• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBATALAN PERKAWINAN

LARANGAN, PENCEGAHAN, DAN PEMBATALAN DALAM PERNIKAHAN

C. PEMBATALAN PERKAWINAN

Pembatalan perkawinan adalah upaya untuk tidak melangsungkan pernikahan karena alasan-alasan tertentu. Secara umum, pembatalan dilakukan karena alasan salah satu persyaratan dan rukun pernikahan yang tidak terpenuhi. Selain itu, pembatalan juga dilakukan karena alasan adanya larangan pernikahan yang dilanggar. Pembatalan pernikahan dalam hukum Islam dikenal dengan istilah fasakh.

Pembatalan pernikahan akan memberi dampak positif dan membawa kemaslahatan bagi suami dan istri, karena pada hakikatnya jika pernikahannya tidak dibatalkan, maka akan terjadi bahaya dan kemudaratan yang dihadapi keduanya. Menurut Undang-undang No.

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 23, pembatalan pernikahan dapat diajukan oleh beberapa pihak berikut:

Yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan yaitu:

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri;

b. Suami atau istri;

c. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan;

d. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) Pasal 16 undang-undang ini dan setiap orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.14

Pembatalan pernikahan terbagi menjadi tiga macam, yaitu

13 Penjelasan ini disebutkan dalam KHI Pasal 68. Lihat Mardani, Kumpulan Peraturan tentang Hukum Islam di Indonesia. 146.

14 Ibid., 74.

batal mutlak, dapat dibatalkan, dan batal demi hukum.15 Rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Batal mutlak

Batal mutlak maksudnya adalah pernikahan yang salah satu syarat atau rukunnya sudah pasti tidak terpenuhi. Ketika salah satu syarat atau rukun tidak terpenuhi, maka pernikahan dinyatakan batal mutlak.16

2. Batal demi hukum

Dalam hal ini KHI menyebutnya dengan istilah batal. Pernikahan batal demi hukum karena alasan bertentangan dengan hukum Islam. Pada dasarnya tanpa adanya pembatalan pernikahan, status hukumnya tidak sah. Akan tetapi adanya pembatalan ini ditujukan untuk mencabut dan menghapus data pernikahan yang telah ada di KUA. Karena sebelum adanya pembatalan ini maka secara administratif kedua mempelai suami istri masih dianggap sebagai pasangan suami istri sehingga keduanya tidak boleh melangsungkan pernikahan dengan orang lain. Selain itu, karena status pernikahannya sejak awal dianggap tidak sah, maka keduanya tidak boleh melakukan hubungan seksual karena hal tersebut dianggap perzinaan. Menurut KHI Pasal 70, maka pernikahan batal disebabkan hal-hal berikut:

a. Suami melakukan perkawinan, sedang ia tidak berhak melakukan akad nikah karena sudah mempunyai empat orang istri sekalipun salah satu dari keempat istrinya dalam iddah talak raj’i;

b. Seseorang menikah bekas istrinya yang telah di-li’an-nya;

c. Seseorang menikah bekas istrinya yang pernah dijatuhi tiga kali talak olehnya, kecuali bila bekas istri tersebut pernah menikah dengan pria lain kemudian bercerai lagi ba`da al dukhul dan pria tersebut dan telah habis masa iddahnya;

d. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai

15 Indah Purbasari, Hukum Islam Sebagai …, 123.

16 Ibid.

hubungan darah; semenda dan sesusuan sampai derajat tertentu yang menghalangi perkawinan menurut Pasal 8 Undang-undang No.1 Tahun 1974, yaitu:

1) berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas.

2) berhubungan darah dalam garis keturunan menyimpang yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orangtua dan antara seorang dengan saudara neneknya.

3) berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu atau ayah tiri.

4) berhubungan sesusuan, yaitu orangtua sesusuan, anak sesusuan dan bibi atau paman sesusuan.

e. Istri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan dan istri atau istri-istrinya.17

3. Dapat dibatalkan

Perkawinan dapat dibatalkan yaitu apabila ada perkawinan yang pada asalnya sah, akan tetapi setelah terjadinya perkawinan diketahui ada hal-hal yang menyebabkan perkawinan dibatalkan.

Dalam kondisi seperti ini, status perkawinan tidak batal secara otomatis melainkan harus ada pemohonan terlebih dahulu ke Pengadilan Agama dan pemohon harus bisa membuktikan dalil dan buktinya. Ketika permohonannya bisa dibuktikan, maka perkawinan bisa dibatalkan. Dalam KHI Pasal 71 disebutkan aturan bahwa perkawinan dapat dibatalkan apabila:

a. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama;

b. Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih menjadi istri pria lain yang mafqud;

c. Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dan suami lain;

d. Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan

17 Mardani, Kumpulan Peraturan tentang …, 147-148.

sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974;

e. Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak;

f. Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan.18

RANGKUMAN

1. Larangan Perkawinan. Salah satu aturan penting berkenaan dengan calon pasangan adalah laki-laki dilarang menikah dengan mahramnya. Aturan ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’

ayat 23 dan selanjutnya disimpulkan dalam KHI Pasal 39-44.

2. Salah satu larangan pernikahan adalah adanya hubungan mahram antara suami dan istri. Mahram ada tiga macam, yaitu kekerabatan, mahram karena pertalian kerabat semenda, mahram karena pertalian persusuan. Selain karena alasan mahram, laki- laki juga dilarang melakukan pernikahan karena beberapa alasan tertentu yang disebutkan dalam KHI Pasal 40-44.

3. Pencegahan perkawinan ini pada dasarnya adalah aturan lanjutan dari larangan perkawinan yang telah dibahas sebelumnya.

Artinya, jika ada laki-laki mau menikahi perempuan yang dilarang sebagaimana dijelaskan dalam KHI Pasal 39-34, maka pernikahan tersebut harus dicegah karena tidak sesuai dengan aturan agama yang tertera dalam al-Qur’an dan hadis, dan juga melanggar aturan pemerintah sebagaimana tertuang dalam KHI. Adanya pencegahan ini pada hakikatnya untuk membawa kemaslahatan bagi kedua pasangan, suami dan istri.

4. Pembatalan pernikahan adalah upaya untuk tidak melangsungkan pernikahan karena alasan-alasan tertentu. Pembatalan dilakukan karena alasan salah satu persyaratan dan rukun pernikahan yang tidak terpenuhi. Selain itu, pembatalan juga dilakukan karena

18 Ibid.,148.

alasan adanya larangan pernikahan yang dilanggar. Pembatalan pernikahan akan memberi dampak positif dan membawa kemaslahatan bagi suami dan istri, karena pada hakikatnya jika pernikahannya tidak dibatalkan, maka akan terjadi bahaya dan kemudaratan yang dihadapi keduanya.

LATIHAN

1. Jelaskan larangan pernikahan menurut KHI dan fikih, serta apa tujuannya?

2. Jelaskan alasan-alasan boleh melakukan pencegahan menurut KHI dan apa tujuannya?

3. Jelaskan alasan-alasan boleh melakukan pembatalan menurut KHI dan apa tujuannya?

4. Lakukan penelitian singkat dengan tipe studi kasus di Pengadilan Agama terkait kasus pencegahan atau pembatalan pernikahan, lalu analisislah sesuai materi yang sudah dibahas!

DAFTAR PUSTAKA

Mardani. Kumpulan Peraturan tentang Hukum Islam di Indonesia.

Jakarta: Prenadamedia Group, 2013.

Muhibbutthabry. “Poligami dan Sanksinya menurut Perundang- undangan Negara-negara Modern”. Jurnal Ahkam, Vol. XVI, No. 1. Januari 2016.

Nawawi, Muhammad. Taushih ‘ala ibni qasim. Surabaya: Mahkota, tt.

Purbasari, Indah. Hukum Islam Sebagai Hukum Positif di Indonesia.

Malang: Setara Press, 2017.

Rushd, Ibn. Bidayah al-Mujtahid, juz 2. Surabaya: al-Hidayah, tt.

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah juz 1I. Kairo: al-Fathu li al-I’lam al-

‘arabi, tt.

BAB VII

DISPENSASI DAN IZIN DALAM HUKUM