• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penawaran Uang Tanpa Bank

Dalam dokumen View of EKONOMI MONETER (Halaman 87-90)

T EORI PENAWARAN UANG

A. Penawaran Uang Tanpa Bank

Teori-teori lama mengenai bagaimana uang beredar tercipta adalah sangat sederhana, dan menganggap seakan-akan perbankan tidak ada atau, kalau ada, tidak mempunyai pengaruh terhadap proses tersebut. Teori yang paling sederhana adalah merupakan gambaran dari sistem standar emas, di mana emas adalah salah satunya alat pembayaran. Uang beredar bisa turun apabila, misalnya, emas dikirim ke luar negeri untuk menutup defisit neraca pembayaran, yaitu untuk membayar barang-barang yang diimpor yang jumlahnya lebih besar daripada nilai barang-barang yang diekspor, atau karena industri-industri yang menggunakan emas dalam proses produksinya menyedot emas yang ada sehingga mengurangi jumlah emas yang tersedia untuk alat pembayaran. Jumlah uang beredar bisa naik apapbila ada surplus neraca pembayaran atau karena produksi emas meningkat (misalnya ditemukannya tambang baru) dan sebagainya.

Dalam sistem moneter seperti itu uang beredar benar-benar ditentukan oleh proses pasar, sedangkan Pemerintah bank sentral ataupun perbankan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya uang beredar. Semuanya serba "otomatis" dan sebenarnya tidak alasan bagi Pemerintah atau Otorita Moneter untuk melakukan campur tangan di pasar uang (yaitu melaksanakan "kebijaksanaan moneter"). Ambilah contoh, untuk sederhananya, suatu perekonomian tertutup yang menggunakan emas untuk alat pembayaran. Dalam hal ini penawaran uang hanya bertambah apabila orang memproduksi emas (baru).

Penawaran uang tidak bisa ditambah menurut kehendak Pemerintah, semuanya tergantung pada perilaku para produsen emas. Produksi emas memerlukan biaya untuk menambang, memurnikan dan sebagainya. Produsen emas akan memproduksi emas hanya apabila menguntungkan, yaitu, apabila harga emas di pasaran lebih tinggi dari

pada biaya produksinya. Sekarang, karena emas adalah alat pembayaran umum, maka harga emas naik berarti pula bahwa barang- barang turun, dan demikian pula sebaliknya. Apabila harga emas naik (atau harga barang turun), maka para produsen akan cenderung untuk menaikkan produksi emasnya (dan ini sesuai dengan hukum perilaku produsen pada umumnya dalam teori ekonomi makro). Selanjutnya ini berarti bahwa jumlah emas yang tersedia bertambah, dan sesuai dengan hukum pasar, hal ini kemudian akan cenderung menurunkan harga emas (atau menaikkan harga barang-barang). Sebaliknya, apabila harga emas turun (harga barang naik), produksi emas berkurang atau berhenti dan ini cenderung untuk menghentikan penurunan harga emas (atau kenaikan harga barang).

Jadi dalam dunia yang seperti itu, penawaran uang akan secara otomatis menyesuaikan diri dengan kebutuhan (permintaan) akan uang, sehingga harga meas (dus, harga barang) secara otomatis selalu mencapai kestabilannya. Dalam hal ini "Kebijaksanaan moneter" tidak diperlukan.

Versi yang sedikit lain dari ini adalah apabila digunakan 2 logam mulia sekaligus sebagai alat pembayaran (misalnya emas dan perak).

Dalam hal ini dalil suplai uang yang otomatis menyesuaikan terhadap permintaannya di atas tetap berlaku. Tetapi di samping itu ada satu dalil lagi yang berlaku. Dalil ini disebut Dalil Gresham atau Gresham’s law yang menyatakan bahwa: Uang logam yang dinilai terlalu tinggi dibanding dengan biaya poduksi (marginal)nya cenderung menggeser uang (logam) lainnya sebagai alat pembayaran. Atau menggunakan ungkapan dari Gresham sendiri yang terkenal: bad money drives out good money.

Berlakunya hukum ini bisa digambarkan dengan sebuah contoh.

Apabila misalnya Pemerintah menetapkan bahwa nilai mata uang yang terbuat dari 1 gram emas adalah dua kali nilai mata uang yang terbuat dari 1 gram perak, sedang biaya produksi 1 gram emas sebenarnya adalah tiga kali biaya produksi 1 gram, perak, maka "bad money" (perak) akan menggeser "good money" (emas) sebagai alat pembayaran. Orang akan cenderung menukarkan uang peraknya dengan uang emas yang

kemudian disimpannya atau dijualnya sebagai logam (bukan sebagai uang). Akhirnya hanya uang perak saja yang beredar.

Para ekonom Klasik, dalam perumusan teori kuantitatif mereka, umumnya belum terbebas dari bayangan bekerjanya sistem standar emas yang digambarkan di atas. Misalnya, dalam teori kuantitatif dari Irving Fisher, kita tidak memperoleh penjelasan bagaimana proses dari terjadinya pertambangan jumlah uang beredar. Pertambahan uang otomatis sampai dan tersebar di tangan masyarakat tanpa ada ceriteranya bagaimana bisa sampai kesana. (dalam sistem standar emas, kenaikan produksi emas dianggap mencapai saku para warga melalaui proses ekonomi jual beli emas sebagai "barang"). Alfred Marshal termasuk salah satu dari sejumlah kecil ekonom Klasik yang sebenarnya menyadari bahwa proses bagaimana tambahan uang tersebut sampai ketangan anggota masyarakat sangat menentukan macam mekanisme (proses) bagaimana harga akhirnya naik. Apabila tambahan emas, maka menurut Marshall akibat pertama adalah tingkat bunga turun, dan selanjutnya ini akan meningkatkan kegiatan spekulasi dan akhirnya akan meningkatkan harga-harga. Apabila tambahan emas tersebut langsung diberikan kepada para anggota masyarakat, maka harga-harga langsung naik, tanpa melalui penurunan tingkat bunga.

Keynes sendiri kurang memberikan perhatian mengenai mekanisme (proses) kenaikan jumlah uang beredar. Dalam teorinya mengenai pasar uang (yang merupakan bagian dari teori makronya) jumlah uang yang beredar (atau penawatan uang) dianggap langsung terjadi di pasar uang. Mungkin ini karena teorinya menekankan pada proses kebijaksanaan fiskal defisit yang dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk mengangkat perekonomian dari keadaan depresi.

Dalam hal ini defisit anggaran belanja tersebut dibiayai dengan pencetakan uang, dan uang baru ini langsung dibelanjakan oleh Pemerintah dan kemudian sampai di tangan para anggota masyarakat.

Sekali lagi, bahkan sampai zaman Keynes pun (pada saat itu sistem standar emas sudah ditinggalkan), teori penawaran uang yang masih belum berkembang dan masih dalam bentuk sederhana. Teori penawaran uang modern dikembangkan oleh ekonom-ekonom setelah

Keynes.

Dalam dokumen View of EKONOMI MONETER (Halaman 87-90)