• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMINANGAN, SYARAT, HALANGAN DAN AKIBAT HUKUM

BAB IV

PEMINANGAN, SYARAT, HALANGAN DAN

itu, keaktifan mahasiswa-mahasiswi menjadi kunci utama, baik aktif dalam mengeksplorasi gagasan maupun memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

URAIAN MATERI

A. PENGERTIAN PEMINANGAN/PERTUNANGAN

Kata peminangan berasal dari kata “pinang”, meminang” (kata kerja). Meminang sinonimnya adalah melamar. Menurut etimologi, meminang atau melamar artinya (antara lain) “meminta wanita untuk dijadikan istri (bagi diri sendiri atau orang lain)”.1 Menurut terminologi, peminangan ialah “kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita.2 atau “seorang laki-laki meminta kepada seorang perempuan untuk menjadi istrinya, dengan cara-cara umum yang berlaku di tengah- tengah masyarakat”.

Peminangan atau pertunangan dalam bahasa Arab disebut

khitbah” yang berarti bicara. Khitbah bisa diartikan sebagai ucapan yang berupa nasehat, ceramah, pujian, dan lain sebagainya. Pelaku khitbah disebut khatib atau khitb, yaitu orang yang mengkhitbah perempuan.3 Dengan kata lain adalah proses melamar laki-laki kepada seorang perempuan untuk menyatakan niat ingin menikahi perempuan tersebut. Sedangkan dalam Pasal 1 Bab 1 Kompilasi Hukum Islam memberi pengertian bahwa yang dimaksud peminangan ialah kegiatan-kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita.4

Menurut Imam Asy-Syarbiniy, khitbah adalah permintaan seorang lelaki kepada seorang wanita untuk menikah dengannya.

1 Dep. Dikbud, Kamus Bahasa Indonesia cet. Ke-3, edisi ke-2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 556.

2 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), 73-74.

3 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, jilid 3 (Beirut: Dar al-Fikr, 1983), 20.

4 Kompilasi Hukum Islam (Bandung: Nuansa Aulia, 2008), 1.

Khitbah mempunyai arti menunjukan (menyatakan) permintaan perjodohan dari seorang laki-laki pada seorang perempuan, atau sebaliknya dengan perantara seorang yang dapat dipercaya.5 Dengan demikian, sejatinya peminangan tidak harus diawali oleh pihak laki- laki. Peminangan memungkinkan dilakukan oleh pihak perempuan melalui cara-cara atau perantara yang tetap mengedepankan prinsip penghormatan hak masing-masing pihak.

Peminangan merupakan pendahuluan perkawinan, yang disyari’atkan sebelum ada ikatan suami istri dengan tujuan agar waktu memasuki perkawinan didasarkan kepada penelitian dan pengetahuan serta kesadaran masing-masing pihak.

Sebagaimana Sayyid Sabiq mendefinisikan khitbah adalah:

اهبلط يأ� ,ةبطخو ابطخ اهبطخي ةأ�رمل� بطخ :لاقي ,ةسلج و ةدعقك ةلعف :ةبطخل�

هلل� اهعرش دقو .ج�وزل� تامدقم نم ةبطخل�و ,سانل� نيب ةفورعمل� ةليسولاب ج�وزلل ج�وزل� ىلع م�دق�ل� نوكيو ,هبحاص نيجوزل� نم لك فرعيل ةيجوزل� دقعب طابتر�ل� لبق .ةريصب و ىده ىلع

“Khitbah sebagai suatu upaya untuk menuju perkawinan dengan cara-cara yang umum berlaku di masyarakat. Khitbah merupakan pendahuluan dari perkawinan dan Allah telah mensyari’atkan kepada pasangan yang akan menikah untuk saling mengenal. Khitbah merupakan tahapan sebelum perkawinan yang dibenarkan oleh syara’

dengan maksud agar perkawinan dapat dilaksanakan berdasarkan pengetahuan serta gambaran dan penelitian masing-masing pihak.6” Jadi, peminangan atau pertunangan merupakan langkah awal yang disyariatkan sebelum melangsungkan perkawinan dengan tata cara yang baik sesuai dengan tuntunan agama atau adat setempat. Hal ini bertujuan agar pasangan yang akan menikah baik dari keluarga

5 Syarbiniy, Syamsuddin Muhammad Ibnu Al-Khatib, Mugni Al-Muhtaj Ila Ma’rifati Ma’aniy Al-Fazil Minhaj, Juz 3 (Beirut: Dar Al-Ma’rifah, 1997), 74.

6 Sayyid Sabiq, Kitab Fiqh Sunnah (Beirut: Darul Kutub Arabi), 24.

pihak laki-laki maupun perempuan bisa saling mengenal. Bagi calon suami, dengan melakukan khitbah (pinangan) akan mengenal empat kriteria calon istrinya, seperti diisyaratkan sabda Rasulullah SAW:

اهبسحلو اهلامل عبر�ل ةأ�رمل� حكنت لاق معلص يبنل� نع هنع هلل� يضر ةريره ىب� نع }هيلع قفتم{ ك�دي تبرت نيدل� ت�ذبرفظاف اهنيدلو اهلامجلو

Riwayat dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: ”kawinlah wanita karena empat hal, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, maka akan memelihara tanganmu.” (muttafaq ‘alaihi) Jadi berdasarkan hadis tersebut sudah jelas tentang kriteria calon istri atau suami yang baik untuk dinikahi. Pasangan yang baik agamanya akan mampu membina rumah tangga yang baik sehingga menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah seperti yang disyariatkan dalam agama.

Dalam proses peminangan, tidak sedikit seorang laki-laki yang akan meminang seorang perempuan dengan memberikan hadiah baik berupa cincin atau uang sebagai “wathiqah” ikatan untuk memperkokoh hubungan baru antara mereka dan juga sebagai bukti keseriusan dalam menuju proses perkawinan.7 Jadi melalui pinangan ini, kedua belah pihak bisa saling mengerti kondisi masing-masing, sehingga dalam kehidupan rumah tangga mereka nantinya bisa saling menyesuaikan diri dan keharmonisan rumah tangga yang diinginkan Islam dapat mereka ciptakan.

Dengan adanya ikatan pertunangan/perjanjian untuk menikah maka berlakulah ketentuan syariat baik pihak yang dipinang atau yang meminang yaitu kewajiban untuk memenuhi perjanjian yang telah disepakati, terutama untuk melangsungkan perkawinan.8 Prinsip dalam peminangan adalah bahwa perempuan yang dipinang tetap merupakan orang lain bagi laki-laki yang meminang sehingga

7 Ibnu Hajar Al Haitami, Tuhfatul Muhtaj, Juz 9 (Bairut: Darul Kutub Ilmiah, 1996), 26.

8 Ibnu Hajar Al Asqolani, Fathul Bari Maktabah Syamilah Juz 9, 178.

terlaksananya akad perkawinan yang sah. Dalam masa pertunangan tersebut, maka kedua belah pihak juga dilarang untuk mengadakan hubungan dengan pihak lain yang bermaksud untuk melakukan pertunangan. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis:

ّنإاف نظل�و مكاّيإ� لاق ملسو هيلع هلل� يلص يبنل� نع رثأاي ةريره وبأ� لاق لاق جرعأ�لل� نع

بطخي �لو ان�وخإ� �ونوكو �وضغابت �لو �وسسحت �لو �وسسجت �لو ثيدحل� بذكأ� ّنظل�