masa kerja 6-10 tahun dalam kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS,

Penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnyaoleh Djati Aji Nurbiantoro (2021)berdasarkan keterampilan perawat di RSUD Kota Tangerang yaitu dari 75 orang responden diperoleh hasil (16%) memiliki keterampilan yang cukup terampil dalam pelaksanaan triase, (40%) memiliki keterampilan yang terampil dan (44%) memiliki keterampilan yang sangat terampil dalam pelaksanaan triase.

5.2.3 Kompetensi

Hasil data menunjukan bahwa sebagian besar responden dengan kompetensi kurang sebanyak(74,0%) responden. di dominasi pasa usia 31-40 tahun dengan jenis kelamin laki –dan berpendidikan D III keperawatan dengan masa kerja 6-10 tahun, dalam kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS,

Penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya.oleh Hafna oktarina ( 2021 )berdasarkan pengaruh kompetensi terhadap kinerja perawat yaitu 58%.

5.2.4 Motivasi

Hasil data menunjukan bahwa sebagian besar responden denagn motivasi tinggisebanyak (52,0%) responden, di dominasi pasa usia 31- 40 tahun dengan jenis kelamin laki – laki, dan berpendidikan D III keperawatan dengan masa kerja 6-10 tahun kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS,

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rahayu Ayuningtyas ( 2020 ) hubungan supervisi kepala ruangdengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage

5.2.5 Kepuasan kerja

Hasil data menunjukan bahwa sebagian responden dengan kepuasan kerja untuk melihat kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS, puas sebanyak (54,0%)di dominasi pasa usia 31-40 tahun dengan jenis kelamin laki – laki, dan berpendidikan D III keperawatan dengan masa kerja 6-10 tahun kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS,

Untuk mencapai kepuasan kerja maka rumah sakit harus mempasilitasi semua perawat sehingga mendapatkan kepuasan perawat dalam melakukan triase.

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukrang ( 2023 ) hubungan pengetahuan keluarga pasien tentang triase dengan kepuasan keluarga pasien dalam pelayanan keperawatan diruangan IGD UPT. RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.

5.2.6 Beban kerja

Hasil data menunjukan bahwa sebagian responden dengan beban kerja untuk melihat kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS, tinggi sebanyak (66,0%) responden, di dominasi pasa usia 31-40 tahun dengan jenis kelamin laki – laki, dan berpendidikan D III keperawatan dengan masa kerja 6-10 tahun dalam kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS,

Beban kerja tinggi pada perawat di IGD terjadi karen banyak jenis pekerjaan yang sering dilakukan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan langsung sperti pemenuhan tindakan keperawatan. penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Isma Yuniar (2020), Pengaruh Motivasi Dan Beban Kerja Terhadap Ketepatan Pelaksanaan Triage di IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong

5.2.7 Gaya kepemimpinan

Hasil data menunjukan bahwa sebagian responden dengan gaya kepemimpinan udalam melakukan triase di IGD RS,otoriter sebanyak(52,0%) responden, di dominasi pasa usia 31-40 tahun dengan jenis kelamin laki – laki dan berpendidikan D III keperawatan dengan

masa kerja 6-10 tahun kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS,

Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan dalam kinerja perawat sehingga dapatmenyakinkan orang lain terhadap ide – idenya.

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christina Lombogia ( 2022 ) hubungan antara gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja dengan kinerja perawat IGD di rumah sakit pada masa pandemi Covid-19 tahun 2022.

5.2.8 Kinerja perawat

Hasil data menunjukan bahwa sebagian responden dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS,baik sebanyak (52,0%) responden,di dominasi pasa usia 31-40 tahun dengan jenis kelamin laki – laki dan berpendidikan D III keperawatan dengan masa kerja 6-10 tahun kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS,

Kinerja perawat merupakan produktivutas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang dapat di jalankan sesuai dengan kualitas dan kuantitas penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muh. Devi Yusmahendra , ( 2020 ),Hubungan antara kinerja perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di rsud h abdul manap kota jambi.

5.2.9 Hubungan Pengetahuan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD rumah sakit Kutacane

Dari hasil analisis uji statistik dimana diperoleh nilai p value <α (0,000<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho di tolak atau dapat diartikan ada hubungan positif antara pengetahuan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD Rumah Sakit.

Meskipun pengetahuan kurang tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat.

penelitian yang dilakukan oleh Danang Rifaudin (2020), hubungan pengetahuan perawat tentang triase dengan tingkat ketepatan pemberian label triase di UGD RSUD Kota Surakarta.

Mengetahui datang setelah merasakan sesuatu, dan mengetahui adalah hasil dari merasakan. Hanya panca indera tubuh manusia—penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba—yang digunakan untuk penginderaan (Notoadmojo, dalam Nau, 2018).

Menurut Sulaeman, pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil pemahaman seseorang terhadap benda-benda melalui panca inderanya. Akibatnya, ketika seseorang mendeteksi hal tertentu, pengetahuan mengikuti. Tanpa informasi, seseorang tidak memiliki landasan untuk pengambilan keputusan dan mengambil tindakan untuk mengatasi tantangan (Sulaeman, 2016).

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang dapat memengaruhi kinerja perawat ddalam melakukan triase, apabila

petugas tersebut memiliki pengetahuan yang baik tentang pekerjaannya, maka dia akan dapat melakukan triase dan menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik. Pengetahuan merupakan aspek penting yang harus dimiliki seorang petugas karena dapat mempengaruhi kinerja perawat tertang triase. Pengetahuan yang tinggi seseorang akan mampu melaksanakan semua tugas secara efektif dan efisien, sehingga kinerja perawat semakin membaik dalam melaukan triase. Seseorang dengan tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mematuhi setiap tindakan yang dilakukannya.

Dari teori yang diatas menunjukkan pengetahuan yang baik dapat meningkatkan suatu kinerja perawat yang baik, dapat menghasilkan sebuah pelayanan yang optimal hingga tercapai kepuasan kepada pasien.

5.2.10 Hubungan keterampilan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD rumah sakit Kutacane

Dari hasil analisis bivariatdi peroleh nilai p value > α (0,000< 0,05) sehingga didapat bahwa Ha diterima dan Ho di tolak atau dapat diartikan ada hubungan positif antara keterampilan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD Rumah Sakit.

Dengan keterampilan baik maka menunjukan kan kinerja prawat triase maka lebih baik juga.

Penelitian ini sejalan dengan Ace Sudrajat ( 2014 ) hubungan antara pengalaman perawat melakukan triase dengan keterampilan

triase.Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap, mampu, dan cekatan. Robbins (2010).

Menurut peneliti agar dapat meningkatkan keterampilan untuk guna pola kinerja perawat dalam melakukan trias di IGD RS. keterampilan merupakan aspek penting yang harus dimiliki seorang petugas karena dapat mempengaruhi kinerja perawat tertang triase. Keterampilan yang baik maka seseorang akan mampu melaksanakan tugas secara efektif dan efisien, sehingga kinerja perawat semakin membaik dalam melaukan triase. Seseorang dengan tingkat keterampilan yang tinggi dapat menjalankan setiap tindakan yang akan dilakukannya.

Denganketerampilan yang baik akan meningatkan kinerja prawat dalam melakukan triase di IGD sehingga kepuasan yang dirasakan oleh pasien.

5.2.11 Hubungan Kompetensi dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD rumah sakit Kutacane

Dari hasil analisis diperoleh nilai p value > α (0,256> 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha di tolak maka sudah dapat diartikan tidak ada hubungan positif antara kompetensi dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD Rumah Sakit.

Meski dengan kompetensi yang baik tidak berhubungan dengan kinerja perawat.

Penelitian yang di lakukan oleh Nur Rahmad, Muhamad (2021) Hubungan Kompetensi Triage Terhadap Kinerja

Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam Melakukan Askep Kegawat daruratan di Rumah Sakit Umum Wilayah Sulawesi Tenggara.

Kompetensi berasal dari kata bahasa Inggris competence, yang berarti keterampilan, kapasitas, dan kewenangan, klaim Djaman satori (2007).

Oleh karena itu, kompetensi merupakan kinerja yang memberikan kontribusi penuh terhadap pencapaian tujuan dalam situasi yang dimaksud. Selain itu, disebutkan bahwa kompetensi inti perusahaan atau organisasi merupakan aset terbesarnya dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang tersebar baik secara kualitatif maupun kuantitatif di berbagai lini bisnis atau produksi.

Wibowo (2007) mendefinisikan kompetensi sebagai kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan itu.

Menurut penelitian yang dilakukan agar dapat meningkatkan kompetensi sehingga kualitas kinerja perawat dalam melakukan trias di IGD RS. Menurut penelitian yang dilakukan agar mengetahui kepuasan perawat untuk guna meningkatkan kualitas kinerja perawat dalam melakukan trias di IGD RS.,.menurut peneliti perlu di kembang kan tingkat kompetensi sesuai dengan peminantan dan kemampuaan, perawat di tuntut memiliki kemampuan sehingga diharapkan pengembangan karir di rumah sakit sehingga dapat mempasilitasi

perawat dalam mengembangkan kompetensi dan pad akhirnya kinerja perawat dalam melakukan triase.

5.2.12 Hubungan motivasi dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD rumah sakit Kutacane

Dari hasil analisis uji statistik menggunakan regresilogistik berganda diperoleh nilai p value < α (0,000< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho di tolak atau dapat diartikan tidak ada hubungan positif antara motivasi dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD Rumah Sakit.

Dengan motivasi yang tinggi dapat meningkatkan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD Rumah Sakit.

penelitian yang di lakukan oleh Rahayu Ayuningtyas ( 2020 ) hubungan supervisi kepala ruangdengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage.

Menurut Hafidzi dkk. (2019), motivasi adalah pemberian daya penggerak yang memicu semangat kerja seseorang, memungkinkan mereka berkolaborasi, bekerja secara produktif, dan berintegritas sambil melakukan segala upaya untuk memperoleh kepuasan. Motivasi merupakan faktor utama dalam mendorong seseorang untuk bekerja.

Menurut Sedarmayanti (2017), motivasi adalah kekuatan internal dan eksternal yang mendorong seseorang untuk bertindak atau tidak, dan itu bisa positif atau negatif. Motivasi kerja merupakan faktor yang menumbuhkan dorongan, semangat, dan semangat kerja.

Menurut penelitian yang dilakukan agar meningkatkan motivasi perawat untuk guna meningkatkan kualitas kinerja perawat dalam melakukan trias di IGD RS.Sedarmayanti (2017) menyatakan bahwa motivasi yang dapat bersifat positif maupun negatif merupakan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk bertindak atau tidak. Motivasi tempat kerja adalah komponen yang mempromosikan inspirasi, semangat, dan kegembiraan untuk pekerjaan seseorang.

Dengan menunjukan motivasi yang tinggi dalam melakukan sebuah pekerjaan dapat meningkatkan sebuah pekerjaan di IGD, sehingga pasien.

5.2.13 Hubungan kepuasan kerja dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD rumah sakit Kutacane

Dari hasil analisis uji statistik menggunakan regresi logistic berganda diperoleh nilai p value <α (0,000< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho di tolak atau dapat diartikan tidak ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD Rumah Sakit.

penelitian yang dilakukan oleh Sukrang ( 2023 ) Hubungan antara kepuasan keluarga pasien dengan pelayanan perawat di UPT IGD dan kesadaran keluarga pasien terhadap triase. Rumah Sakit Undata di Provinsi Sulawesi Tengah.

Kepuasan kerja bagi perawat Baik perasaan senang maupun tidak senang dapat berasal dari bagaimana perasaan karyawan tentang pekerjaannya, dan sensasi ini dikenal sebagai kepuasan kerja (Aziri, 2011; Purnomo dan Cholil, 2010).

Kepuasan kerja merupakan tanda bahwa seorang pekerja atau tim merasa puas dan senang dengan pekerjaan yang telah diselesaikan.

Rivai dan Mulyadi (2009) menyatakanMenurut penelitian yang dilakukan agar mengetahui kepuasan perawat untuk guna meningkatkan kualitas kinerja perawat dalam melakukan trias di IGD RS.,.menurut peneliti perlu di kembang kan tingkat pengetahuan dah ketrampilan sesuai dengan peminantan dan kemampuaan perawat, karena di lapangan perawat di tuntut memiliki kemampuan sehingga diharapkan pengembangan karir di rumah sakit sehingga dapat mempasilitasi perawat dalam mengembangkan kompetensi dan pad akhirnya dapat sebuah kepuasan kerja.

5.2.14 Hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD rumah sakit Kutacane

Dari hasil analisis uji statistik menggunakan regresi logistic berganda diperoleh nilai p value > α (0,272> 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha di tolak atau dapat diartikan tidak ada hubungan positif antara beban kerja dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD Rumah Sakit.

Berdasarkan hasil korelasi anti image atau nilai MSA (Medsure of sampling adequacy) sebesar 0,364 (p>0,5) yang artinya korelasi sangat lemah sehingga dikatakan faktor beban kerja tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan pendokumentasian.

Meski beban kerja yang tinggi dapat di artikan tidak ada hubungan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD Rumah Sakit.

penelitian yang di lakukan oleh Nurhanifah (2015), mengenai hubungan antara motivasi dengan beban kerja perawat melakukan Triage.

Konsep beban kerja, menurut Dhania, Menteri PAN dan RB adalah

―kelompok atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu‖.

Gopher & Doncin (2019), salah satu penulis yang mengusulkan pengertian beban kerja, mendefinisikannya sebagai konsep yang dihasilkan dari kurangnya kapasitas pemrosesan informasi.

Orang diharapkan mampu menyelesaikan tugas pada tingkat tertentu ketika berhadapan dengan mereka. tanggal (2018).

Menurut penelitian yang dilakukan agar mengetahui beban kerja perawat agar guna meningkatkan kualitas kinerja perawat dalam melakukan trias di IGD RS.Karena dapat mempengaruhi efektivitas perawat selama triase, pengetahuan merupakan komponen penting yang harus dimiliki setiap petugas. Seseorang dengan keahlian tinggi akan dapat menyelesaikan semua tugas dengan cepat dan sukses,

meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan triase. Seorang individu berpengetahuan dapat menindaklanjuti setiap tindakan yang mereka ambil.

Walaupun beben kerja perawat tinggi tapi tidak mempengaruhi kinerja perawat dalam melaukan triase di IGD Rumsh Saki Kutacane

5.2.15 Hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD rumah sakit Kutacane

Dari hasil analisis uji statistik menggunakan regresi logistik berganda diperoleh nilai p value < α (0,000< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho di tolak atau dapat diartikan tidak ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD Rumah Sakit.

Dengan adanya gaya kepemimpinan yang otorier maka dapat dilihat kinerja perawat akan terlihat lebih baik dalam melakukan triase di IGD Rumah sakit.

penelitian yang dilakukan oleh Christina Lombogia ( 2022 ) pengaruh gaya kepemimpinan rumah sakit dan budaya kerja terhadap kinerja perawat IGD tahun 2022 di masa pandemi Covid-19.

Kepemimpinan menurut House dalam (Yukl, 2009) adalah kapasitas individu untuk membujuk, menginspirasi, dan memungkinkan orang lain untuk berkontribusi pada efektivitas dan keberhasilan organisasi.

Pernyataan yang dibuat oleh Stogdill dalam (Stoner, 2003) bahwa

―mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan

pekerjaan dan anggota kelompok adalah proses kepemimpinan dapat dilihat sebagai upaya untuk mempengaruhi dan mengarahkan suatu kelompok.

Menurut penelitian yang dilakukan agar sejauh mana gaya kepemimpinan perawat untuk guna meningkatkan kualitas kinerja perawat dalam melakukan trias di IGD RS.Aspek gaya kepemimpinan yang mendapat peringkat terbesar adalah yang menanamkan kepercayaan pada semua anggota tim melalui tanggung jawab pekerjaan, memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan organisasi, dan mengutamakan ketekunan dan ketulusan anggota tim dalam pekerjaan mereka.

5.2.2 Multivariat

Faktor dominan yang paling berhubungan keterampilan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS Kutacane Dari hasil uji multivariat Variable yang berpengaruh terhadap kinerja perawat adalah keterampilan (OR 132.000) artinya perawat yang memiliki keterampilan baik berkinerja baik 132 kali di banding perawat yang berketerampilan kurang.

Dari hasil analisis uji statistik menggunakan regresi logistik berganda diperoleh nilai p value<α (0,000< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho di tolak atau dapat diartikan ada pengaruh positif antara keterampilan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase dalam melakukan triase di IGD RS Kutacane. Sehingga dari

keterampilan yang baik akan sangat berhubungan dalam melakukan setiap tindakan di triase IGD RS Kutacane.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Taufani Rizki (2018) pengetahuan dan keterampilan perawat dalam melaksanakan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Djati Aji Nurbiantoro (2021) hubungan pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan triage di RSUD Kota Tangerang.

Nurul Azizatunnisa (2013) Hubungan pengetahuan dan keeterampilan perawat dalam pelayanan keperawatan holistik di indonesia holistic tourist hospital purwakarta jawa barat.

Gerardin Ranind Kirana ( 2023 ) Penilaian Kinerja Perawat Berdasarkan Aspek Sikap Kerja, Tingkat Keterampilan, dan Manajemen Kinerja di Rumah Sakit Wilujeng Kabupaten Kediri.

Isra nanda annisa ( 2023 ) pengetahuan dan keterampilan perawat dalam penilaian triage di instalasi gawat darurat rumah sakit wilayah kota banda aceh.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Menurut pengalaman pribadi peneliti dengan proses penelitian, terdapat beberapa keterbatasan yang dihadapi dan kemungkinan beberapa faktor yang memerlukan perhatian lebih bagi peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan penelitiannya karena penelitian itu sendiri tentunya

memiliki kekurangan yang perlu terus diperbaiki pada penelitian selanjutnya.

1. Peneliti hanya fokus menggunakan kuesioner sebagai alat instrumen penelitian sehingga hal ini mungkin dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pelaksanaan pengisian kuesioner (waktu dari responden). Selain itu juga dipengaruhi oleh kesalah pahaman responden terhadap maksud dari pertanyaan/pernyataan yang ada di kuesioner.,

2. Dalam penelitian ini peneliti masih terbatas hanya meneliti beberapa faktor seperti pengetahuan, keterampilan, kompetensi, motivasi, kepuasan kerja, beban kerja, dan ketersediaan fasilitas format pendokumentasian. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya mengembangkan dengan variabel penelitian tentang pendokumentasian keperawatan yang lain dan alat instrumen yang berbeda.

5.4 Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Implikasiteori

a. Pemberian tugas dan tanggung jawab serta upah yang sesuai dengan berpengaruh terhadap pencapaian, baik pengaruh internal maupun eksternal dapat berdampak pada tingkat kinerja perawat.

b. Komitmen organisasional yang dimiliki karyawan mempunyai hubungan dengan kinerja perawat dalam melakukant riase. Karyawan dengan komitmen organisasional yang tinggi tentunya mempunyai dedikasi dan kinerja yang lebih tinggi daripada karyawan dengan komitmen organisasional rendah.

c. Lingkungan kerja yang kondusif dapat mempengaruhi kiner japerawat dalam melakukan triase, dimana hal tersebut diharapkan organisasi dapat memberikan kenyamanan dan menciptakan lingkungan kerja yang baik.

2 . Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini digunkan sebagai masukan bagi instansi terkait dan karyawan dalam melakukan kinerja perawat dan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif agar menciptakan komitmen diantara karyawan untuk meningkatkan perilaku.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Rekomendasi dan kesimpulan dijelaskan dalam bab ini. Rekomendasi merupakan tindak lanjut dari penelitian ini, sedangkan kesimpulan merupakan rangkuman dari pembahasan temuan penelitian yang telah dikontraskan dengan teori dan penelitian terkait.

6.1. Kesimpulan

Berdasrkan penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan maka dapat di ambil kesimpulan yaitu :

6.1.1 Faktor internal perawat dalam melakukan triase IGD RS Kutacane:

1. Pengetahuan perawat dalam melakukan triase di IGD RS sebagian besar dalam kategori kurang.

2. Keterampilan perawat dalam melakukan triase di IGD RS sebagian besar dalam kategori baik.

3. Kompetensi perawat dalam melakukan triase di IGD RS sebagian besar dalam kategori baik.

4. Motivasi perawat dalam melakukan triase di IGD RS sebagian besar dalam kategori tinggi.

5. Kepuasan kerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS sebagian besar dalam kategori puas.

6.1.2 Faktor eksternal perawat dalam melakukan triase IGD RS Kutacane 1. Beban kerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS sebagian

besar dalam kategori tinggi.

2. Gaya kepemimpinan perawat dalam melakukan triase di IGD RS sebagian besar dalam kategori otoriter

6.1.3 Hubungan faktor internal dengan kinerja perawat :

1. Ada hubungan pengetahuan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS Kutacane.

2. Ada hubungan keterampilan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS Kutacane.

3. Tidak ada hubungan kompetensi dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS Kutacane.

4. Ada hubungan motivasi dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS Kutacane..

5. Ada hubungan kepuasan kerja dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS Kutacane.

6.1.4 Faktor eksternal dengan kinerja perawat :

1. Tidak ada hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS Kutacane

2. Ada hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja perawat dalam melakukan triase di IGD RS Kutacane

6.1.5 Faktor paling dominan yang berhubungan kinerja perawat adalah keterampilan perawat dalam melakukan triase di IGD RS Kutacane dibuktikan dengan Odd Rasio132,0.

Dokumen terkait