• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dan Pengembangan

Dalam dokumen Buku I RPTN Taman Nasional Kayan Mentarang (Halaman 41-44)

BAB II KEADAAN UMUM

D. Penelitian dan Pengembangan

1. Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Ekosistem.

Penelitian harus meliputi pekerjaan pada tingkat jenis, habitat dan bioregional.

Penelitian dan Pengelolaan Jenis:

Bagian B pada bab ini sudah menggambarkan beberapa inventarisasi dasar jenis dan penjabaran penelitian yang perlu diselesaikan, terutama pada jenis yang langka, terancam, dilindungi dan/atau umumnya diambil oleh masyarakat setempat.

Jenis yang memerlukan perhatian mendesak untuk diteliti adalah Badak, Orang Utan, Kucing Merah, Cucak Rawa, Banteng dan Beruang Madu. Jenis-jenis lain yang memerlukan perhatian dalam 5 tahun pertama adalah Macan Dahan, Lutung, Landak, Babi Hutan, Rusa, Kuau, Rangkong, jenis-jenis Testudinae, Varanus, Meristogenys dan Cyprinidae.

Penelitian terhadap beberapa jenis tersebut akan melibatkan tingkat keahlian dan sarana anggaran yang diupayakan dapat diperoleh dari PHKA dan WWF. Upaya besar diperlukan untuk menarik minat peneliti lain dan mahasiswa dari universitas di Indonesia, LIPI, organisasi konservasi nasional dan internasional dan universitas asing.

Cara yang efisien untuk melakukan pekerjaan ini adalah dengan mengundang spesialis untuk menulis analisis keadaan jenis-jenis tersebut, seperti yang sudah dimulai oleh WWF Indonesia - Proyek Kayan Mentarang untuk Cucak Rawa, Rangkong, Kuau, Babi Hutan dan Banteng. Analisis akan menyimpulkan apa yang diketahui tentang jenis pada umumnya, diekstrapolasi dari apa yang diketahui sampai ke keadaan khusus di dalam dan di luar Taman Nasional Kayan Mentarang, dan merekomendasi program penelitian pada jenis tersebut. Kalau dana tambahan tersedia, sebuah lokakarya perencanaan penelitian dapat diselenggarakan.

2. Pengelolaan Populasi

Karena terbatasnya dana dan tenaga, upaya permulaan untuk mengetahui jumlah satwa yang terdapat di ekosistem kawasan akan dibatasi kepada:

• Perkiraan kepadatan, terutama di sepanjang transek yang sudah ada;

• Pemahaman masyarakat setempat yang diperoleh dari Metoda Penilaian Pedesaan Partisipatif (Participatory Rural Appraisal Methods). Pendekatan ini diakui semakin akurat dan hemat biaya baik di Pulau Kalimantan maupun di kawasan tropis lainnya (Stuebing, komunikasi pribadi),

Tabel 1. Kelompok Sasaran, Tujuan, Materi, Kegiatan dan Media Program Pendidikan Konservasi Kelompok sasaranTujuanMateriKemungkinan KegiatanKemungkinan Media 1.Masyarakat setempat1.Memberikan pengertian bahwa keuntungan1.Keunikan dan Kepentingan Taman1.Kampanye ke desa-desa dengan topik1.Pemutaran Film dan/atau (Individu, LembagaTaman Nasional lebih besar daripadanasional, termasuk penghargaan duniaterpilihslide Lokal, Sekolah,kerugiannyauntuk keanekaragaman hayati yang tinggi2.Program pelatihan singkat dalam2.Flyer Guru, dan2.Menambah pengetahuan mengenai ekologidan hanya dimiliki Kayan Mentarangberbagai topik pembicaraan3.Poster sebagainya)dengan beberapa informasi dasar dari2.Keuntungan Taman Nasional bagi3.Satuan pembelajaran dan buku pegangan4.Warta berkala konservasi biologimasyarakat lokal.bagi guru untuk sekolah setempat.5.Teater 3.Meningkatkan kemampuan untuk mengelola3.Hasil penelitian tentang Taman Nasional4.Program pelatihan guru.6.Diskusi dan Pertemuan sumber daya alam dan kegiatan di bidang4.Bagaimana cara menginventarisasi,5.Siaran radiodengan Masyarakat kepariwisataanmemantau, mengelola tumbuhan dan6.Perlombaan untuk anak muda.7.Media Massa 4.Meningkatkan kebanggaan akan kekayaansatwa yang penting bagi mereka.7.Gerakan pramuka dan keunikan keanekaragaman hayati Taman5.Wisata alam berbasisi masyarakat8.Kursus jangka panjang atau kuliah bidang Nasionalpengelolaan sumber daya alam. 2. Instansi Pemerintah1.Meningkatkan pemahaman pada tingkat1.Pengaruh Positif dalam bidang1. Keterlibatan dalam panitia pengarah atau1.Pemutaran Film dan Slide Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan nasionalEkonomi.suatu kominikasi terbuka dan forum2.Penyajian Power Point bahwa manfaat taman nasional lebih besar2.Manfaat Hidrologi.koordinasi.3.Permainan Simulasi dari pada kerugian.3.Pengakuan Dunia Terhadap Nilai-nilai2.Presentasi secara individu kepada4.Fasilitasi Pertemuan 2.Meningkatkan kebanggaan terhadap tamanPerlindungan Taman Nasional.kementerian dan instansi lainnya.Komunikasi nasional dan keanekaragaman hayatinya.4.Bagaimana cara menghitung nilai3.Program pelatihan singkat.dan Koordinasi 3.Meningkatkan koordinasi kegiatan berbagaikeragaman hayati secara ekonomi.4. Permainan simulasi5.Artikel dalam bulletin pihak untuk efisiensi yang lebih baik.Pemerintah. 6.Media Masa 7.Bahan cetakan (poster, flayer, brosur,dsb) 3. Sektor-Sektor Swasta1.Meningkatkan pengetahuan tentang keberadaan1. Koordinat SPG batas-batas TNKM1.Keterlibatan salam panitia pengarah atau1. Peta dan membuat batas Taman Nasional yang2. Usulan bagaimana cara mengurangimungkin forum sektor swasta.2. Penyajian Power point sebenarnya.dampak kegiatan perusahaan-perusahaan2.Berkunjung ke kantor-kantor3. Film dan slide 2.Meningkatkan upaya agar merancang kegiatanterhadap Taman Nasional.lapangan, Kalimantan dan nasional.4. Berbagai bahan cetakan pekerjaan mereka untuk meminimkan dampak3.Manfaat hubungan masyarakat untuk3.Presentasi pada rapat koordinasi terhadap Taman Nasionalmengurangi dampak perusahaan terhadaptahunan mereka. 3.Meningkatkan kebanggaan terhadap TamanTaman Nasional dan sumbangan dana Nasional dan pengakuan manfaatnya.atau sumbangan lainnya. 4.Pengumpulan dana atau berbagai macam sumbangan. 4.Wisatawan1.Menarik Wisatawan.1.Obyek WisataJaringan internet, poster, Artikel dll.1.Brosur, Peta, Buku 2.Membantu rencana kunjungan para turis2.Tumbuhan dan HewanMajalah Pariwisata, Informasi pada BukuPanduan, Poster 3.Meningkatkan pengetahuan mereka selama3.KebudayaanPanduan, wisata-mandiri dan wisata2.Interpretasi alam, Pusat kunjungan.4.Kegiatan dan Program TNKMterpandu.Pengunjung Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)V-48 Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-49

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

hari, setiap musim, atau sebagai reaksi kepada fenomena alam seperti El Nino Southern Oscillation (ENSO). Tahap awal yang dianjurkan adalah, melakukan studi pustaka mengenai potensi perpindahan atau perpindahan aktual satwa untuk masuk atau keluar dari taman nasional.

Topik penelitian lapangan permulaan yang dianjurkan adalah Babi Hutan, yang mengikuti daur pembuahan ke kawasan di luar taman nasional. Masyarakat melaporkan bahwa kawasan yang penting bagi migrasi Babi Hutan adalah di antara mata air Sungai Tubu dan drainasi Sungai Malinau dan hilir Sungai Bahau (Puri, 1997). Kalau daerah ini rusak, dampak pertama yang mungkin terjadi adalah akan adanya kerusakan di sebagian taman oleh babi-babi tersebut sebagai usahanya mencari makanan, atau juga merusak ladang dan kebun. Akhirnya, populasi babi mungkin akan menurun dan menyebabkan pemburu mencari satwa lain termasuk jenis yang terancam atau dilindungi. Predator babipun akan terkena dampaknya. Penelitian yang rumit dan lama seperti ini akan melibatkan sejumlah orang dengan spesialisasi yang berbeda dan paling baik dikerjakan bersama dengan lembaga riset yang lain. CIFOR yang mengelola Hutan Penelitian Bulungan, yang meliputi kawasan yang mungkin akan teridentifikasi sebagai daerah makanan yang penting bagi babi hutan yang juga akan menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di dalam taman nasional, merupakan calon mitra dalam penelitian ini.

Sebuah topik penelitian yang menyertainya adalah bagaimana satwa menyebar melewati halangan dan aliran gen antar populasi. Hasil penelitian ini akan membantu perencanaan dan pemeliharaan koridor habitat. Pekerjaan ini akan penting bagi taman nasional kalau keinginan dari beberapa kelompok masyarakat untuk menghuni kembali beberapa desa yang sudah ditinggalkan bisa tercapai dan kantung penghunian bisa diciptakan, yang akan menambah pemisahan habitat.

Pengelola taman harus bekerja sama dengan BAPPEDA kabupaten dan propinsi untuk memelihara koridor habitat antara TNKM dan habitat di luar perbatasannya. Daerah kunci adalah Hutan Lindung, daerah Sebuku-Sembakung (terutama daerah apapun yang pada akhirnya dijadikan hutan lindung, cagar alam, atau taman nasional), dan bagian-bagian lain dari Kalimantan Timur dan propinsi lain yang sudah direkomendasikan di masa lalu sebagai kawasan konservasi keanekaragaman hayati berprioritas tinggi, seperti Ulu Kayan, Ulan Kayan dan Apo Kayan (Gambar 6).

3. Sumbangan Masyarakat Setempat di dalam Penelitian

Pengelola taman perlu melibatkan masyarakat setempat didalam merencanakan, pelaksanaan dan interpretasi penelitian. Program penelitian semacam ini akan lebih efektif dan hemat- biaya karena menggunakan pengetahuan ekologi masyarakat setempat.

Sebuah aspek dimana mereka dapat memberikan sumbangan yang besar adalah mempelajari sistem tradisional mereka untuk mengelompokkan vegetasi hutan untuk menentukan jenis dan lokasi tipe-tipe sub-vegetasi di dalam kategori utama vegetasi yaitu hutan dataran rendah, bukit, bawah-pegunungan dan pegunungan. Sebagai contoh adalah Eugeissona utilis, atau palem sagu, yang tumbuh di daerah aliran sungai (DAS) Sungai Lurah. Prosedur

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-51

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

• Point sampling dari jenis indikator, dan kalau waktu dan anggaran masih tersedia,

• Penelaahan “mark-recapture”.

Karena informasi mengenai habitat menjadi semakin tepat dan rinci, sarana pengelolaan populasi yang lebih menyeluruh mungkin akan bisa dipakai menjelang akhir masa Rencana Pengelolaan 25 Tahun. Salah satu metoda yang berpotensi adalah Analisis Viabilitas Populasi (Population Viability Analysis, PVA), merupakan kajian kuantitatif, dalam data-base, atas hubungan antara kemungkinan kepunahan dan jumlah habitat yang tersedia bagi suatu jenis di daerah tertentu atau di seluruh kisarannya (Boyce, 1992). Model populasi yang bertata-ruang jelas yang menggabungkan lokasi aktual satwa dan bercak habitat yang sesuai dan secara jelas mempertimbangkan pergerakan organisme di antara bercak tersebut, juga akhirnya akan dimungkinkan. Model Populasi Hewan Bergerak (Mobile Animal Population, MAP) merupakan model simulasi populasi bertata-ruang jelas yang mensimulasikan penempatan di habitat-khusus dan tingkah laku penyebaran organisme di layar komputer (Pulian et al., 1992; Liu. 1992). Kerja lapangan yang padat dan bertahun- tahun diperlukan untuk mengumpulkan sejumlah besar data yang diperlukan untuk mengembangkan parameter untuk model tersebut. Pada awalnya, kegiatan ini mungkin harus dilakukan oleh ilmuwan perguruan tinggi atau mahasiswa S3.

Topik penelitian yang penting lainnya untuk mempertahankan hasil buruan masyarakat setempat adalah mempelajari efektifitas metoda pengelolaan hidupan liar berpotensi seperti pembatasan musim berburu, pembatasan ukuran/umur atau jenis kelamin, penutupan kawasan, kuota, dsb.

Penelitian Habitat :

Bagian B dari bab ini telah menunjukkan perlunya membuat plot vegetasi dan transek permanen di habitat tambahan yang dimasukkan ke dalam kawasan di sekitar Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai. Penelitian dapat diperluas secara bertahap ke daerah lain di dalam taman nasional, terutama ketika lebih banyak ilmuwan diajak untuk melakukan penelitian di bidang biologi. Pos-pos lapangan di dalam kawasan perlu dilengkapi untuk melaksanakan beberapa macam penelitian dasar, termasuk tenda semi-portabel dan perlengkapan ekspedisi penelitian. Bila contoh habitat yang baik yang tidak termasuk di dalam plot permanen Lalut Birai dapat ditentukan cukup dekat dengan pos lapangan, karyawan pos lapangan dapat melakukan pengamatan pembungaan, gugur daun dan fenologi pembuahan secara teratur. Penelitian mengenai mekanisme persebaran dan kemampuan tumbuhan hutan, melalui pengumpulan biji dan identifikasi kotoran (pada lembaran plastik di tempat terbuka) oleh pemakan buah seperti burung dan kelelawar juga dianjurkan.

Penelitian dan Pengelolaan skala bioregional :

Juga penting penelitian yang mempelajari bagaimana fauna taman nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bentang alam yang lebih besar. Beberapa mamalia, seperti kelelawar dan babi, burung dan ikan diketahui melakukan perjalanan jarak jauh setiap

V-50 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

yang paling sederhana adalah mengidentifikasi kategori vegetasi lokal dengan masyarakat, mengidentifikasi lokasi dari kategori ini pada peta dasar, dan mengambil contoh struktur vegetasi dan keanekaragaman flora pada kategori berbeda yang teridentifikasi. Pengambilan titik GPS di daerah yang berbeda juga akan memungkinkan untuk menentukan bagaimana kategori yang berbeda timbul pada citra penginderaan jarak jauh yang akan dapat digunakan untuk pengembangan lebih jauh dan memastikan lokasi kategori lokal vegetasi yang berbeda di seluruh kawasan.

Demikian juga, apabila inventarisasi keanekaragaman hayati lebih lanjut dilaksanakan, informan lokal yang menemani harus ditanya mengenai klasifikasi lokal atas habitat yang dijumpai.

Topik yang berkaitan adalah menindak-lanjuti informasi pendahuluan yang sudah diberikan oleh masyarakat setempat tentang distribusi jenis langka, terancam, dan/atau umumnya diambil. Masyarakat setempat sudah menyusun peta yang menunjukkan konsentrasi jenis tertentu atau tipe flora dan fauna. Mereka juga sudah mengidentifikasi lokasi dimana banyak jenis yang dilindungi dan terancam dapat dijumpai dengan mudah di wilayah desa mereka. Pembahasan lebih lanjut dengan masyarakat setempat tentang mengapa jenis- jenis tersebut terdapat dan terkonsentrasi disitu, juga survei di daerah tersebut, akan membantu menjawab pertanyaan tentang mikro-habitat dan memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai kebutuhan habitat dan kesukaan dari banyak jenis.

Masyarakat dan kelembagaan setempat perlu selalu diberi informasi tentang hasil-hasil penelitian biologi sebagai bagian dari proses pengelolaan bersama. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk ikut serta secara lebih efektif dalam pembuatan keputusan mengenai pengelolaan fauna dan flora, dan juga meningkatkan penerimaan mereka atas keputusan-keputusan pengelolaan. Keuntungan lain adalah berkurangnya kecurigaan bahwa orang-orang atau lembaga yang melakukan penelitian menjadi kaya dari “pencurian”

tumbuhan dan hewan yang bernilai ekonomi tinggi.

Sebelum memulai penelitian di suatu daerah, peneliti harus menjelaskan tujuan kegiatan kepada masyarakat di daerah tersebut. Pemberian hasil pendahuluan sesudah penelitian selesai juga harus dilakukan, demikian pula dengan penyerahan duplikat laporan akhir kepada Kepala Adat dan Kepala Desa.

Anggota karyawan bidang peningkatan kesadaran dan pendidikan dari taman nasional perlu menterjemahkan hasil penelitian ke dalam bentuk yang sesuai untuk masyarakat setempat.

4. Penangkaran dan Pembudidayaan

Dianjurkan agar Pengelola taman tidak terlalu menekankan kegiatan ini pada awalnya, dan lebih berkonsentrasi pada penelitian dan pengelolaan yang berbasis lapangan. Pada umumnya, ada taman nasional dan kawasan lindung lain dimana kegiatan penelitian dan pengembangan tentang penangkaran dan penanaman dilakukan dengan mudah dan murah,

V-52 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

V-53

dan kegiatan ini memang lebih diperlukan. Namun demikian, pengelola kawasan dapat mencoba mencari peneliti yang mendanai diri sendiri untuk bekerja di bidang tersebut.

Sektor swasta juga mempunyai potensi untuk kegiatan semacam ini, terutama dalam upaya penangkaran Cucak Rawa dalam kandang untuk mengurangi tekanan pengambilan jenis tersebut dari dalam taman.

E. Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan

Dalam dokumen Buku I RPTN Taman Nasional Kayan Mentarang (Halaman 41-44)