• Tidak ada hasil yang ditemukan

perbandingan hasil belajar siswa menggunakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "perbandingan hasil belajar siswa menggunakan"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE ARTIKULASI DENGAN TIPE

EXPLICIT INSTRUCTION PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELAS VII SMP DANIEL

HKBP RUMBAI T.A 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh

DESI SIMATUPANG 1284205168

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU

2016

(2)
(3)
(4)

(5)
(6)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE ARTIKULASI DENGAN TIPE EXPLICIT

INSTRUCTION PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELAS VII SMP DANIEL

HKBP RUMBAI T.A 2015/2016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingan hasil belajar antara siswa kelas artikulasi dan explicit instruction pada materi pencemaran lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap bulan April 2016 di kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai T.A 2015/2016. Desain penelitian yang digunakan adalah weak eksperimen dengan the static group pretest-posttest design. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII1 dengan jumlah 24 dan VII2 dengan jumlah 24, yang diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data melalui pretest, postest dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah independent 2 samples t-tes. Rerata n-gain kelas artikulasi adalah 0,77 (kategori tinggi), dan kelas explicit instruction adalah 0,44 (kategori sedang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran artikulasi dan explicit instruction.

Kata Kunci : artikulasi, explicit instruction, hasil belajar, penccemaran lingkungan

(7)

THE COMPARISON OF STUDENTS ACHIEVEMENT BETWEEN CLASS BY USING ARTICULATION AND EXPLICIT INSTRUCTION OF THE

SUBJECT MATTER OF ENVIRONMENTAL POLLUTION AT CLASS VII SMP DANIEL HKBP RUMBAI

ACADEMIC YEAR 2015/2016

ABSTRACT

The purpose of this research is to compare of student’s achievenement between class by using articulation and explicit instruction of the subject matter of environmental pollution. This research was conducted at even semester on April 2016 in class VII SMP Daniel HKBP Rumbai academic year 2015/2016. The research method was weak experiment with the static group pretest-posttest design. The sample of this research was students of VII1 by the number of students in class were 24 and VII2 by the number of students in class were 24, taken by total random sampling technique. The data were colected by pretest, posttest, and teacher and students activity. Data were analysis techniques used was t-test. The mean of N-Gain at Articulation class was 0,77 (categorized at high level) and Explicit Instruction classs was 0,44 (categorized at middle level). There fore,it can be concluded that there was a differences on student learning achievement on class by using articulation and Explicit Instruction.

Keywords : articulation, explicit instruction, learning achievement,environmental pollution

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Variabel Penelitian ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 4

1.5 Defenisi Operasional ... 4

1.5.1 Artikulasi ... 4

1.5.2 Explicit Instruction ... 4

1.5.3 Hasil Belajar ... 4

1.5.4 Pencemaran Lingkungan ... 4

1.6 Tujuan Penelitian ... 5

1.7 Manfaat Penelitian ... 5

1.7.1 Bagi Sekolah ... 5

1.7.2 Bagi Guru ... 5

1.7.3 Bagi Siswa ... 5

1.7.4 Bagi Peneliti ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengertian Belajar ... 6

2.2 Hasil Belajar ... 7

2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi ... 10

2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Explicit Instruction ... 12

2.5 Deskripsi Materi Pencemaran Lingkungan ... 14

2.5.1 Ciri-Ciri Lingkungan Alami ... 14

2.5.2 Ciri-Ciri Lingkungan Tercemar ... 14

2.5.3 Sumber-Sumber Pencemaran Lingkungan ... 14

2.5.4 Pencemaran Air ... 14

2.5.5 Pencemaran Udara ... 15

(9)

2.5.6 Pencemaran Tanah ... 15

2.5.7 Pencemaran Suara ... 15

2.5.8 Akibat Pencemaran Lingkungan ... 16

2.6 Penelitian Relevan ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Desain Penelitian ... 18

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

3.3 Populasi dan Sampel ... 18

3.4 Parameter Penelitian ... 19

3.5 Instrumen Penelitian ... 19

3.5.1 Silabus IPA SMP Kelas VII... 19

3.5.2 Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) ... 19

3.5.3 Lembar Observasi ... 19

3.5.2 Lembar Test ... 19

3.6 Prosedur Penelitian ... 27

3.6.1 Tahap Persiapan ... 27

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 27

3.6.2 Tahap Penyusunan Laporan ... 27

3.7 Teknik Pengumpulan Data... 27

3.8 Teknik Analisis Data ... 28

3.8.1 Perhitungan N-Gain ... 28

3.8.2 Uji Normalitas... 28

3.8.3 Uji Homogenitas ... 29

3.8.4 Uji-t ... 30

3.9 Hipotesis Penelitian ... 31

3.10 Alur Penelitian ... 32

3.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

4.1 Hasil Pretest ... 34

4.2 Hasil Posttest ... 36

4.3 Hasil N-Gain ... 39

4.4 Aktivitas Guru dan Siswa... 42

4.5 Pembahasan ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Dimensi Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi ... 9

2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi ... 11

2.3 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Explicit Instruction ... 13

2.4 Kuat lemahnya suara ... 18

3.1 Kategori Validitas Butir Soal ... 25

3.2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 26

3.3 Kategori Validasi Butir Soal... 27

3.4 Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 28

3.5 Kategori Tingkat Kesukaran ... 29

3.6 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran ... 29

3.7 Kategori Daya Pembeda ... 30

3.8 Hasil Uji Coba Daya Pembeda Butir Soal ... 31

3.9 Rekapitulasi Soal yang digunakan dalam Penelitian ... 31

3.10 Kriteria Skor N-Gain ... 33

3.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 38

4.1 Statistik Deskriptif Nilai Pretest ... 39

4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest ...40

4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest ...40

4.4 Hasil Uji-t Data Pretest ...41

4.5 Statistik Deskriptif Nilai Posttest ... 41

4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest ...42

4.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest ...43

4.8 Hasil Uji-t Data Posttest ...43

4.9 Statistik Deskriptif Nilai N-Gain ... 44

4.10 Hasil Uji Normalitas N-Gain ...46

4.11 Hasil Uji Homogenitas N-Gain ...46

4.12 Hasil Uji-t Data N-Gain ...47

4.13 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Artikulasi ...47

4.14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Explicit Instruction ...48

4.15 Rekapitulasi Aktivitas Guru ... ...48

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Alur Penelitian ... 37

4.1 Rerata Nilai Pretest Kelas Artikulasi dan Kelas Explicit Instruction ... 39

4.2 Rerata Nilai Posttest Kelas Artikulasi dan Kelas Explicit Instruction ... 42

4.3 Rerata Nilai N-Gain Kelas Artikulasi dan Kelas Explicit Instruction ... 44

4.4 Diagram Garis N-Gain Per Siswa Kelas Artikulasi ... 45

4.5 Diagram Garis N-Gain Per Siswa Kelas Explicit Instruction ... 45

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ... 57

2. RPP Kelas Artikulasi 1... 61

3. RPP Kelas Explicit Instruction 1... 72

4. Gambar Pencemaran Lingkungan 1 ... 83

5. Lembar Kegiatan Siswa 1 ... 85

6. RPP Kelas Artikulasi 2... 88

7. Kelas Explicit Instruction 2 ... 98

8. Gambar Peristiwa Pencemaran Lingkungan ... 108

9. Lembar Kegiatan Siswa 2 ... 110

10. Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep ... 114

11 Soal Pretest ... 135

12. Soal Posttest ... 143

13. Analisis Butir Soal ... 151

14. Distribusi Jawaban Pretest Kelas Artikulasi ... 153

15. Distribusi Jawaban Posttest Kelas Artikulasi ... 154

16. Distribusi Jawaban Pretest Kelas Explicit Instruction ... 155

17. Distribusi Jawaban Posttest Kelas Explicit Instruction ... 156

18. Rekapitulasi Hasil Pretest danPostest Kelas Artikulasi... 157

19. Rekapitulasi Hasil Pretest dan Postest Kelas Explicit Instruction. 158 20. Hasil Uji Normalitas Pretest ... 159

21. HasilUji Homogenitas Pretest... 160

22. Hasil Uji-t Pretest ... 161

23. Hasil Uji Normalitas Posttest ... 162

24. Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 163

25. Hasil Uji-t Posttest ... 164

26. Hasil Uji Normalitas N-Gain ... 165

27. Hasil Uji Homogenitas N-Gain ... 166

28. Hasil Uji-t N-Gain... 167

29. Lembar Observasi Aktivitas Siswa K elas Artikulasi 1 ... 168

30. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Explicit Instruction 2 ... 170

31. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Artikulas1 ... 172

32. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Explicit Instruction 2 ... 174

33. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Artikulasi ... 176

34. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Explicit Instruction ... 178

35. Dokumentasi Penelitian Kelas Artikulasi ... 180

36 Dokumentasi PenelitianKelas Explicit Instruction ... 183

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga mutu pendidikan dapat diukur dari aspek mutu masukan (input quality), mutu proses (process quality), mutu keluaran (output quality) dan dampak mutu kelulusan (outcome Quality). Pendidikan bertujuan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi secara optimal dengan tujuan-tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya yang dapat memainkan peranannya sebagai warga dalam berbagai lingkungan hidup dan kelompok sosial (Mudyahardjo, 2009).

Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting karena melalui proses itulah tujuan pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa dan proses belajar mengajar ditentukan oleh hasil belajar yang baik.

Keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh guru. Secara sederhana dikatakan bahwa peranan guru menyelenggarakan proses belajar mengajar yaitu membantu dan memfasilitasi siswa agar mengalami dan melaksanakan proses belajar yang berkualitas (Hamalik, 2006).

Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki kurikulum yang mengacu pada standar pendidikan nasional. Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam yang secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep,atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi alam sekitar secara ilmiah (Trianto, 2012).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakulan peneliti di SMP Daniel HKBP Rumbai, melalui wawancara dengan guru bidang studi IPA yang menyatakan

(14)

bahwa sesungguhnya pelajaran IPA terutama biologi pada dasarnya bukanlah pelajaran yang sulit seperti matematika dan fisika, selama pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah terjadi berbagai masalah, diantaranya kurangnya keaktifan siswa dalam belajar tidak memiliki gaya belajar yang bervariasi. Siswa menjadi kurang terbiasa belajar aktif, sehingga kurang terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, dan pembelajaran hanya berpusat pada guru.

Berdasarkan permasalah yang ada banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 75, dari 33 orang siswa, hanya 22 orang (66.67%) yang sudah mencapai nilai KKM dan 11 orang (33.33%) yang belum mencapai nilai KKM. Solusi untuk mengatasi permasalahan yang telah diuraikan, dibutuhkan suatu cara yang bisa membuat siswa belajar aktif dan terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang sangat menyenangkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya biologi pada materi pencemaran lingkungan, dimana materi pencemaran llingkungan membutuhkan model pembelajaran langsung seperti model pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi dan Explicit Instruction. Model pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi merupakan pendekatan kelompok yang dalam kelompoknya terdiri dari dua orang siswa, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berfikir dalam kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, siswa mempunyai peran masing-masing, yaitu siswa pertama sebagai penjelas atau pendemonstrasi dan siswa kedua berperan sebagai pendengar antara siswa pertama dan kedua bertukar peran (Tampubolon, 2014).

Model pembelajaran kooperatif tipe Explicit Instruction adalah suatu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk proses belajar siswa yang diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar, dimana guru menyampaikan materi, memberikan latihan, mengecek pemahaman siswa, memberikan umpan balik, dan kesempatan untuk latihan lanjutan.

(15)

(Tampubolon, 2014). Kedua model pembelajaran memiliki kesamaan yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar, terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dilakukan penelitian dengan judul

“Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Artikulasi dengan Tipe Explicit Instructicn pada Materi Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai T.A 2015/2016“.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Artikulasi Dengan Tipe Explicit Instructicn pada Materi Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai T.A 2015/2016?.

1.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Variabel Bebas yaitu model pembelajaran artikulasi dan explicit instruction. Variabel terikat yaitu hasil belajar siswa.

1.4 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan sistematis, maka diberikan batasan masalah dalam pelajaran Biologi pada materi pencemaran lingkungan di kelas VII.

Menggunakan model pembelajaran artikulasi dan explicit instruction untuk melihat hasil belajar siswa dari ranah kognitif menurut taksonomi Bloom.

(16)

1.5 Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini defenisi yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.5.1 Artikulasi

Artikulasi merupakan model pembelajaran kelompok yang dalam kelompoknya terdiri dari dua orang siswa, untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, siswa mempunyai peran masing- masing, yaitu siswa pertama sebagai penjelas atau pendemonstrasi dan siswa kedua berperan sebagai pendengar antara siswa pertama dan kedua bertukar peran (Tampubolon, 2014).

1.5.2 Explicit Instruction

Explicit instruction adalah suatu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk proses belajar siswa yang diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar, dimana guru menyampaikan materi, memberikan latihan, mengecek pemahaman siswa, memberikan umpan balik, dan kesempatan untuk latihan lanjutan (Tampubolon, 2014).

1.5.3 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan segala upaya yang mencakup aktifitas otak termasuk dalam ranah kognitif dari mengikuti proses kegiatan pembelajarannya. Ranah kognitif itu terdapat dalam enam jenjang proses berfikir mulai dari mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis atau mengurai (analyzing), menilai (evaluating) dan mencipta (creating) (Anderson & Krathwohl, 2010).

1.5.4 Pencemaran lingkungan

(17)

Pencemaran lingkungan adalah perubahan pada kualitas lingkungan yang tidak diinginkan sehingga mempengaruhi manusia dan mahluk hidup lainnya.

1.6 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk membandingkan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran artikulasi dan explicit instruction pada materi pencemaran lingkungan di kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai T.A 2015/2016.

1.7 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama untuk : 1.7.1 Bagi siswa

Dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya Biologi pada materi pencemaran lingkungan dikelas VII setelah menggunakan model pembelajaran artikulasi dan explicit instruction.

1.7.2 Bagi guru

Adanya hasil perbandingan model pembelajaran yang dilakukan peneliti, maka dapat digunakan atau diterapkan oleh guru model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA khususnya Biologi.

1.7.3 Bagi sekolah

Hasil belajar siswa bagus dari ranah Kognitif, Afektif, Psikomotor maka akan meningkatkan kualitas dan mutu sekolah tersebut.

1.7.4 Bagi peneliti

Menambah wawasan pengetahuan dan landasan dalam penelitian yang dilakukan.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam membantu meningkatkan keberhasilan siswa.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran disekolah, setiap siswa mengharapkan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar yang baik hanya dapat dicapai melalui proses belajar yang baik pula, jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik (Hamalik,2006).

Belajar merupakan perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik sengaja maupun tidak sengaja dan berlangsung sepanjang waktu menuju pada suatu perubahan pada pembelajaran (Trianto, 2010).

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh

(19)

siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar (Dimyati & Mudjiono, 2009).

Belajar merupakan suatu proses yang dapat ditandai dengan perubahan perilaku seseorang dan dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

Keaktifan bertanya adalah suatu keaktifan yang meminta suatu keterangan.

Mengajukan pertanyaan berarti menunjukkan pola fikir yang dimiliki oleh seseorang, sehingga bertanya dapat mendorong kemampuan siswa untuk berpikir (Yamin,2007).

Teori manapun pada prinsipnya, belajar meliputi segala perubahan baik berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian. Ini berarti kegiatan belajar ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.Perubahan akibat proses belajar adalah karena adanya usaha dari individu dan perubahan tersebut berlangsung lama. Belajar merupakan kegiatan yang aktif, karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan bertujuan.agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal, maka diusahakan faktor penunjang seperti kondisi peserta didik yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar mengajar yang tepat.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi.

Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep (Slameto, 2010).

2.2 Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2008) hakikat hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam hasil belajar

(20)

terdapat tiga ranah yang menjadi objek penilaian hasil belajar, yaitu : Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerima, jawaban, reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar, keterampilan dan kemampuan bertindak yang meliputi enam aspek yakni gerakan reflek, keterampilan gerak dasar, kemampuan perspektual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspersif dan interpretatif.

Menurut Arikunto (2009) hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pembelajaran atau materi yang diajarkan sudah dapat dimengerti siswa, untuk dapat menentukan tercapainya atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar.

Menurut Bloom dalam Anderson & Krathwohl (2010) Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang di capai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar, dimana hasil tersebut merupakan gambaran penguasaan pengetahuan dan keterampilan siswa yang berwujud skor dari hasil tes yang digunakan sebagai pengukur keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan sebelumnya oleh guru .

Segala upaya yang mencakup aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif itu terdapat dalam enam jenjang proses berfikir, mulai C1-C6 dari jenjang rendah sampai pada jenjang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah (1) pengetahuan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman (chomprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analisys), (5) sintesis (synthesis) dan (6) penilaian (evaluation). Ranah afektif mengacu pada respon sikap, sedangkan ranah psikomotor mengacu pada perbuatan fisik (action).

(21)

Tabel 2.1

Dimensi Proses Kognitif Dalam Taksonomi Bloom Revisi Dimensi pengetahuan Dimensi Proses Kognitif 1. Pengetahuan faktual

a. Pengetahuan tentang terminologi

b. Pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur

2. Pengetahuan konseptual a. Pengetahuan tentang

klasifikasi dan teori

b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi

c. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur

3. Pengetahuan prosedural a. Pengetahuan tentang

keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu dan pengetahuan algoritma

b. Pengetahuan dengan teknik dan metode

C1. Mengingat (remember) 1.1 Mengenali (recognizing) 1.2 Mengingat (recalling) C2. Memahami (understand) 1.1 Menafsirkan (interpretaing) 1.2 Memberi contoh (examllying) 1.3 Meringkas (summarizing) 1.4 Menarik inferensi (inferring) 1.5 Membandingkan (comparing) 1.6 Menjelaskan (explaining) C3. Mengaplikasikan (apply) 1.1 Menjalankan (executing) 1.2 Mengeimplementasikan (implementing)

C4. Menganalisis (analyze)

1.1 Menguraikan (defferentiating) 1.2 Mengorganisir (organizing) 1.3 Menemukan makna tersirat

(22)

c. Pengetahuan tentang kriteria penggunaan suatu prosedur 4. Pengetahuan Metakognitif

a. Pengetahuan strategik

b. Pengetahuan tentang operasi kognitif

c. Pengetahuan tentang diri sendiri

C5. Evaluasi (evaluate) 1.1 Memeriksa (checking) 1.2 Mengkritik (critiquing) C6. Mencipta (create)

1.1 Merumuskan (generating) 1.2 Merencanakan (planning) 1.3 Memproduksi (producing) (Sumber : Anderson & Krathwohl, 2010)

Hasil belajar yang dimaksud dari para ahli adalah hasil belajar berupa nilai yang didapat oleh siswa setelah melakukan tes dari soal yang telah dibuat untuk melihat sejauh mana kemampuan dan keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan dan hasil belajar itu dapat diukur dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi

Model pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi merupakan model pembelajaran kelompok yang dalam kelompoknya terdiri dari dua orang siswa, untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, siswa mempunyai peran masing-masing, yaitu siswa pertama sebagai penjelas atau pendemonstrasi dan siswa kedua berperan sebagai pendengar antara siswa pertama dan kedua bertukar peran (Tampubolon, 2014).

Model pembelajaran Artikulasi prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan guru, seorang siswa wajib meneruskan atau menjelaskan pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Keunikan model pembelajaran ini adalah siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai pesan. Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai

(23)

tugas mewawancarai teman sekelompoknya tentang materi yang baru dibahas, konsep pemahaman sangat diperlukan dalam model ini (Tampubolon, 2014).

Tabel 2.2

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi

Tahap Aktivitas Guru Dan Siswa

Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi Siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan memotivasi kepada Siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan serta menerangkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe artikulasi.

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi tentang sub materi pokok tertentu secara garis besar yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi yang akan dipelajari

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar

Untuk mengetahui daya serap siswa, guru membentuk pasangan-pasangan dalam setiap pasangan terdapat dua peran. siswa 1: penjelas atau pendemonstrasi. siswa 2: pendengar Menugaskan siswa

menjelaskan materi

Guru menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasanganya mendengarkan, kemudian kedua siswa

(24)

tersebut berganti peran Menugaskan siswa

menyampaikan hasil wawancara

Guru menugaskan siswa secara bergiliran atau diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasanganya.

Sampai semua siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.

Menyajikan materi

yang belum

dipahami siswa

Guru mengulangi atau menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa

Menyimpulkan materi Guru menyampaikan kesimpulan dan penutup (Sumber: Tampubolon, 2014)

Model pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu semua siswa terlibat (mendapat peran), suasana belajaramenjadi menyenangkan, siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih efektif.

Model ini memiliki kelemahan yaitu sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit.

Dapat dilihat dari cara siswa pada saat menyampaikan hasil wawancaranya, hasil wawancaran yang disampaikan siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan, siswa yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa menjelaskan materi pelajaran kepada pasangan masing-masing

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Explicit Instruction

Model pembelajaran kooperatif tipe Explicit instruction adalah suatu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang

(25)

berkaitan dengan pengetahuan yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap dan selangkah demi selangkah (Tampubolon, 2014).

Model Explicit Instruction, memiliki langkah-langkah pembelajaran dengan guru menjelaskan tujuan pembelajaran pentingnya mempelajari materi pelajaran, guru mendemostrasikan materi pelajaran serta menyajikan informasi secara konkrit dan spesifik hingga siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru, guru memberikan latihan dan membimbing siswa dalam memahami soal dan tata cara pengerjaan, guru mengecek keberhasilan siswa dan memberi umpan balik dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan lanjutan agar siswa lebih memahami pelajaran yang telah disampaikan (Tampubolon, 2014).

Tabel 2.3

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Explicit Instruction

Tahap Aktivitas Guru Dan Siswa

Menyampaikan tujuan

pembelajaran dan

memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan memotivasi kepada siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan serta menerangkan langkah- langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Explicit Instruction.

Mendemonstrasikan

pengetahuan atau

keterampilan

Guru menyajikan informasi tentang sub materi tahap demi tahap

Membimbing Pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan

(26)

memberikan umpan balik Memberikan kesempatan

untuk pelatihan lanjutan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari

(Sumber: Tampubolon, 2014)

Model pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya,Semua siswa aktif/terlibat dalam proses pembelajaran.

Selain itu model pembelajaran ini memiliki kekurangan yaitu diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan, waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai murid terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

2.5 Deskripsi Materi Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan dapat terjadi akibat kegiatan manusia atau proses alami.

Sesuatu yang menyebabkan polusi (pencemaran) disebut polutan. Polutan dapat berupa bahan kimia, debu, makhluk hidup, panas, suara, radiasi. Ciri-ciri lingkungan alami dan tercemar.

2.5.1 Ciri-ciri lingkungan alami

Sungai yang masih alami, airnya jernih, tidak berbau, tidak ditumbuhi enceng gondok, tidak ditumbuhi ganggang yang melimpah, banyak terdapat berbagai jenis ikan dan lain-lain. Bila kita tinggal di desa yang masih banyak pohonnya yang hijau, kendaraan bermotor tidak terlalu banyak seperti di kota, tidak ada pabrik maka udara terasa sejuk dan segar.

2.5.2 Ciri-ciri lingkungan tercemar

(27)

Sungai yang sudah tercemar, airnya keruh, berbau, banyak sampah, ditumbuhi ganggang yang melimpah dan enceng gondok, sedikit ditemukan jenis-jenis ikan. Bila tinggal di kota besar banyak kendaraan bermotor mungkin mata kita menjadi pedih bahkan pernapasan kita tidak nyaman. Demikian pula bila tinggal dekat pabrik yang cerobongnya mengepulkan asap atau partikel-partikel halus menyebabkan udara tidak segar.

2.5.3 Sumber-sumber Pencemaran Lingkungan

Pencemaran kimiawai artinya pencemaran yang disebabkan oleh zat-zat kimia Misalnya limbah pabrik seperti raksa dan timbal. Pencemaran fisik Artinya pencemaran yang disebabkan oleh zat cair, padat, atau gas. Zat cair misalnya limbah pabrik dan limbah rumah tangga, zat padat misalnya sampah, gas misalnya asap pabrik dan asap kendaraan bermotor. Pencemaran biologis Artinya pencemaran yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme penyebab penyakit.

2.5.4 Pencemaran Air

Pencemaran air artinya peristiwa masuk/dimasukkannya zat, benda, makhluk hidup atau komponen lain ke dalam lingkungan air sehingga kualitas (mutu) lingkungan air atau fungsi lingkungan air terganggu atau berkurang. Sumber- sumber Pencemaran air berasal dari limbah industri seperti raksa, timbal, cadmium, pencemaran merkuri yang pernah terjadi di teluk Minamata di Jepang.

Para nelayan di sekitar teluk Minamata memakan ikan yang telah tercemar merkuri. Akibat yang ditimbulkan yaitu mereka mengalami kerusakan sistem saraf. Penyakit yang dialami para nelayan tersebut dikenal dengan penyakit minamata.

2.5.5 Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya zat, energi, atau komponen lainnya ke dalam lingkungan udara, Pencemaran udara pada umumnya terjadi di kota-kota besar dan daerah Industri,Bahan-bahan pencemar udara yang merusak kesehatan manusia seperti karbon dioksida dilepaskan oleh hasil pembakaran

(28)

bahan bakar fosil, misalnya bensin, karbon dioksida juga dihasilkan dari pembakaran hutan dan mesin kendaraan bermotor, Dalam tubuh manusia karbon dioksida memacu pernapasan sementara di atmosfer menibulkan kenaikan suhu di bumi. Karbon monoksikda dihasilakan oleh hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor, Karbon monosikda bersifat racun bila dihirup oleh manusia.

2.5.6 Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lain ke suatu area tanah. Tanah mengandung air, udara dab berbagai sumber zat mineral bagi tumbuhan, juga bahan organic utuk menunjang kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Pencemaran tanah diakibatkan oleh pemakaian Pestisida yang berlebihan, Buangan bahan kimia limbah industri, penambangan, dan hujan asam. Akibat pencemaran tanah antara lain tergangunya kehidupan mikroorganisme tanah, berubahnya sifat kimiawi atau sifat fisik tanah, mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi dalam suatu ekosistem.

2.5.7 Pencemaran Suara

Pencemaran suara atau bunyi apabila sudah menggangu pemukiman penduduk dapat dikatakan pencemaran lingkungan, Suara yang keras dan memekakan telinga manusia dapat menimbulkan gannguan. Sumber pencemaran suara suara lalu lintas jalan raya, pesawat yang lepas landas atau mendarat, pesawat jet, mesin pabrik, lingkungan sosial (televisi atau radio yang terlalu keras) Batas Suara yang tidak menimbulkan pencemaran yaitu 55 dB (Desibel) Desibel adalah satuan yang menyatakan kuat lemahnya suara.

Tabel 2.4

Kuat Lemahnya Suara

Sumber Suara dB(Desibel)

Pesawat Jet 150

Senjata Api 130

Konser Musik Rock 120

Lalu lintas yang ramai 80

Penyedot Debu 70

(29)

Percakpan Biasa 50

Nyamuk Terbang 40

Daun yang jatuh 10

(Sumber : Supardi, 2007)

2.5.8 Akibat Pencemaran Terhadap Makhluk Hidup secara Global

Pencemaran akan menurunkan kualitas lingkungan atau ekosistem.

Akibatnya timbul ganguan terhadap makhluk hidup yang ada pada lingkungan itu termasuk manusia. Dalam jumlah yang banyak di atmosfer gas karbon dioksida menghalangi pantulan panas dari atmosfer, panas akan dipantulkan kembali ke bumi, sehingga bumi menjadi lebih panas, ini disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat menaikkan suhu udara secara global sehingga dapat mengubah pola iklim di seluruh dunia.

2.6 Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawan et al. (2013) dengan judul

“Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi Dengan Tipe Explicit Instruction Pada Standar Kompetensi Menggunakanh hasil Pengukuran Listrik Di SMK Negeri 2 Surabaya“ dari penelitian ini diperoleh data dengan nilai thitung = 5,45 dan ttabel= 1,67. Karena thitung> ttabel, maka terjadi peningkatan prestasi hasil Belajar Siswa.

(30)

Sulistiani et al. (2015) melakukan penelitian berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Perawatan Baterai Siswa Kelas X TKR SMK Negeri 1 Puring Tahun pelajaran 2014/2015 dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 65% pada siklus I dengan nilai rata-rata 75 , dan 82% pada siklus II dengan nilai rata-rata 79 pada mata pelajaran perawatan baterai.

Hasmiati et al. (2012) berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Kelas VIII B SMP Negeri 2 Marawola dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa. Hal ini ditunjukan pada hasil siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 73,68 % serta daya serap klasikal sebesar 72,98 %. pada siklus II dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 89,47 % serta daya serap klasikal sebesar 85,26 %. Peningkatan ketuntasan belajar klasikal (KBK) dan daya serap klasikal (DSK) dari siklus I ke siklus II sebesar 21,43 % dan 16,82 %. Hasil observasi aktivitas siswa dan guru pada siklus I berada pada kategori cukup dan baik. Aktivitas siswa dan guru ini mengalami peningkatan pada siklus II yaitu berada pada kategori baik dan sangat baik.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan weak ekperiment dengan desain The static- group pretes-posttest design. Desain ini menggunakan secara utuh subjek yang telah

(31)

ditentukan, memberi Pretest, mengolah kondisi perlakuan pada satu kelompok, dan memberinya posttest (Fraenkel & Wallen, 2007). Desain penelitian yang digunakan sebagai berikut:

O1 X1 O2 O1 X2 O2 Pretest Perlakuan Posttest

(Sumber Fraenkel & Wallen, 2007) Keterangan:

O1 : Pretest O2 : Posttest

X1 : Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi

X2 : Pembelajaran Kooperatif Tipe Explicit Instruction

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April tahun 2016.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Daniel HKBP Rumbai yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah seluruh siswa 48 orang . Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Terpilih VII1 sebagai kelas Artikulasi dan kelas VII2 sebagai kelas Explicit Instruction.

3.4 Parameter Penelitian

Hasil belajar siswa, Aktivitas siswa, Aktivitas guru

(32)

3.5 Instrumen Penelitian

Perangkat Pembelajaran dalam Penelitian ini adalah:

3.5.1 Silabus IPA SMP kelas VII

Silabus IPA adalah perencanaan pembelajaran IPA yang terdiri dari standar kompetensi kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, sumber, alat dan bahan ajar. Silabus ini merupakan pembelajaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

3.5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan pegangan bagi guru untuk menyiapkan, menyelenggarakan dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar dan pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Pada Standar Kompetensi (SK) ke-4 Menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi perilaku menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Kompetensi Dasar (KD) 3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup

3.5.3 Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan aktivitas guru selama belajar mengajar berlangsung.

3.5.4 Lembar Tes

Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah dilaksanakan. Test hasil belajar berupa pretest dan posttest (lembar soal dengan jumlah soal yang diujikan sebanyak 30 soal pilihan ganda dengan 4 option yaitu a, b, c, d. Untuk mengetahui kualitas dari soal dapat dilakukan langkah-langkah berikut :

3.5.4.1 Validitas Butir Soal

(33)

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total.

Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment (Arikunto, 2011) sebagai berikut :

 

2 2

 

2

 

2

:

   

Y Y

N X X

N

Y X XY

rXY N

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variable x dan variable y X : Skor butir soal

Y : Skor total N : Jumlah subjek

Interprestasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1

Kategori Validitas Butir Soal

Koefisien Kategori

0.80 < rxy ≤ 1.00 Sangat Tinggi 0.60 < rxy ≤ 0.80 Tinggi 0.40 < rxy ≤ 0.60 Cukup 0.20 < rxy ≤ 0.40 Rendah 0.00 ≤ rxy ≤ 0.20 Sangat Rendah (Sumber : Arikunto, 2011)

(34)

Hasil uji validitas 60 butir soal yang dibagi menjadi 5 indikator dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Soal

No Indikator Katagori Jumlah Nomor Soal

1

Mendeskrisikan pengertian polusi/pencemar an air, tanah, udara, suara

Valid 10 2,3,4,5,6,7,8,9,10,12 Tidak

valid 4 1,11

2

Menjelaskan penyebab terjadinya pencemaran tanah, udara, air dan suara

Valid 9

13,14,16,17,18,19,21,23, 24

Tidak

valid 3 15,20,22

3

Menjelaskan pengaruh pencemaran air, udara dan tanah kaitannya dengan aktifitas manusia dan upaya

mengatasinya

Valid 5 26,28,31,34,36

Tidak

valid 7 25,27,29,30, 32,33,35

4

Menjelaskan dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan-bahan kimia bagi lingkungan di sekitarnya

Valid 10 38,40,41,42,43,44,45,46, 47,48

Tidak

valid 2 37,39

5

Mengusulkan cara

penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan

Valid 8 50,51,52,54,55,56,58,59 Tidak

valid 4 49,53,57, 60

(35)

(Sumber: Penghitungan Anates, 2016)

Kategori validasi butir soal yang dibagi menjadi 5 indikator dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Kategori Validasi Butir Soal

No Indikator Kategori Jumlah Nomor soal

1

Mendeskrisikan pengertian

polusi/pencemaran air, tanah, udara, suara

Sangat rendah 1 11

Rendah 5 1,2,3,5,12

Cukup 6 4,6,7,8,9,10

Tinggi - -

Sangat tinggi - -

2

Menjelaskan penyebab terjadinya pencemaran tanah, udara, air dan suara

Sangat rendah 3 15,20,22

Rendah 2 14,17

Cukup 6 13,16,18,19,2

3,24

Tinggi 1 21

Sangat tinggi - -

3

Menjelaskan pengaruh pencemaran air, udara dan tanah kaitannya dengan aktifitas manusia dan upaya mengatasinya

Sangat rendah 4 27,29,32,35

Rendah 7 25,26,28,30,3

1,33,34,

Cukup 1 36

Tinggi - -

Sangat tinggi - -

4

Menjelaskan dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan-bahan kimia bagi lingkungan di sekitarnya

Sangat rendah - -

Rendah 5 37,38,39,

47,48

Cukup 7 40,41,42,43,4

4,45,46

Tinggi - -

Sangat tinggi - -

5

Mengusulkan cara penanggulangan pencemaran dan

Sangat rendah 3 49, 53, 60

Rendah 5 50,51,52,56,5

7

(36)

kerusakan lingkungan Cukup 4 54,55,58,59

Tinggi - -

Sangat tinggi - -

(Sumber: Penghitungan Anates, 2016)

3.5.4.2 Reliabilitas

Suatu alat ukur (instrument) memiliki reliabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), kapanpun dan dimanapun berada (Arikunto, 2011). Reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan metode Kuder Richardson-21 (KR-21) dengan rumus:

(

) ( ) Keterangan :

R11 : Reliabilitas instrument

k : Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan M : Skor rata-rata

Vt : Varians total

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dibandingkan dengan rtabel dengan kaidah keputusan, jika r11 > rtabel berarti reliabel dan jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel. Kemudian hasil perhitungan tersebut ditafsirkan dan diinterprestasikan mengikuti tabel dibawah ini:

Tabel 3.4

Kategori Reliabilitas Butir Soal

Koefisien Kategori

0.80 < r11 ≤ 1.00 Sangat Tinggi 0.60 < r11 ≤ 0.80 Tinggi 0.40 < r11 ≤ 0.60 Cukup 0.20 < r11 ≤ 0.40 Rendah

r11 ≤ 0.20 Sangat Rendah (Sumber : Arikunto, 2011)

(37)

Dari hasil perhitungan didapatkan reliabilitas hasil belajar r11 = 0.92 lebih besar dari rtabel = 0.36 maka keputusannya adalah reliabel. Apabila diklasifikasikan berdasarkan kategori pada Tabel 3.4 diatas, maka hasil reliabilitas ini terkategori sangat tinggi.

3.5.4.3 Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran dari setiap item soal dihitung dengan menggunakan persamaan (Arikunto, 2011) sebagai berikut :

P : B JS Keterangan :

P : Indek Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.5 dibawah ini:

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Kesukaran

Koefisien Kategori

0.00 < TK ≤ 0.30 Sukar 0.30 < TK ≤ 0.70 Sedang 0.70 < TK ≤ 1.00 Mudah (Sumber : Arikunto, 2011)

Hasil uji coba tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran

No Indikator Kategori Jumlah Nomor soal

1 Mendeskrisikan pengertian

polusi/pencemaran air, tanah, udara, suara

Sukar - -

Sedang 11 1,2,3,5,6,7,8,9,10, 11,12

Mudah 1 4

2 Menjelaskan penyebab terjadinya pencemaran tanah, udara, air dan suara

Sukar - -

Sedang 12 13,14,15,16,17,18, 19,20,21,22,23,24

Mudah - -

(38)

(Sumber: Penghitungan Anates, 2016) 3.5.4.3 Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi test atau daya pembeda (D).

Daya pembeda dihitung dengan rumus (Arikunto, 2011) :

Keterangan :

J : Jumlah peserta tes

JA : Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)

3 Menjelaskan pengaruh pencemaran air, udara dan tanah kaitannya dengan aktifitas manusia dan upaya mengatasinya.

Sukar - -

Sedang 12 25,26,27,28,29,30, 31,32,33,34,35,36

Mudah - -

4 Menjelaskan dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan-bahan kimia bagi lingkungan di sekitarnya

Sukar - -

Sedang 12 37,38,39,40,41,42, 43,44,45,46,47,48

Mudah - -

5 Mengusulkan cara penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan

Sukar 4 54,56,58,59

Sedang 8 49,50,51,52,53,55, 57, 60

Mudah - -

(39)

PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.

Kategori daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.7 dibawah ini : Tabel 3.7

Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0.00 < DP≤ 0.20 Jelek (poor) 0.20 < DP ≤ 0.40 Cukup (satisfactory) 0.40 < DP ≤ 0.70 Baik (good) 0.70 < DP ≤ 1.00 Baik Sekali (excellent) (Sumber : Arikunto, 2011)

Hasil uji coba daya pembeda butir soal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Hasil Uji Coba Daya Pembeda Butir Soal

Kategori Jumlah Nomor soal

Jelek (poor) 11 11,20,25,26,29,32,35,49,53,60 Cukup (satisfactory) 34

1,2,5,9,12,13,15,17,22,27,30,31,33 ,34,37,

39,46,47,48,50,55,56,57,58,59 Baik

(good) 12 3,4,6,7,8,10,14,16,18,19,23,24,28, 36,38,40,42,43,51,52,54

Baik Sekali (excellent) 3 21,41,44,45

(Sumber: Penghitungan Anates, 2016)

Hasil analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda, maka diperoleh karakteristik instrument secara keseluruhan.

Tabel 3.9

(40)

Rekapitulasi Soal yang digunakan dalam penelitian

No Indikator Jumlah Soal

1

Mendeskrisikan pengertian

polusi/pencemaran air, tanah, udara, suara

6 2,3,4,6,9,10 2

Menjelaskan penyebab terjadinya pencemaran tanah, udara, air dan suara

7

13,14,16,17,18, 20,24

3

Menjelaskan pengaruh pencemaran air, udara dan tanah kaitannya dengan aktifitas manusia dan upaya mengatasinya.

5 26,28,31,34,36

4

Menjelaskan dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan-bahan kimia bagi lingkungan di sekitarnya

6 38,41,42,43,45,46

5

Mengusulkan cara penanggulangan pencemaran dan kerusakan

lingkungan

6 51,54,55,56,58,59 (Sumber : Pengolahan Data Program Anates, 2016)

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.6.1 Tahap Persiapan

Melakukan Observasi kesekolah dan guru bidang studi dan menentukan jadwal penelitian, Penyusunan proposal setelah melakukan observasi kesekolah, Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus dan RPP, Menetapkan materi pembelajaran tentang pencemaran lingkungan, Menentukan kelas yang menggunakan Artikulasi dan Explicit Instruction.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Guru terlebih dahulu memberikan soal pretest sebelum memulai pembelajaran kepada kedua kelas tersebut, selanjutnya guru menggunakan model pembelajaran Artikulasi dan Explicit Instruction pada kelas berbeda yang

(41)

telah ditentukan. Akhir dari proses pembelajaran, guru memberikan posttest kembali kepada kedua kelas tersebut.

3.6.3 Tahap Penyusunan Laporan

Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang telah terkumpul dan dilakukan perhitungan skor, perhitungan N-Gain, selanjutnya dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan apabila data berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan perhitungan dengan statistik parametrik yaitu salah satunya dengan uji-t dan jika tidak berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan perhitungan dengan statistik non parametrik yaitu pada penelitian ini menggunakan U Mann-Whitney (Sugiyono, 2009).

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini digunakan instrument test hasil belajar siswa yang diberikan pada awal dan akhir pembelajaran (pretest dan posttest) dan hasil lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan pada siswa kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai. Data hasil pretest dan posttest, dianalisis untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa, antara kelas yang menerapkan pembelajaran Artikulasi dengan kelas yang menerapkan pembelajaran Explicit Instruction pada Siswa kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai Tahun Ajaran 2015/2016.

3.8.1 Perhitungan N-Gain

Gain adalah selisih antara nilai pretest dan posttest,sedangkan N-Gain menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Rumus uji N-Gain (Meltzer, 2002). Sebagai berikut

(42)

Keterangan:

Spost : Skor posttest Spre : Skor pretest

Smaks : Skor maksimum ideal

Kategori Perolehan Skor N-Gain dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3

Kategori Perolehan Skor N-Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0.3 < g ≤ 0.7 Sedang

g ≤ 0.3 Rendah

(Sumber :Meltzer, 2002) 3.8.2 Uji Normalitas

Dalam analisis data diperlukan analisis regresi, karena metode regresi merupakan salah satu metode analisis parametik. Normalitas data dapat diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah uji Kolmogorov Smirnov (KS-21). Rumus Kolmogorov Smirnov (Wulandari, 2010) adalah :

KS : | Fn(Yi-1) –Fo(Yi) | Keterangan:

KS : Nilai KShitung

Fn(Yi-1) : Frekuensi persentasi komulatif pada waktu sebelum i Fo(Yi) : Frekuensi data sebaran normal pada saat i

Jika nilai KShitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai KStabel. Jika nilai KShitung < KStabel maka terima Ho artinya data model regresi

N-Gain : S post – S pre

S maks- S pre

(43)

sederhana atau regresi berganda mengikuti sebaran normal. Dan sebaliknya jika nilai KShitung > KStabel maka tolak Ho, artinya data model regresi sederhana atau regresi berganda tidak mengikuti sebaran normal (Wulandari, 2010).

3.8.3 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui keseragaman data.

Dalam analisis regresi data penelitian yang baik harus mempunyai sebaran data yang homogen dan Uji yang digunakan untuk mengujinya adalah uji levene (levene test).

Rumus levene test adalah (Wulandari, 2010) :

Keterangan:

L : Nilai Levene hitung X : Nilai data residual ̅ : Rata-rata data residual N : Jumlah sampel K : Jumlah kelompok

Nilai Levene yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tabel atau dapat juga menggunakan nilai perbandingan signifikan dengan alpha 5 %. Jika nilai Levene hitung <Levene tabel atau p value> 5%, maka data regresi sederhana atau regresi berganda mempunyai ragam yang homogeny. Dan sebaliknya jika nilai Levene hitung > Levene tabel atau p Value< 5 % maka data regresi sederhana atau regresi berganda mempunyai ragam yang tidak homogeny Dan sebaliknya jika nilai Levene besar Levene tabel atau P Value< 5 % maka data regres sederhana atau regresi berganda mempunyai ragam yang tidak homogen.

3.8.4 Uji-t

(44)

Sugiyono (2009) menyatakan menguji hipotesis dengan rumus uji-t dibawah ini :

̅̅̅ ̅̅̅

√ Keterangan :

̅̅̅ : Rata-rata posttest kelompok eksperimen : Varians posttest kelompok eksperimen : Varians posttest kelompok kontrol n : Jumlah sampel

Dari data hasil pretest dan posttest jika data berdistribusi normal dan hormogen maka dianalisis dengan statistik parametrik yaitu uji-t dan jika data tidak berdistribusi normal dan hormogen maka dianalisis dengan statistik non parametrik yaitu U Mann-Whitney. U Mann-Whitney Test merupakan alternative lain untuk menguji beda dari dua sampel. Uji U Mann-Whitney tidak memerlukan asumsi distribusi normal dan hormogen, yang diperlukan hanya data kontiniu dan mempunyai skala ordinal. Rumus U Mann-Whitney (sugiyono, 2009) adalah :

Rumus 1:

Rumus 2 :

Keterangan:

n1 : Jumlah sampel 1 n2 : Jumlah sampel 2 U1 : Jumlah peringkat 1 U2 : Jumlah peringkat 2

R1 : Jumlah rangking pada sampel 1 R2 : Jumlah rangking pada sampel 2

(45)

3.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan antara kelas yang menerapkan Model Pembelajaran Artikulasi dengan kelas yang menerapkan Model Pembelajaran Explicit Instruction Pada siswa kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai Tahun Ajaran 2015/2016.

H1 : Terdapat perbedaan hasil siswa pada materi pencemaran lingkungan antara kelas yang menerapkan Model Pembelajaran Artikulasi dengan kelas yang menerapkan Model Pembelajaran Explicit Instruction Pada siswa kelas VII SMP Daniel HKBP Rumbai Tahun Ajaran 2015/2016.

3.10 Alur Penelitian

Observasi

(46)

3.1 Gambar alur penelitian

3.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian disajikan dalam tabel berikut : Penyusunan Proposal

Pembuatan Instrumen, Silabus, RPP, Lembar Observasi dan Soal

Uji coba kelayakan butir soal

Pretest

Pembelajaran percermaran lingkungan dengan Explicit Instruction Pembelajaran

percermaran lingkungan dengan

Artikulasi

Observasi Aktivitas Siswa dan Guru

Posttest

Analisis Data

Kesimpulan

(47)

Tabel 3.4

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Tahun

2016

2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pengajuan judul

2 Penyusunan proposal

3 konsultasi

4 Penyusunan instrument

3 Seminar proposal

4 Pengumpulan data

5 Pengelohan data

6 Penyususnan skripsi

7 Seminar hasil

8 Seminar skripsi

9 Revisi

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pretest

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 25-30 April 2016 di kelas VII1 sebagai kelas Artikulasi dan VII2 sebagai kelas Explicit Instruction diperoleh rekapitulasi data pretest sebagai berikut:

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Nilai Pretest No Kelas

n

Nilai

Rerata Ideal Minimum Maksimum

1. Artikulasi 24 100 16.67 53.33 34.03

2. Explicit

Instruction 24 100 20.00 50.00 34.17 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat jumlah siswa kelas Artikulasi sebanyak 24 siswa sedangkan kelas Explicit Instruction sebanyak 24 siswa. Nilai minimum pretest kelas Artikulasi adalah 16.67 dan kelas Explicit Instruction adalah 20.00.

Nilai maksimum pretest kelas Artikulasi adalah 53.33 dan kelas Explicit Instruction adalah 50.00. Rerata pretest kelas Artikulasi adalah 34.03 dan kelas Explicit Instruction adalah 34.17. Skala atau nilai ideal untuk nilai pretest adalah 100.

Perbandingan rerata pretest kelas Artikulasi dan kelas Explicit Instruction juga dapat dilihat pada diagram batang berikut:

Gambar 4.1 Diagram Batang Perbandingan Rerata Nilai Pretest

34.03 34.17

0 20 40 60 80 100

Artikulasi Explicit instruction

RerataPretest

Gambar

Gambar 4.1 Diagram Batang Perbandingan Rerata Nilai Pretest
        Gambar 4.2  Diagram Batang Perbandingan Rerata Nilai Posttest            Kelas Artikulasi dan Kelas Explicit Instruction
Tabel 4.15  Rekapitulasi Aktivitas Guru  Pertemuan
Tabel 2.4  kuat lemahnya suara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap hasil belajar fisika siswa

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : apakah dengan menggunakan Media Model Rangka Manusia dapat meningkatkan prestasi belajar

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menerapkan model

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu Bagaimanakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti akan penelitian yang berjudul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah pengembangan model pembelajaran advance organizer pada pelajaran

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan

Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah hasil belajar sejarah siswa