• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan 1. Pencegahan dan Pengelolaan Ancaman

Dalam dokumen Buku I RPTN Taman Nasional Kayan Mentarang (Halaman 44-49)

BAB II KEADAAN UMUM

E. Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan 1. Pencegahan dan Pengelolaan Ancaman

dan kegiatan ini memang lebih diperlukan. Namun demikian, pengelola kawasan dapat mencoba mencari peneliti yang mendanai diri sendiri untuk bekerja di bidang tersebut.

Sektor swasta juga mempunyai potensi untuk kegiatan semacam ini, terutama dalam upaya penangkaran Cucak Rawa dalam kandang untuk mengurangi tekanan pengambilan jenis tersebut dari dalam taman.

E. Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan

V-55 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

• Mengembangkan pengaturan “Sister Park” antara TNKM dengan Taman Nasional Pulung Tau di Serawak dan Ulu Padas di Sabah jika hal ini dapat dinyatakan sebagai wilayah dilindungi.

• Kontak secara teratur, kunjungan dan kerjasama antara Pengelola taman dengan lembaga mitra di Serawak dan Sabah.

• Memantau perusahaan penebangan Malaysia yang beroperasi di kawasan perbatasan.

Belum diperlukan atau dianjurkan bagi Pemerintah Indonesia untuk membangun jalan antara TNKM dan Sabah dan Serawak untuk mencegah perusahaan penebangan Malaysia agar tidak memasuki TNKM, apalagi survei udara sudah menunjukkan bahwa perusahaan- perusahaan tersebut tidak melakukannya. Panjangnya perbatasan dan medan yang tidak rata menyebabkan tidak ekonomis dan tidak praktis dari segi lingkungan untuk membangun jalan, yang malahan memudahkan orang luar untuk masuk ke taman nasional untuk mengambil hasil hutan. Membangun pos patroli dan membuka landasan helikopter juga akan merupakan upaya besar dan mahal, demikian juga upaya untuk mensuplai pos-pos tersebut. Berdasarkan pengalaman dari beberapa taman nasional, penempatan petugas yang dibayar murah dan merasa bosan akan menimbulkan kegiatan perusakan seperti perburuan liar atau menjadi perantara perdagangan hasil hutan.

Sebagai gantinya, Pengelola taman dan/atau anggota penegak hukum lebih baik melakukan survei udara secara teratur (sekurang-kurangnya dua kali setahun) di perbatasan menggunakan pesawat terbang pemerintah, tim ini terdiri dari petugas Pengelola taman, penegak hukum dan/atau anggota militer. Kalau pesawat terbang pemerintah tidak tersedia, menyewa pesawat Missionary Aviation Fellowship (MAF) yang relatif murah juga bisa dilakukan. Kalau terlihat adanya penebangan liar, penegak hukum dan/atau tentara dapat dikirim ke daerah tersebut dengan helikopter atau melalui sungai dan jalan kaki sementara Pemerintah Indonesia memberitahu ke Pemerintah Malaysia.

Penambangan :

Harga emas yang rendah saat ini membuka peluang yang baik untuk membatalkan ijin eksplorasi mineral dengan biaya yang relatif rendah setidaknya pada lahan di dalam taman nasional (Gambar 8), dan mungkin pula di daerah penyangga. Bila upaya ini tidak berhasil, pengelola taman, LSM konservasi dan masyarakat setempat harus berjuang untuk menghentikan setiap pengembangan pertambangan di dalam taman nasional, sedangkan untuk penambangan di daerah penyangga, bekerjasama dengan perusahaan penambang untuk mengurangi kerusakan lingkungan.

Kebakaran hutan :

Walaupun kebakaran belum merupakan masalah bagi TNKM, ada potensi bahwa masalah ini mungkin terjadi di masa depan. Rekomendasi untuk menghadapi ancaman ini adalah:

• Menegakkan peraturan dan praktek lembaga adat yang biasanya menjaga api dalam menyiapkan lahan agar tetap terkendali.

V-56

V-57

• Karyawan taman nasional dan masyarakat setempat memantau api yang digunakan oleh perusahaan dan pendatang untuk membersihkan lahan di luar taman nasional.

• Melakukan survei udara selama musim kering untuk mendeteksi kebakaran secepatnya.

Penerbangan ini dapat dilakukan bersama dengan pemeriksaan perambahan atau masalah lain di dalam taman, seperti perambahan dari perusahaan penebangan.

• Meminta Proyek IFFM untuk melatih dan membekali masyarakat sekitar taman nasional untuk memadamkan kebakaran, serta melaksanakan peningkatan kesadaran dan pendidikan pencegahan kebakaran.

• Meminta pusat koordinasi keadaan darurat propinsi untuk memprioritaskan Kayan Mentarang dalam upaya pemadaman kebakaran.

• Mengajak pemerintah daerah propinsi dan kabupaten untuk melarang pembukaan hutan dalam jarak kurang dari lima kilometer dari taman nasional sebagai bagian dari Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) mereka.

Hama dan Penyakit :

Ada potensi penularan penyakit dari satwa ternak ke satwa liar, seperti dari lembu ke banteng, babi ke babi hutan dan ayam ke ayam hutan. Pengelola kawasan harus bekerja sama dengan erat dengan petugas pertanian untuk menyaring usulan pengenalan terhadap varitas baru dari jenis-jenis tersebut. Topik ini bisa dimasukkan ke dalam promosi pendidikan dengan sasaran orang-orang yang membawa masuk jenis-jenis satwa tersebut. Juga penting untuk mengembangkan layanan kedokteran hewan di daerah sekitar TNKM.

Polusi :

Tidak seperti beberapa taman nasional di Indonesia, Taman Nasional Kayan Mentarang tidak terletak di hilir industri, penambangan, perkebunan atau daerah perkotaan yang besar, sehingga selamat dari sumber pencemaran air. Satu-satunya polutan yang ada di perairan sekitar Kayan Mentarang adalah kontaminasi kotoran manusia. Sejalan dengan pertumbuhan populasi, penting bagi perorangan, masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan sistem sanitasi yang memadai. Apalagi mengingat administrasi taman dan fasilitas pariwisata akan tumbuh berkembang dalam 25 tahun mendatang. Pos lapangan mungkin dapat membantu dengan mengadakan “pengujian lapangan” terhadap beberapa rancangan kompos atau tipe toilet sederhana yang aman lingkungan.

Salah satu alasan untuk meniadakan perkebunan di daerah penyangga taman nasional adalah mereka akan menggunakan sejumlah besar herbisida, pestisida dan bahan kimia pertanian lainnya. Ini merupakan kekhawatiran taman nasional, karena beberapa daerah aliran sungai meliputi lahan-lahan taman nasional dan daerah penyangga. Perencanaan pengembangan yang buruk untuk daerah penyangga disertai dengan pelaksanaan dan kepatuhan pada hukum pencemaran yang buruk, akan menimbulkan masalah pencemaran bagi taman nasional.

Tingkat sedimentasi juga akan bertambah sebagai akibat dari pengembangan yang buruk pada daerah penyangga dan konstruksi serta pemeliharaan bangunan dan jalan setapak yang buruk di dalam taman.

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-58

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

Pemerintah dapat memperbaiki transportasi dengan membuat jeram-jeram yang berbahaya menjadi lebih aman. Serangkaian jeram terutama di antara Long Alango dan Long Kemuat tidak bisa dilalui oleh perahu lokal. Pemerintah juga bisa memperbaiki lapangan udara di Long Alango yang sudah diidentifikasi sebagai alternatif, menjadi cukup panjang untuk pesawat yang lebih besar.

Di daerah Apo Kayan, lapangan udara Long Ampung cukup besar dan mempunyai penerbangan komersial rutin ke Samarinda. Dari Long Ampung ada transportasi perahu yang teratur di Sungai Kayan ke Long Nawang dan Data Dian, yang bisa disubsidi.

Kalau jalan yang menghubungkan daerah Apo Kayan ke pantai bisa disetujui berdasarkan pertimbangan ekonomi dan memang sangat diperlukan, sebaiknya mengikuti jalan penebangan dari Long Bangun di DAS Sungai Mahakam menyusuri Sungai Boh ke Long Sungai Barang dan terus ke Long Nawang. Karena adanya transportasi yang lebih besar di sepanjang lembah Sungai Mahakam dan pasar yang lebih besar di Samarinda dan Balikpapan, akan lebih ekonomis untuk menghubungkan wilayah Apo Kayan dengan kawasan ini daripada ke Malinau atau Tanjung Selor.

Untuk hulu Sungai Tubu, pilihan terbaik adalah memperbaiki transportasi sungai dan membangun landasan pesawat kecil yang dapat digunakan oleh pesawat MAF dan mensubsidi biaya transportasi udara. Populasi penduduk di daerah ini cukup kecil, sehingga pembangunan jalan tidak bisa diterima karena alasan ekonomi. Karena tidak terlalu jauh dari Malinau, sebuah jalan akan memudahkan orang luar untuk masuk ke taman nasional dan tinggal secara permanen atau sementara untuk mengumpulkan hasil hutan. Karena daerah sekitar Malinau akan menjadi lebih berkembang dengan perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri dan pemukiman transmigrasi, hal- hal ini menjadi ancaman yang serius.

Penangkapan burung Cucak Rawa secara berlebihan :

Pengelola taman nasional perlu mengambil langkah-langkah berikut untuk meningkatkan perlindungan jenis ini:

• Menggunakan lembaga adat untuk membatasi penangkapan, memperkuat inisiatif yang telah dilakukan di beberapa Wilayah Adat.

• Mempelajari dinamika populasi dan ekologis jenis tersebut untuk mengembangkan rencana pengelolaannya.

• Mendidik masyarakat tentang perlunya melestarikan jenis ini serta lainnya, dan tentang statusnya yang terancam.

• Memulai program percobaan bagi masyarakat untuk menangkarkan dan menjual burung hasil penangkaran kalau dana khusus dapat diperoleh.

• Merundingkan dengan pemerintah agar menempatkan jenis ini ke dalam daftar yang dilindungi dan memantau pasar burung untuk memastikan bahwa hanya burung hasil penangkaran yang dijual.

• Menjadikan jenis ini sebagai prioritas dalam program pemantauan yang dilaksanakan oleh Pengelola taman, masyarakat dan mitra lainnya.

V-59 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

Pendidikan mengenai cara yang benar untuk membuang oli motor bekas, limbah rumah tangga dan bahan kimia pertanian dan produk industri lainnya akan diperlukan, demikian pula dengan bantuan untuk membangun sarananya.

Jalan yang Diusulkan di Kawasan TNKM :

Pengelola taman perlu bekerja bersama instansi pemerintah untuk menganalisis kemungkinan alternatif untuk jalan yang dapat mengurangi masalah yang timbul karena keterpencilan kawasan TNKM dan seminimal mungkin akibatnya pada kerusakan lingkungan. Kalau hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa jalan adalah pilihan yang terbaik, pengelola taman perlu bekerja bersama instansi pemerintah untuk memilih jalur yang terbaik.

Alternatif khusus untuk daerah yang berbeda adalah :

Pemerintah sedang merencanakan untuk membangun jalan dari Malinau ke Long Bawan (Gambar 9). Alternatif untuk pembangunan jalan ini termasuk meningkatkan pelabuhan udara yang ada di Long Bawan, meningkatkan subsidi untuk transportasi udara, menyambungkan kawasan dengan jaringan jalan yang ada di Serawak. Kalau jalan yang menghubungkan Krayan dengan Malinau memang dapat diterima secara ekonomi dan benar-benar diperlukan, maka jalur yang direkomendasikan oleh WWFI dan Pekerjaan Umum harus digunakan. Ini adalah jalur yang terpendek, menghindari lebih banyak wilayah taman nasional (atau kalau Koridor Hutan Lindung ditambahkan, memotong bagian terpendek taman nasional) dan sebagaimana dianjurkan oleh WWFI, menggunakan jalan penebangan yang ada yang dibangun oleh P.T. Susukan Agung (Momberg et al., 1998).

Jalan yang diusulkan dari Long Bawan ke Pa’ Raye dan kemudian ke utara melewati lembah Sungai Pa’ Raye ke Sabah tidak akan menjadi prioritas yang tinggi dalam 25 tahun mendatang.

Tidak ada desa di antara Pa’ Raye dan perbatasan. Jalan ini akan memasuki bagian yang jauh dari taman nasional di bagian utara, termasuk daerah yang kemungkinan besar dihuni oleh Badak.

Ada jalan yang diusulkan yang melintas dari Malinau ke Sungai Malinau, menyeberang ke hulu Sungai Tubu dan kemudian menyeberang ke lembah hulu Sungai Bahau dan turun ke Long Pujungan. Dari sana jalur yang diusulkan melewati taman nasional ke Data Dian, Long Nawang dan akhirnya sampai ke lembah hulu Sungai Mahakam. Pemekaran Kabupaten Bulungan menjadi tiga kabupaten yang menempatkan Kecamatan Pujungan dan Kayan di dalam Kabupaten Malinau yang baru mungkin akan menambah tekanan untuk membangun jalan ini. Pihak yang mendukung pembangunan jalan ini akan beralasan bahwa tidak ada jalan lain disamping mahalnya transportasi udara ke daerah yang secara politik dan ekonomi berhubungan yaitu Malinau dengan Long Pujungan dan daerah Apo Kayan, karena kabupaten terbagi dalam jaringan sungai yang berbeda.

Namun demikian, daerah ini bukan merupakan prioritas tinggi unuk pembangunan jalan karena populasinya lebih rendah dari pada daerah Krayan dan ada transportasi sungai melalui Sungai Bahau dan Kayan sampai ke pantai. Jalan ini akan sangat mahal untuk dibangun dan dipelihara dan mempunyai potensi yang tinggi untuk merusak taman nasional.

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-60

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

V-61 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

Langkah-langkah serupa dapat diambil untuk melindungi jenis lain yang mungkin akan menghadapi tekanan pengambilan berlebihan di masa depan.

2. Koordinasi Perlindungan Taman Nasional dan Program Konservasi Prosedur PHKA biasanya memberikan pedoman dalam mengkoordinasikan program perlindungan taman. Namun demikian, desentralisasi kekuasaan politik dan ekonomi kepada propinsi dan/atau kabupaten, serta perubahan dalam struktur dan sistem militer dan kepolisian, akan menuntut agar prosedur tersebut dimodifikasi.

Juga direkomendasikan agar tanggung jawab penegakan hukum dibagi antara PHKA dan lembaga masyarakat setempat, seperti FoMMA dan Wilayah Adat. Sistem seperti itu akan lebih efektif, diterima oleh masyarakat dan lebih murah. Rincian mengenai aspek penegakan hukum mana yang akan ditangani oleh PHKA dan mana yang akan menjadi tanggung jawab lembaga masyarakat setempat akan ditentukan pada saat Nota Kesepahaman (MoU) pengelolaan bersama antara PHKA dan lembaga-lembaga lokal diselesaikan. Aspek-aspek yang mungkin adalah:

• Penegakan peraturan taman nasional sebaiknya segera dimulai terhadap para pendatang. Ini sebaiknya merupakan tanggung jawab utama FoMMA/Lembaga Adat dan KSDA dan/atau karyawan PHKA yang ditugaskan di TNKM.

• Penegakan peraturan terhadap masyarakat setempat pertama kali akan dilakukan oleh Lembaga Adat. Lembaga Adat dapat bekerja dengan pengelola taman untuk mengembangkan sistem denda untuk berbagai bentuk pelanggaran terhadap taman nasional dan keanekaragaman hayatinya, dengan denda yang lebih besar untuk pelanggaran yang serius, misalnya pembunuhan satwa yang sangat terancam (Critically Endangered). Segala bentuk pelanggaran peraturan, nama-nama pelanggar dan jumlah denda yang dikenakan sebaiknya dilaporkan ke PHKA.

Seluruh uang denda dapat disimpan sepenuhnya oleh Lembaga Adat untuk membayar pemantauan atau kegiatan lain yang menyangkut taman nasional, atau untuk proyek pembangunan desa untuk itu perlu juga disusun mekanisme pertanggung jawaban keuangan transparan. Orang-orang yang melanggar peraturan taman (dan Wilayah Adat) secara terus-menerus, akan diserahkan ke pihak yang berwenang, mungkin setelah tiga kali pelanggaran dalam dua tahun. Kehadiran petugas taman secara rutin dan pengamatan pada perdagangan hasil hutan dan kegiatan masyarakat akan menunjukkan apakah peraturan taman nasional ditegakkan.

Dalam dokumen Buku I RPTN Taman Nasional Kayan Mentarang (Halaman 44-49)