BAB 5 PEMBAHASAN
5.3 Pemeriksaan PDGF dan Fibrogenesis
Pada penelitian ini , 90% subjek berusia lebih dari 45 tahun, namun pada kelompok A-PRF + AH tidak terjadi gangguan pelepasan VEGF oleh granula- trombosit.
Menurut Taniguchi et al.140 , beberapa growth factor yang dihasilkan oleh PRF akan menurun sebanding dengan peningkatan usia di atas 45 tahun, seperti PDGF BB dan IGF-1, namun disebutkan tidak terjadi penurunan yang bermakna untuk pelepasan VEGF dari PRF pada penyandang DMT2 usia diatas 45 tahun.
menunjukkan adanya penurunan bermakna jumlah PDGF ( p = 0,049) dibandingkan pada usia < 45 tahun.
Pada penelitian Jones141, disebutkan pengaruh usia > 55 tahun terhadap fungsi trombosit karena mRNA diferensial dan ekspresi microRNA, peningkatan stres oksidatif serta perubahan reseptor trombosit. Hal tersebut akan berkaitan dangan dengan jumlah beberapa growth factor yang dihasilkan oleh trombosit antara lain PDGF.
Diabetes sangat berpengaruh pada kadar PDGF karena mikroangiopati sangat berperan pada penurunan PDGF. Studi lain oleh Feng Wu137 menggunakan tikus diabetes diinduksi streptozotocin yang dibuat iskemia pada tungkai bawah menunjukkan adanya ekspresi PDGF-BB menurun sebesar 40−50% akibat diabetes dan iskemia pada tungkai.
Pada penelitian invitro oleh Ariyati et al.132 dilaporkan campuran PRF dengan AH 3% meningkatkan pelepasan TGF-β, PDGF-BB dan FGF. Pada kombinasi A-PRF + AH, AH yang bercampur dengan A-PRF, dapat menyebabkan trombosit lebih permeabel sehingga memicu pelepasan growth factor oleh -granula. Di samping itu kombinasi AH+A-PRF akan terikat ke CD44 dan ikatan tersebut meningkatkan MAP kinase serta reseptor TGF-β1. Sifat reseptor TGF -β1 terhadap jaringan granulasi adalah menginduksi fibrogenesis.
Faktor lain yang dapat menjelaskan kadar PDGF yang tidak meningkat pada penelitian ini adalah penggunaan konsentrasi AH yang tidak optimal, sehingga PDGF yang dihasilkan oleh PRF+AH menjadi kurang optimal. Pada awal proposal referensi yang digunakan adalah penelitan oleh Ilio22, yaitu perbandingan AH: PRP adalah 0,6 mL: 1 mL. Pada penelitian ini yang menggunakan subjek DM, kombinasi A-PRF + AH menggunakan AH 0,2% 15 g (0,075%) untuk terapi topikal LKD.
Untuk pengambilan bahan pemeriksaan PDGF dengan metode ELISA didapatkan dari swab LKD pada hari ke-0, ke-3 dan ke-7.
Penelitian invitro terbaru tahun 2019 oleh Ariyati et al.143 penggunaan kombinasi AH dengan berbagai konsentrasi masing-masing sebesar 3%, 4% dan 10%
ditambahkan pada PRF pasien non DM, menunjukkan ternyata konsentrasi AH 3%
merupakan konsentrasi AH optimal untuk mendapatkan pelepasan platelet-derived
growth factor (PDGF-BB) yang bermakna, setelah itu akan terjadi penurunan pada konsentrasi AH 4% dan 10% .Namun penggunaan lain kombinasi AH 3% pada Wharton Jelly Stem Cell-Conditioning Medium (WJSCs-CM) ternyata tidak meningkatkan PDGF dan b-FGF secara bermakna, hanya terjadi peningkatan bermakna.pada VEGF dan TGF-β1 saja. Sampai saat ini. dosis AH optimal untuk dikombinasikan dengan PRF pada pasien DMT2 belum pernah dilaporkan.
Menurut penelitian di bidang dermatology, kombinasi A-PRF dengan AH 3%, adalah konsentrasi optimal karena banyak growth factor dilepaskan. Namun penelitian tersebut dilakukan pada subjek non DM.
Studi in vitro mengonfirmasi bahwa PDGF-BB yang dilepaskan dari nanopartikel AH dalam 2 hari hanya 10% dan akan mencapai puncak setelah hari ke-7. Pada penelitian ini walaupun didapatkan peningkatan nilai rerata PDGF pada kelompok A-PRF + AH dari 1,9 pg/ mg protein menjadi 8,1 pg/mg protrein) , kelompok A- PRF ( 1,7 pg/ mg protein menjadi 5,4 pg/mg protrein) dan NaCl (1,9 pg/ mg protein menjadi 6,4 pg/mg protein) namun peningkatan tersebut tidak berbeda bermakna baik pada hari ke-3 maupun hari ke-7
Sampai saat ini belum didapatkan penelitian pendukung mengenai puncak optimal PDGF pada terapi topikal LKD dengan kombinasi PRF+AH. Penelitian oleh Heldin149 secara in vivo, PDGF dihasilkan platelet dan makrofag dan mencapai puncak hari ke-8. Namun penelitian ini pengambilan swab PDGF hanya pada hari ke-0, ke-3 dan ke-7 saja, sehingga belum terlihat peningkatan bermakna kelompok intervensi. Salah faktor yang berpengaruh pada peningkatan kadar PDGF adalah lamanya intervensi. Penelitian oleh Vokurka39 menjelaskan peran PDGF pada proses penyembuhan luka mulai meningkat secara bermakna pada hari ke-10 setelah intervensi awal peran tersebut terlihat pada fase epitelialisasi penyembuhan LKD.9 Penelitian lain invivo oleh Grotendorst 144 menunjukkan puncak pelepasan PDGF dari PRF terjadai pada hari ke-10−15. Pada saat tesebut terjadi peningkatan pembentukan jaringan kolagen. Kajian lain secara makroskopis oleh Tan145 terhadap tengaruh PDGF terhadap collagen juga menunjukkan PDGF mulai terlihat berperan pada pertumbuhan jaringan granulasi lebih cepat pada hari ke-7 sampai ke-15 hingga terjadi epitelialisasi penuh
Pada penelitian ini, pada kelompok A-PRF + AH, kadar PDGF belum meningkat bermakna pada hari ke-3 dan hari ke-7 karena pengaruh glukosa darah yang belum terkendali dan HbA1 C yang tinggi. Peningkatan resistensi insulin pada penyandang DM yang tidak terkendali akan menyebabkan hiperaktivasi platelet sehingga meningkatkan risiko trombosis karena adanya ikatan fibirinogen dan PAI-1.
Kondisi ini akan menghambat pelepasan growth factor oleh granula α yang terdapat pada trombosit. Pada DMT2 kronik dengan HbA1C yang tinggi akan terjadi penurunan PDGF dan FGF-2. Penelitian lain pada penyandang DMT2 dengan gangguan mikrovaskular, menemukan kadar FGF-2 dan PDGF-BB menurun secara bermakna. Namun pada keadaan hiperglikemia, VEGF malahan meningkat karena peningkatan aktivasi PKC (Protein kinase C) melalui peningkatan DAG (Diacyl glycerol). Hiperglikemia dapat memengaruhi penurunan PDGF melalui aktivasi jalur PKC Ө dan PKCε. Selain itu dapat juga memengaruhi faktor nuklea-kappa B (NF-κB), PI3K, PLCγ, Src /Jalur Smad1 / Col4, JAK / STAT, PI3K / Akt / mTOR, p38 MAPKSHP-1 dan ERK /Akt, yang pada intinya pengaruh faktor tersebut adalah hambatan pada migrasi dan proliferasi sel nendotel akibat adanaya efek inflamasi dan anti angiogenik.146
Pada awal intervensi LKD, keadaan inflamasi pada luka masih berlangsung sangat tinggi. Mannaioni150 menyebutkan adanya hubungan antara trombosit dan inflamasi vaskular dan respons imun. Pada proses inflamasi, P-selektin dan histamin akan diekspresikan pada permukaan trombosit sebagai respons terhadap rangsangan agregasi trombosit dan inflamasi. Ekspresi P-selektin dan histamin yang berperan meningkatkan inflamasi pada kasus inflamasi intravaskular dan vaskulitis secara aktif menghambat faktor pertumbuhan. Hal ini juga dapat memperkuat penelitian ini. Inflamasi pada hari ke-3 belum menurun menyebabkan fungsi PDGF yang belum optimal saat itu.
Hasil penelitian ini terhadap peningkatan kadar PDGF pada kelompok A-PRF+ AH tidak terdapat perbedaan yang bermakna dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian invivo pada tikus non DM. Didapatkan kadar PDGF terus meningkat sampai hari ke-14, sedangkan pada tikus DM, kadar PDGF meningkat namun tidak bermakna. 147,148
Pada penelitian ini pengamatan penanda PDGF hanya sampai hari ke-7, dimana pada waktu tersebut belum terjadi perubahan bermakna antara kelompok A-PRF + AH dengan kelompok lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian pada relawan DM, didapatkan PRFmelepaskan TGF-β1, PDGF-AB, FGF-2, dan VEGF dengan puncak pada hari ke-14.148
Walaupun banyak studi yang menunjukkan pengaruh yang bermakna kombinasi A- PRF + AH terhadap peningkatan PDGF, namun hasil penelitian ini belum menunjukkan kenaikan PDGF yang bermakna karena ada beberapa faktor yang berpengaruh seperti faktor usia, kontrol glukosa darah yang tidak terkendali, konsentrasi AH yang belum optimal dan lama pengamatan yang singkat.