BAB I PENDAHULUAN
4.5 Pembahasan
Berdasarkan analisis data pretest pada kelas Artikulasi dan Explicit Instruction yang telah di uji-t diperoleh nilai Sig.(2-tailed) adalah 0.947 > 0.05 dengan keputusan terima H0 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas Artikulasi dan kelas Explicit Instruction, hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas Artikulasi dan kelas Explicit Instruction memiliki pengetahuan awal yang sama tentang materi pencemaran lingkungan. Menurut Pintric dalam Astuti (2011) yang mengatakan bahwa pengetahuan awal yang tidak akurat dapat menghalangi perkembangan siswa dan kekurangan pengetahuan awal tidak memungkinkan untuk maju. Pengetahuan awal berpengaruh secara langsung adalah pengetahuan awal yang dapat mempermudah proses pembelajaran dan mengarahkan hasil belajar yang lebih baik.
Pengaruh tidak langsung yaitu pengetahuan awal yang dapat mengoptimalkan kejelasan materi-materi pelajaran dan meningkatkan efisiensi penggunaan waktu pelajaran dan pembelajaran.
Hasil data posttest kelas Artikulasi lebih tinggi dibandingkan kelas Explicit Instruction. Dilihat dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai Sig.(2-tailed) 0.000 < 0.05 dengan keputusan tolak H0 artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan siswa dari kedua kelas tersebut telah diberikan pengetahuan tentang materi pencemaran lingkungan dan dalam proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran Artikulasi dan Explicit Instruction sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Artikulasi memiliki keunggulan sehingga suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan, semua siswa terlibat (mendapat peran), suasana belajar menjadi menyenangkan, siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih efektif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hasmiati et al. (2012) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Artikulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan
pengaruh positif dari keunggulan model pembelajan Artikulasi yang tidak dimiliki oleh model pembelajaran lainnya.
Model pembelajaran Artikulasi prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan guru, seorang siswa wajib meneruskan atau menjelaskan pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Keunikan model pembelajaran ini adalah siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai pesan. Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman sekelompoknya tentang materi yang baru dibahas, konsep pemahaman sangat diperlukan dalam model ini (Tampubolon, 2014).
Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction memiliki keunggulan semua siswa aktif atau terlibat dalam proses pembelajaran. . Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiani &
Alif. (2015) bahwa model pembelajaran Explicit Instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Explicit instruction adalah suatu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap dan selangkah demi selangkah dimana guru menjelaskan tujuan pembelajaran pentingnya mempelajari materi pelajaran, guru mendemostrasikan materi pelajaran serta menyajikan informasi secara konkrit dan spesifik hingga siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru, guru memberikan latihan dan membimbing siswa dalam memahami soal dan tata cara pengerjaan, guru mengecek keberhasilan siswa dan memberi umpan balik dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan lanjutan agar siswa lebih memahami pelajaran yang telah disampaikan (Tampubolon, 2014).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh uji-t N-Gain dengan Sig.(2-tailed) 0.000
< 0.05 keputusan tolak H0 artinya berbeda signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 menunjukan bahwa terjadinya peningkatan hasil belajar pada materi pencemaran
lingkungan dimana hasil nilai kelas kelas Artikulasi lebih tinggi dibandingkan hasil nilai kelas Explicit Instruction. Adapun rerata nilai N-Gain kelas Artikulasi adalah 0.78 kategori tinggi sedangkan rerata nilai N-Gain kelas Explicit Instruction adalah 0.44 kategori sedang. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan hasil penelitiaan menyatakan bahwa perbandingan hasil belajar biologi pada materi pencemaran lingkungan dengan model pembelajaran Artikulasi memberikan hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Explicit Instruction khususnya pada materi pencemaran lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Artikulasi efektif diterapkan pada materi pencemaran lingkungan di kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawan Jihat.(2013) hasil dari penelitiannya yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Artikulasi lebih afektif dibandingkan dengan hasil belajar model Explicit Instruction karena model Artikulasi prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan guru, seorang siswa wajib meneruskan atau menjelaskan pada siswa lain (pasangan kelompoknya)sehingga siswa lebih aktif dan terarah.
Penelitian ini selain mengamati hasil belajar siswa juga mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi. Hal ini bertujuan untuk melihat aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Lembar observasi disusun sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dilakukan di kelas Artikulasi dan kelas Explicit Instruction. Perubahan tingkah laku siswa dapat dilihat melalui lembar observasi selama proses pembelajaran.
Aktivitas siswa pada kelas Artikulasi dilihat dari 4 aspek penilaian dengan melihat kegiatan siswa duduk berpasangan dalam setiap pasangan terdapat dua peran. siswa 1: penjelas atau pendemonstrasi. siswa 2: pendengar, siswa menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasanganya, siswa mendengarkan hasil wawancara yang disampaikan teman pasanganya, siswa mengerjakan LKS. Terlihat rerata total aktivitas siswa pada pertemuan pertama adalah 98.95 %. dimana siswa masih ada yang belum menjalankan aktivitas sesuai
dengan penilaian yang dibuat guru, namun pada pertemua kedua seluruh siswa dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan penilaian guru sehingga aktivitas siswa meningkat ketika pertemuan kedua menjadi 100 %.
Aktivitas siswa pada kelas Explicit Instruction dilihat dari 4 aspek penilaian dengan melihat siswa melaksanakan pelatihan awal, siswa melaksanakan pelatihan lanjutan, siswa mengerjakan tugas dengan baik, siswa mengerjakan LKS. Terlihat rerata aktivitas siswa pada pertemuan pertama 97.91 % dimana siswa masih ada yang belum menjalankan aktivitas sesuai dengan penilaian yang dibuat guru, namun pada pertemua kedua seluruh siswa dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan penilaian guru sehingga aktivitas siswa meningkat ketika pertemuan kedua menjadi 100 %.
Aktivitas siswa kelas Artikulasi dan kelas Explicit Instruction menunjukan bahwa pada saat pertemuan pertama siswa kurang memahami penggunaan model pembelajaran yang telah dijelaskan oleh guru sehingga aktivitas siswa tidak tercapai dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru kelas Artikulasi pertemuan I dan II 100% dimana guru telah mengajar sesuai tahapan yang ada di RPP. Hal ini yang sama dilakukan guru pada kelas Explicit Instruction dimana aktivitas guru pada pertemuan pertemuan I dan II 100% . Hasil observasi aktivitas guru menunjukan bahwa pada pertemuan I dan II guru telah mengajar sesuai tahapan yang ada di RPP sehingga kegiatan pembelajaran berlansung dengan kondusif. Sesuai dengan pendapat Suyanto & Jihat. (2013) bahwa kemampuan seorang guru pada hakikatnya adalah muara dari keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang anak sebagai siswa, objek belajar, dan situasi kondusif berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Menurut Utami (2003) guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan.
eskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh beradaan guru yang berkualitas, mustahil akan menimbulkan proses belajar dan pembelajaran yang maksimal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan di SMP Daniel HKBP Rumbai dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan Artikulasi dan Explicit Instruction pada materi pencemaran lingkungan di SMP Daniel HKBP Rumbai T.A 2015/2016. Nilai uji-t N-Gain 0.000
< 0.05 menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil belajar dari kedua kelas tersebut dapat dilihat pada rerata N-Gain kelas Artikulasi yaitu 0.77 kategori tinggi dan kelas Explicit Instruction sebesar 0.44 kategori sedang, dengan demikian model pembelajaran Artikulasi memberikan hasil belajara lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Explicit Intruction khususnya pada materi pencemaran lingkungan di kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai.