• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

C. Pembahasan Temuan

3) Khiyar yang masih diperselisihkan, yaitu dengan mengatakan: “saya meminta kesempatan khiyar selama satu atau dua bulan”. Menurut Abu Hanifah, syarat yang demikian rusak; tetapi Abu Yusuf dan Muhammad berpendapat boleh.

Dari sini peneliti menyimpulkan bahwa praktek pembatalan jual beli durian yang dilakukan oleh masyarakat desa Pakis yaitu termasuk kedalam khiyar, yang disebabkan oleh faktor: mentah, busuk, dan tawar termasuk kedalam khiyar aib, sedangkan penawaran yang lebih tinggi dan pembeli kekurangan modal termasuk kedalam khiyar syarat, berdasarkan kesepakatan ulama Syafi’iyah dan Hanafiyah ditinjau dari segi batas waktu yang diberikan dan disepakati.

dilakukan oleh penjual dan pembeli, jika barang bukti tidak dibawa maka penjual tidak mau mengembalikan uang atau durian karena penjual takut tertipu.

Sedangakn pembatalan yang dilakukan masyarakat desa Pakis yang disebabkan oleh faktor penawaran pembeli lain yang lebih tinggi atau pembeli kekurangan modal untuk melunasi dalam prakteknya pembeli mensyaratkan jika tidak ada pembeli lain yang menawar lebih tinggi maka jual beli ini dilanjutkan tetapi jika sehari atau tiga hari sudah ada pembeli lainnya yang menawar lebih tinggi maka jual beli itu dibatalkan oleh penjual atau pemilik pohon durian begitu juga pembeli yang membayar separuh uang pembelian durian dan penjual mensyaratkan tiga hari harus lunas maka jika pembeli tidak bisa melunasi dalam jangka waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak karena alasan kekurangan modal maka jual beli itu dibatalkan oleh penjual dan disepakati oleh pembeli uang pembayaran diawalpun dikembalikan lagi.

Menurut kacamata fiqih Syafi’iyah dan Hanafiyah praktek pembatalan jual beli durian yang dilakukan oleh masyarakat desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember sesuai dengan pendapatnya yaitu:

Syafi’iyah: mereka berpendapat, jika sebagian barang yang dibelinya rusak tidak bisa dimanfaatkan, sedangkan sebagaian lagi tidak rusak dan bisa dimanfaatkan, maka pembeli boleh mengembalikan dan menuntut uang (harga) kembali utuh tanpa bertanggung jawab atas perubahan apapun yang terjadi, dengan alasan tidak mungkin dapat mengetahui kerusakannya kecuali dengan membongkarnya. Demikian juga bila membeli hewan lalu dipotong, ternyata dagingnya bau, maka ia berhak mengembalikan sekiranya bau daging itu tidak bisa diketahui sebelum dipotong. Bila memungkinkan diketahui (sebelum dipotong), misalnya diketahui bahwa hewan itu

suka makan kotoran yang disebut “jallalah ” maka hak mengembalikan hewan itu gugur. Bila untuk mengetahui bagian dalam dari barang itu tidak harus dibongkar, lalu ia bongkar; atau perlu membongkar sedikit tetapi dibongkar banyak, maka ia tidak berhak lagi mengembalikan, karena telah menyebabkan cacat di mana tanpa demikian pun cacat barang itu dapat diketahui. Bila membeli sesuatu yang bagian dalamnya rusak, namun kulitnya dapat dimanfaatkan, seperti telur burung onta, maka boleh dikembalikan dan ia berhak meminta uang kembali. Lain halnya bila membeli sesuatu yang kulitnya tidak dapat dimanfaatkan, seperti telur ayam atau semangka, maka tidak perlu dikembalikan, karena tidak ada nilai harganya, namun demikian penjual tetap harus mengembalikan harganya secara utuh sebagaimana tadi.

Sedangkan pembatalan yang dilakukan oleh masyarakat desa pakis yang dikarenan penjual mensyaratkan jika tidak ada yang menawar lebih tinggi dari pembeli pertama maka jual beli dilangsungkan jika ada harga yang lebih tinggi maka jual beli dengan pembeli pertama dibatalkan, menurut Syafi’iyah mereka berpendapat bahwa khiyar syarat bisa oleh kedua belah pihak atau oleh salah satunya, atau permintaan khiyat untuk dilakukan oleh orang lain. Pendapat Syafi’iyah adalah sebagai beriku:

1) (Yaitu oleh kedua pihak) adalah bila kedua duanya sama sama menentukan khiyar syarat, misalnya pihak pertama mengatakan: “saya jual kepadamu dengan harga sekian, dengan syarat ada waktu tiga hari untuk saya untuk khiyar”, lalu pihak kedua menjawab saya beli dengan harga tersebut, dengan syarat khiyar yang kamu minta selama tiga hari”, dalam hal ini berarti khiyar syarat oleh kedua belah pihak.

2) (Yaitu oleh salah satu pihak) adalah bila pihak pertama menetukan syarat dengan mengatakan: “saya jual kepadamu ini dengan harga sekian, dengan syarat ada

waktu tiga hari untuk saya untuk khiyar lalu pihak kedua menjawab: “saya beli dengan ketentuan itu” tanpa menyebut syarat khiyar.

Seperti yang terjadi pada masyarkat desa pakis dalam membatalkan jual beli yang dibatalkan oleh penjual yang disebabkan ada pembeli yang menawar durian yang lebih tinggi dan tidak mampu melanjutkan jual beli, menurut Ulama Syafi’iyah boleh karena sesuai dengan pernyataan didalam kitab fiqih empat mazhab yaitu pihak pertama menentukan syarat dengan mengatakan: “saya jual kepadamu ini dengan harga sekian, dengan syarat ada waktu tiga hari untuk saya untuk khiyar lalu pihak kedua menjawab: “saya beli dengan ketentuan itu” penjual disini memberi jangka waktu tiga hari menunggu pembeli lain yang menawar lebih tinggi jika tidak ada yang menawar lebih tinggi selalama tiga hari maka khiyar gugur dan jual beli dilanjtkan tanpa ada yang merasa dirugikan, disini pembeli meminta jangka tiga hari ternyata sudah ada yang menawar lebih tinggi daripada pembeli pertama maka jual beli yang pertama batal dan uang panjarpun dikembalikan lagi. Seperti kejadian kedua pembeli tidak mampu untuk melanjutkan disebabkan hal tertentu selama masa khiyar maka jual beli dibatalkan oleh penjual.

Hanafiyah :mereka berpendapat bahwa barang yang tidak dapat diketahui cacatnya kecuali dengan tindakan tertentu yang menyebabkan terjadinya perubahan, misalnya dipecahkan, dibelah dan lain sebagainya, seperti pada telur, semangka , kenari dan badam. Bila semuanya rusak dan tidak dapat dimanfaatkan sama sekali, seperti ketika membeli telur ternyata busuk, atau membeli mentimun ternyata pahit, atau membeli kenari ternyata kosong, maka jual beli itu batal.

Penjual wajib mengembalikan seluruh harga, dan pembeli tidak dikenakan kewajiban apa-apa. Demikian juga apabila membeli kenari ternyata kosong, maka

jual beli itu batal walaupun kulitnya masih bisa dimanfaatkan, karena kulit bukan yang utama, melainkan isi, berdasarkan pendapat yang rajih. Lain halnya telur burung onta dimana kulitnya mempunyai nilai harga; maka bila ternyata isinya rusak, jual belinya tetap tidak batal, karena kulitnya tetap bermanfaat. Karena itu pembeli tidak boleh mengembalikan; yang boleh adalah minta ganti rugi atas cacatnya. Bila barang tadi dapat dimanfaatkan untuk keperluan tertentu walaupun untuk dijadikan umpan hewan, maka pembeli tidak berhak mengembalikan, namun demikian ia berhak meminta ganti rugi kepada penjual dengan menaksir perbandingan harganya antara kondisinya bagus dan ketika rusak; lalu selisih harga itulah yang diminta sebagaimana telah dijelaskan tadi, dengan syarat ia menerima barang itu bukan setelah diketahui cacat. Bila barang itu dicicipi ternyata diketahui rusak, kemudian dimakan sebagiannya, maka tidak berhak lagi minta ganti rugi.

Demikian juga bila cacatnya diketahui sebelum dipecahkan, lalu dipecahkan, berarti hak dikembalikan dan meminta ganti rugi gugur, karena tindakan memecahkan barang setelah diketahui cacat menunjukkan kerelaan.

Bila membeli sesuatu ternyata sebagiannya bagus dan sebagian lagi rusak, maka ia berhak meminta harga kembali sesuai kadar rusaknya, kecuali bila rusaknya sedikit dan tidak terperhatiakan atau dalam kadar tertentu yang biasanya tidak terhindarkan, seperti buah kenari dan badam maka dimaafkan rusak sampai enam buah untuk setiap seratusnya; demikian juga bila ada tanah sedikit yang biasanya tidak terhindarkan dari gandum, maka dimaafkan.

Praktek pembatalan durian yang disebabkan oleh ada harga penawaran yang lebih tinggi dan pembeli tidak mampu melanjutkan. Menurut Hanafiyah bahwa khiyar syarat sah oleh kedua pihak atau oleh salah satunya atau oleh orang lain.

Bila salah satu dari dua pihak (penjual atau pembeli) meminta orang lain

melakukan khiyar, bukan berarti hak khiyarnya gugur, melainkan ia mempunyai hak yang sama dengan orang itu dalam menentukan khiyar. Bila orang itu mengambil keputusan agar akad itu diteruskan atau dibatalkan dan keputusan ini disetujui oleh peng-akad yang mewakilkan, maka sah tanpa bantah. Bila tidak disetujui, misalnya wakil menyatakan jadi sedang yang mewakilkan menyatakan batal, maka yang diambil yang lebih dahulu, -walaupun sebenarnya pembatalan lebih kuat dari pada meneruskan- karena hal itu dilakukan tanpa tekanan siapapun bila keduanya mengambil keputusan khiyar secara bersamaan dan tidak diketahui mana yang lebih dulu, maka menurut pendapat yang sahih pembatalan lebih diutamakan daripada meneruskan. Dari pernyataan Ulama Hanafiyah tersebut jika dikaitkan dengan permasalah pembatalan yang dilakukan oleh masyarakat desa Pakis (penjual) sah dilakukan dikarenan penjual memberi jangka waktu tidak lebih dari tiga hari yaitu waktu yang disepakatu ulama, dan pada prakteknya yaitu ada penawaran harga yang lebih tinggi dengan syarat tidak ada yang menawar lebih tinggi dari pembeli pertama maka jual beli beli dilanjutkan jika ada penawaran harga yang lebih tinggi maka jual beli dengan pembeli pertama dibatalkan, begitupun dengan pembeli yang tidak mampu melanjutkan pembayaran dalam jangka waktu tiga hari maka jual beli batal dan sesuai dengan pendapat Ulama Hanafiyah, hal tersebut sesuai dengan khiyar syarat.

Pendapat kedua madzhab tersebut jika dikaitkan dengaan pembatalan jual beli yang dilakukan oleh transaksi jual beli dengan masyarakat desa pakis berbeda pendapat,

Syafi’yah berpendapat bahwa jika sebagian barang yang dibelinya rusak tidak bisa dimanfaatkan, sedangkan sebagaian lagi tidak rusak dan bisa dimanfaatkan, maka pembeli boleh mengembalikan dan menuntut uang (harga) kembali utuh

tanpa bertanggung jawab atas perubahan apapun yang terjadi, dengan alasan tidak mungkin dapat mengetahui kerusakannya kecuali dengan membongkarnya. Seperti halnya buah durian pembeli dalam membeli durian tidak mengetahui durian itu matang apa belum, busuk atau tidak, tawar atau tidak pembeli hanya saja bebas memilih barang yang hendak dibelinya tanpa diperbolehkan melihat isi terlebih dahulu tetapi memilih buah durian yang dianggap bagus dan pembeli bebas membuka buah durian tadi setelah terjadi akad jual beli, dan boleh dimakan ditempat penjual atau dibawa pulang, jika dimakan ditempat pembeli dapat mengetahui buah durian itu bagus atau tidak , sudah sesuai harapan pembeli apa tidak, jika terdapat buah durian rusak misalnya mentah, busuk sebagian atau keseluruhan, atau tawar maka pembeli meminta ganti durian- durian tadi langsung setelah diketahui cacatnya, lain halnya jika durian tadi dibawa pulang maka jika terdapati durian-durian tadi busuk, mentah dan tawar disarankan untuk membawa durian yang busuk atau mentah tadi kepada penjual.

Pendapat Hanafiyah mereka berpendapat bahwa barang yang tidak dapat diketahui cacatnya kecuali dengan tindakan tertentu yang menyebabkan terjadinya perubahan, misalnya dipecahkan, dibelah dan lain sebagainya, seperti pada telur, semangka , kenari dan badam. Bila semuanya rusak dan tidak dapat dimanfaatkan sama sekali, seperti ketika membeli telur ternyata busuk, atau membeli mentimun ternyata pahit, atau membeli kenari ternyata kosong, maka jual beli itu batal.

Penjual wajib mengembalikan seluruh harga, dan pembeli tidak dikenakan kewajiban apa-apa.

Dan dalam prakteknya juga terdapat pembatalan jual beli yang dilakukan oleh penjual yang disebabkan oleh harga penawaran yang lebih tinggi dari pembeli lain, dan pembeli tidak mampu membayar lunas durian itu, dalam kejadian ini ulama

Syafi’iyah dan Hanafiah sepakat membolehkan karna sesuai pernyataan yaitu mensyaratkan dengan waktu tertentu dan telah memenuhi syarat terjadinya pembatalan yaitu tidak lebih dari tiga hari.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang telah dijelaskan dan telah dianalisis, maka dalam penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yang menjadi jawaban masalah yang telah dirumuskan. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor penyebab timbulnya pembatalan jual beli durian di desa Pakis yaitu: mentah, busuk, tawar, penawaran yang lebih tinggi dari pembeli lain, pembeli tidak mampu melanjutkan jual beli karena sebab tertentu dari penyebab itu maka pembeli membatalkan jual beli dikerenakan salah satu pihak merasa dirugikan jika pembatalan tidak dilakukan.

2. Praktek pembatalan jual beli durian yang dilakukan oleh masyarakat desa Pakis yaitu:

pembataln dilakukan setelah barang yang dibeli itu kelihatan cacatnya misalnya ketika pembeli membeli durian setelah dibuka ternyata busuk, mentah dan tawar maka pembeli membatalkan jual beli durian itu dengan meminta ganti rugi baik dengan durian atau dengan uang utuh tanpa potongan apapun, sedangkan pembatalan yang disebabkan ada penawaran durian yang lebih tinggi dan pembeli tidak mampu melunasi pembelian durian dilakukan sesuai kesepakatan diawal dan pembeli benar banar telah rela dengan keputusan penjual.

3. Syafi’iyah memandang bahwa pembatalan jual beli durian yang dilakukan oleh masyarakat desa pakis itu boleh dilakukan dengan alasan sebagian barang yang dibelinya busuk, mentah dan tawar , maka pembeli boleh mengembalikan dan menuntut uang (harga) kembali utuh tanpa bertanggung jawab atas perubahan apapun yang terjadi. Hanafiyah Penjual wajib mengembalikan seluruh harga, dan pembeli

86

tidak dikenakan kewajiban apa-apa. maka pembeli wajib mengembalikannya atau jual beli batal. Sedangkan pembatalan yang disebabkan penawaran dari pembeli lain yang lebih tinggi dan pembeli kekurangan modal Syafi’iyah dan Hanafiyah sepakat pembatalan dibolehkan berdasarkan jangka waktu yang ditentukan.

B. Saran

1. Diharapkan bagi penjual desa pakis dalam menjalankan transaksi jual beli selalu menjaga kehati-hatian dalam berjualan buah durian dengan menjaga kualitas durian mualai dari mentah, busuk dan tawar, meski hal tersebut tidak ada unsur kesengajaan dari pihak penjual, jika barang yang diperjual belikan bagus maka akan menambah kepercayaan pembeli untuk tetap berlangganan ditempat atau pada penjual durian dan menambah penghasilan nama baik desapun terjaga dan harum namanya.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih teliti dan kritis mengenai permasalahan-permasalahan yang muncul dalam masyarakat karena masih banyak transaksi-transaksi dalam masyarakat yang yang harus dikaji dan diteliti supaya transaksi jual beli membawa kepada kemaslahatan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Aji Damanuri. 2010. metodologi penelitian muamalah, Ponorogo, STAIN po PRESS.

Al arif, Nur Rianto. 2010. teori mikro ekonomi, Jakarta: Kencana.

Al-Bugha, Mushthafa Dib, dkk. 2012. fikih manhaji, Yogyakarta: Darul Uswah

Al-Jaziri Abdurrahman. 1990. Al-Fiqh ‘Ala al-Mazahibil al-Arba’ah, Kairo: Mathba’ah al- Istiqomah.

Amiruddin. 2013. Pengantar metodede Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Al-Fauzan Saleh. 2005. Fiqih Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani.

Al-Fannani, Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari .1994. Terjemah Fathul Mu’in, Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Anshori, Burhan. 1996. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teoritik. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Bisri, Moh Adib. 1977. Terjemah al Faraidul Bahiyyah Risalah Qawa-id Fiqh, Kudus:

Menara Kudus.

Departemen Agama RI, 2010, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah, Bandung, Diponegoro.

Djuaini, Dimyauddin. 2015. Pengantar fiqih muamalah: Pustaka pelajar.

Djaszuli. 2002. Kitab Undang-undang Hukum perdata Islam: Kiblat press.

Faisal Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ghazaly, Abdur rohman . 2012. Fiqih Muamalah, Jakarta: Prenada MediaGroup Haroen, Nasrun. 2000. Fiqh Muamalah. Jakarta: Radar Jaya Pratama.

Haji Al Asqalani. 1991. Ibnu, terjemah Bulughul Maram, Bangil: CV Diponegoro, Bandung.

Hasan, M. Ali. 2003. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (fiqh Muamalat). Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Huda, Qomarul. 2011. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Teras

Karim, Helmi. 1993. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mas’ud, Ibnu. 2007. Fiqih madzhab Syafi’i, Bandung: Pustaka setia

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Muhammad, Syaikh al-‘Allamah. 2014. Fiqih empat mazhab, Bandung: Hasyimi

Muhammad, Asy- syekh bin Qasim Al-Ghazaly. 1991. fat-hul Qarib, Surabaya: Al-hidayah Muslich, Ahmad Wardi. 2013. Fiqh Muamalah. Jakarta: Amzah.

Muslich. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. STAIN Jember.

Sabiq ,Sayyid. 1987. Fiqh as-Sunna, Kamaluddin A. Marzuki, Jilid: XIII. Bandung: al- Ma’arif.

Shidiq, H. Sapiudin, Ushul Fiqih. 2011. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Syekh Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Empat Madzhab, Darul Ulum Press,(Jakarta: 2001),17.

Subekti R. , R. Tjitrosudibio. 1992. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: cetakan ke-2, PT Pradinya Paramita.

Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyatno. 2011. Dasar-dasar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suhendi, Hendi. 2014. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suryabrata Sumardi. 1988.Metodologi Penelitian, jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.

Ke-II,

Syafei, Rachmat. 2004. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.

Syarifudin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh. Bogor: Kencana.

Umam, H. Chatibul. 2001. Fiqih Empat Madzhab, Jakarta: Darul Ulum Press.

Waluyo, Bambang. 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika.

Yahya, Marjuqi. 2012. panduan fiqih Imam Syafi’i, Jakarta: Al-Magfirah Zuhaily, Muhammad. 2010. Fiqih Munakahat. Surabaya: CV. Imtiyaz.

Zuhri Muhammad. 1986. terjemah Hadits Shahih Bukhori,Semarang : Toha putra

MATRIK PENELITIAN

Judul Penelitian Variable Sub Variable Indikator Sumber Data Metode Penelitian Perumusan Masalah

1 2 3 4 5 6 7

“Pembatalan Jual Beli Durian Di Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember

(Perspektif fiqih Syafi’iyah Dan Hanafiyah)”.

Pembatalan jual beli durian menurut pemikiran Ulama’

Syafi’iyah dan Ulama’

Hanafiyah

1. Pembatalan jual beli

2. Pemikiran ulama’

Syafi’iyah dan Ulama’

Hanafiyah

1. Pengertian jual beli 2. Dasar hukum

jual beli 3. Rukun dan

syarat jual beli 4. Macam

macam jual beli

5. Manfaat jual beli

1. Pengertian khiyar

2. Dasar hukum khiyar

3. Hukum khiyar 4. Rukun dan

syarat khiyar 5. Macam-

macam khiyar

1. Wawancara atau interview:

- penjual - pembeli 2. Observasi 3. Dokumentasi.

1. Pendekatan

“Kualitatif”

Jenis “Field Research”

2. Metode Pengumpulan Data:

- Wawancara - Observasi - Dokumenter 3. Analisis Data

menggunakan

“Analisis Kualitatif Deskriptif”.

Fokus Penelitian:

1. Apa Saja faktor penyebab Terjadinya Pembatalan Jual Beli Durian Di Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember 2. Bagaimana praktek

Pembatalan Jual Beli Durian Yang Dilakukan Oleh Masyarakat Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember?

3. Bagaimana Tinjauan Fiqih Syafi’iyah Dan Hanafiyah Terhadap Pembatalan Jual Beli Durian Yang Dilakukan Oleh Masyarakat Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember?

LAMPIRAN 1

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Ikhsanuddin

NIM : 083122057

Tempat & Tanggal Lahir : Jember, 01 Februari 1991

Alamat Tempat Tinggal : Dusun Kemundungan RT / RW 0010 / 0003 Desa Pakis, Kecamatan Panti, Kabupaten Jemebr.

Fakultas : Syariah

Jurusan : Hukum Ekonomi Islam

Prodi : Muamalah

Riwayat Pendidikan

SD : TAHUN 1998 - 2004 SDN PAKIS II

SMP : TAHUN 2004 - 2007 SMPN 02 KEMUNINGSARI LOR

SMK : TAHUN 2007 - 210 SMK WALI SONGO

Perguruan Tinggi : TAHUN 2012 - 2016 IAIN JEMBER

Pengalaman Organisasi : OSIS SMK Walisongo Rambipuji (2007-2010) : Pramuka SMK Walisongo Rambipuji (2007-2010}

FORMULIR PENGUMPULAN DATA A. Wawancara atau Interview

1. Durian itu bisa hidup di ketinggian berapa pak ?

2. Untuk sistem pengairannya bagaimana pak, apakah sama seperti menanam pohon mangga atau tanaman lainnya ?

3. Berapa jarak tanam yang kita butuhkan untuk menanam durian, mungkin kalau cukup 1 batang gampang pak, tapi kalau saya pengen tanam 4 atau lebih bagaimana pak jaraknya?

4. Bagaimana untuk proses panennya pak?

5. Untuk penjualannya, dijual kemana saja pak?

6. Apa saja faktor penyebab pembeli membatalkan jual beli durian pak?

7. Apakah Bapak pernah mengalami pembatalan jual beli durian pak?

8. Bagaimana sistem pembatalan yang dilakukan oleh pembeli pak?

9. Apakah ada perjanjian tertentu dalam pembatalan?

10. Adakah unsur paksaan dalam pembatalan jual beli ini pak?

B. Dokumenter

1. Letak dan Kondisi Geografis Desa Pakis 2. Jumlah Penduduk Desa pakis

3. Luas wilayah Desa Pakis

4. Kondisi Sosial Perekonomian Desa Pakis 5. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Pakis

Lampiran 2 :

FOTO-FOTO PROSES WAWANCARA

Foto Proses Wawancara Dengan penjual durian desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Lampiran 4

Foto Proses Wawancara Dengan pembeli durian desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember

PETA DESA PAKIS

Lampiran 5:

Dokumen terkait