BAB II KEADAAN UMUM
F. Pengembangan Kelembagaan
V-61 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Langkah-langkah serupa dapat diambil untuk melindungi jenis lain yang mungkin akan menghadapi tekanan pengambilan berlebihan di masa depan.
2. Koordinasi Perlindungan Taman Nasional dan Program Konservasi Prosedur PHKA biasanya memberikan pedoman dalam mengkoordinasikan program perlindungan taman. Namun demikian, desentralisasi kekuasaan politik dan ekonomi kepada propinsi dan/atau kabupaten, serta perubahan dalam struktur dan sistem militer dan kepolisian, akan menuntut agar prosedur tersebut dimodifikasi.
Juga direkomendasikan agar tanggung jawab penegakan hukum dibagi antara PHKA dan lembaga masyarakat setempat, seperti FoMMA dan Wilayah Adat. Sistem seperti itu akan lebih efektif, diterima oleh masyarakat dan lebih murah. Rincian mengenai aspek penegakan hukum mana yang akan ditangani oleh PHKA dan mana yang akan menjadi tanggung jawab lembaga masyarakat setempat akan ditentukan pada saat Nota Kesepahaman (MoU) pengelolaan bersama antara PHKA dan lembaga-lembaga lokal diselesaikan. Aspek-aspek yang mungkin adalah:
• Penegakan peraturan taman nasional sebaiknya segera dimulai terhadap para pendatang. Ini sebaiknya merupakan tanggung jawab utama FoMMA/Lembaga Adat dan KSDA dan/atau karyawan PHKA yang ditugaskan di TNKM.
• Penegakan peraturan terhadap masyarakat setempat pertama kali akan dilakukan oleh Lembaga Adat. Lembaga Adat dapat bekerja dengan pengelola taman untuk mengembangkan sistem denda untuk berbagai bentuk pelanggaran terhadap taman nasional dan keanekaragaman hayatinya, dengan denda yang lebih besar untuk pelanggaran yang serius, misalnya pembunuhan satwa yang sangat terancam (Critically Endangered). Segala bentuk pelanggaran peraturan, nama-nama pelanggar dan jumlah denda yang dikenakan sebaiknya dilaporkan ke PHKA.
Seluruh uang denda dapat disimpan sepenuhnya oleh Lembaga Adat untuk membayar pemantauan atau kegiatan lain yang menyangkut taman nasional, atau untuk proyek pembangunan desa untuk itu perlu juga disusun mekanisme pertanggung jawaban keuangan transparan. Orang-orang yang melanggar peraturan taman (dan Wilayah Adat) secara terus-menerus, akan diserahkan ke pihak yang berwenang, mungkin setelah tiga kali pelanggaran dalam dua tahun. Kehadiran petugas taman secara rutin dan pengamatan pada perdagangan hasil hutan dan kegiatan masyarakat akan menunjukkan apakah peraturan taman nasional ditegakkan.
Pengelolaan bersama Taman Nasional dengan melibatkan PHKA, masyarakat setempat dan pemerintah daerah diperlukan. PHKA adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan undang-undang nasional dan kesepakatan internasional untuk melindungi dan mengelola keragaman hayati Indonesia dan menyediakan keahlian
pengelolaan taman dan konservasi keragaman hayati. Masyarakat setempat sudah hidup dan mengelola lahan di taman nasional selama lebih dari 300 tahun, mengandalkan sumber daya alam untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan uang tunai, dan tahu banyak tentang keragaman hayati taman dan lingkungannya. Pemerintah daerah harus dilibatkan karena apa yang terjadi di taman mempunyai konsekuensi lingkungan, ekonomi dan sosial bagi seluruh Kabupaten dan Propinsi, dan rencana serta kegiatan Pemerintah daerah dapat mengakibatkan dampak terhadap taman.
Masyarakat setempat mengusulkan agar keterlibatan mereka dalam Pengelolaan bersama taman nasional disalurkan melalui Forum Musyawarah Masyarakat Adat (FoMMA). FoMMA akan tersusun atas wakil-wakil dari 10 Wilayah Adat yang lahannya masuk dalam TNKM. FoMMA akan bekerja melalui lembaga adat masing- masing wilayah adat.
FoMMA, PHKA/KSDA dan Pemerintah daerah akan mengelola TNKM secara bersama melalui Dewan Penentu Kebijakan (DPK) TNKM, yang direkomendasikan memiliki lima (5) anggota wakil FoMMA, empat (4) dari Pemerintah Kabupaten Malinau dan Nunukan, dua (2) dari PHKA dan dua (2) dari Pemerintah propinsi.
Dengan mempertahankan jumlah anggota sebanyak 13, akan menghemat biaya operasional yang cukup berarti dan lebih mudah untuk memfasilitasi pertemuan serta lebih efektif.
Prioritas tertinggi pada awal pengelolaan TNKM adalah bagi DPK merundingkan sebuah Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) yang menetapkan bagaimana DPK TNKM akan diorganisir dan dikelola, dan untuk menetapkan tanggung jawab pengelolaan taman nasional dari berbagai pihak yang berkepentingan.
Pengelolaan TNKM sehari-hari akan menjadi tanggung jawab Badan Pelaksana (BP)TNKM, yang akan melapor kepada dan diarahkan oleh DPK TNKM. Karyawan BP TNKM pada awalnya dapat berasal dari PHKA, KSDA, FoMMA, atau WWF Indonesia, tergantung pada keputusan yang dibuat oleh DPK TNKM, tersedianya karyawan yang memenuhi kualifikasi dan dana pada masing-masing lembaga, dll.
Penerimaan dan keberhasilan taman nasional pada tahap awal maupun jangka panjang akan meningkat dengan pesat bila FoMMA secara bertahap mengambil peran yang terbesar dalam perkembangan Badan Pelaksana, ini akan bisa dicapai tergantung pada program pelatihan pelestarian keragaman hayati yang diberikan oleh PHKA, KSDA, WWFI dan yang lain untuk melengkapi pengetahuan lokal tentang flora, fauna dan ekosistem yang telah dipertimbangkan oleh FoMMA dan masyarakat setempat, ketersediaan dana untuk FoMMA, dan bagaimana FoMMA menunjukkan komitmen untuk melindungi lingkungan taman nasional dan pemenuhan kesepakatan pengelolaan.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-63
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Pengembangan Masyarakat:
Ahli dalam pengembangan wisata alam berbasis masyarakat, agroforestri, penyuluhan, pertanian, participatory rural appraisal, pemasaran, pengembangan usaha kecil, pengembangan kelembagaan dan perkreditan.
Pengelolaan dan Administrasi Proyek :
Seorang wakil pemimpin proyek, petugas personalia dan pembantu administrasi/
perlengkapan di pos-pos lapangan dan Lalut Birai kalau stasiun ini tumbuh cukup besar.
Sistem Informasi Geografis :
Spesialis database untuk mendukung semua unit kegiatan.
Pendidikan dan Penyadaran :
Spesialis pelatihan/pendidikan masyarakat, pendidikan formal lewat sekolah, pengembangan kurikulum dan media seperti film, web sites, dsb.
Pilihan lain dari pengelolan taman nasional adalah mendapatkan keahlian tambahan dengan mengkontrak konsultan, perusahaan atau LSM jangka pendek.
Dari tinjauan geografis, tambahan tenaga akan diperlukan nantinya untuk:
• Tambahan pos lapangan di tempat-tempat seperti Tau Lumbis, hulu Sungai Tubu dan lokasi baru di Kecamatan Krayan.
• Pos jaga di 10 sampai 15 lokasi di sekitar taman nasional.
Sangat mungkin bahwa kesulitan dana akan membatasi jumlah karyawan taman nasional hingga kurang dari jumlah idealnya. Oleh karena itu, Pengelola taman harus mempertimbangkan cara untuk mengatasi keterbatasan ini, misalnya dengan:
• Membuat posisi paruh waktu untuk ‘staf penghubung’ di desa-desa yang dengan gaji bulanan kecil akan melaksanakan kegiatan dasar pengelolaan taman, seperti pemantauan, kegiatan kepedulian dan pendidikan, dll. Tugas lain juga dapat dikontrakkan kepada orang-orang tersebut pada saat karyawan pos melaksanakan kegiatan proyek di areal mereka.
• Kemitraan dengan LSM yang dapat menugaskan karyawannya untuk bekerja pada berbagai hal dalam pengembangan dan pengelolaan taman.
• Mengembangkan rencana dan anggaran taman nasional yang realistik dan efisien.
• Mengembangkan pengaturan pengelolaan bersama dengan FoMMA, yang dapat menyediakan jasa pengelolaan dengan biaya yang rendah dan lebih efisien.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-65
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
3. Personil Taman Nasional
a. Kualifikasi dan Jumlah Karyawan Yang Diperlukan
Mungkin staf Badan Pelaksana akan merupakan perpaduan dari PHKA/KSDA, FoMMA dan WWF Indonesia. Dalam periode 5 tahun pertama, kemungkinan juga WWF Indonesia akan mengisi banyak posisi dalam Badan Pelaksana, karena berhasil mendapatkan dana yang cukup. WWF Indonesia telah merencanakan personalia untuk proyek TNKM, kelompok kecil karyawan senior yang terkonsentrasi di kantor pusat dan kelompok lebih besar karyawan junior di pos-pos lapangan dan Stasiun Penelitian Lalut Birai (Gambar 10). Rencana ini dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan karyawan Badan Pelaksana, tanpa menghiraukan apakah posisi karyawan dipegang FoMMA, PHKA/KSDA atau WWFI. PHKA didorong untuk menugaskan paling tidak satu karyawan penghubung di Badan Pelaksana sesegera mungkin.
Tim kecil di kantor pusat harus memiliki seorang Pemimpin Tim dan koordinator untuk bidang konservasi biologi, pemberdayaan masyarakat, kepedulian dan pendidikan, kebijakan dan hubungan keluar, Sistem Informasi Geografis, dan bagian administrasi. Semua karyawan senior akan memiliki tingkat pendidikan yang sesuai, idealnya tingkat sarjana dan juga pengalaman bebebarapa tahun atau pengetahuan budaya, bahasa, flora, fauna serta habitat TNKM. Karyawan kantor pusat diharapkan menggunakan sepertiga bagian waktunya untuk mendukung kegiatan staf di pos lapangan.
Petugas pos lapangan semestinya memiliki pendidikan dan/atau pengalaman yang relevan dengan pengelolaan dan atau penelitian flora, fauna dan habitat, pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan dan/atau penguatan masyarakat. Ada lebih banyak keuntungan dari pada kerugiannya dengan merekrut masyarakat lokal untuk mengisi posisi pos lapangan. Merekrut masyarakat lokal sebanyak mungkin akan meningkatkan dukungan terhadap taman nasional. Staf pos lapangan juga diharapkan menghabiskan sepertiga waktunya untuk bekerja di desa-desa lain yang bukan tempat pos lapangan didirikan.
Pola personalia yang mendasar, minimum, atau pola personalia inti ini meliputi seluas mungkin kunci spesialisasi teknis dan wilayah geografis. Kenyataannya, taman nasional memerlukan lebih banyak lagi tenaga untuk pengelolaan yang ideal. Orang-orang ini akan bekerja melampaui batas dan harus menangani banyak tugas di luar keahlian utamanya.
Kalau lebih banyak dana bisa tersedia, tenaga tambahan bisa ditambahkan pada sektor teknis yang sudah didaftar untuk meliputi wilayah yang lebih luas di TNKM.
Tambahan tenaga dibagian berikut akan dipertimbangkan kalau dananya tersedia : Konservasi Biologi :
Ahli dalam berbagai lapangan seperti pemantauan keanekaragaman hayati, mamalogi, ornithologi, botani, herpetologi, primatologi, entomologi, pengelolaan wilayah, pengelolaan hidupan liar, dan penangkaran.
V-64 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Mengembangkan cara yang inovatif untuk mengambil keuntungan dari seringnya masyarakat setempat untuk pergi ke berbagai pelosok taman untuk tujuan patroli dan pemantauan. Walaupun perjalanan tersebut tidak dapat menggantikan sepenuhnya tugas patroli dan pemantauan dari staf taman nasional, tetapi mereka dapat memberikan banyak informasi dengan biaya yang murah, mengingat menyewa, memperlengkapi dan membekali kelompok besar jagawana sangat mahal dan mungkin diluar kemampuan Pengelola taman.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Pengelola senior taman nasional dan staf yang ditugaskan dalam komponen konservasi biologi, pemberdayaan masyarakat, GIS, pendidikan dan penyadaran, kebijakan/hubungan luar, serta Direktur Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai, idealnya mempunyai tingkat pendidikan S2 dan S3 di bidang yang sesuai dan beberapa tahun pengalaman. Calon-calon dengan tingkat pendidikan S1 ditambah dengan beberapa tahun pengalaman juga bisa diterima. Kepala bagian administrasi dan keuangan proyek sekurang-kurangnya harus mempunyai tingkat pendidikan S1. Karyawan pos lapangan juga diharapkan mempunyai tingkat pendidikan S1. Calon lokal dengan ijasah SLTA dan beberapa tahun pengalaman di LSM juga bisa dipilih. Pembantu peneliti di Lalut Birai hanya perlu mempunyai tingkat pendidikan dasar ditambah dengan pengetahuan ekologi setempat.
Sebagai tambahan, karyawan taman nasional memerlukan pelatihan dasar dibidang :
• Identifikasi flora dan fauna dengan menggunakan sarana kunci determinasi yang asli atau yang sudah diterjemahkan.
• Pembiasaan dengan penamaan biologi.
• Penyiapan dan pemeliharaan spesimen.
• Ketrampilan komputer tingkat dasar dan lanjutan.
• Teknik telemetri dan radio tracking.
• DAT atau Mini-Disk sound recording.
• Camera Trapping.
• Metoda participatory rural appraisal.
• Penyelesaian konflik.
• Keikutsertaan dalam inventarisasi sumber daya alam.
• Metoda pengelolaan hidupan liar.
• Metoda kepedulian dan pendidikan.
• Pengembangan wisata alam berbasis masyarakat.
• Pengembangan usaha kecil.
• Peraturan dan perundangan taman nasional.
Mengangkat tenaga lokal untuk posisi di taman :
Tenaga setempat tanpa tingkat pendidikan atau pelatihan yang diperlukan dapat diberi latihan tambahan dan dianjurkan untuk mengerahkan kemampuan untuk mencapai tingkat lebih tinggi melalui tugasnya. Karyawan senior sebaiknya dicari dari tingkat nasional, namun
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-67
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Gambar 10. Usulan Struktur Pengelolaan Bersama Untuk TNKM
Dewan Penentu Kebijakan
Badan Pelaksana
Keterangan : Kegiatan Pengelolaan oleh Badan Pelaksana sesungguhnya dapat dilakukan oleh tiga mitra dalam Dewan Penentu Kebijakan TNKM melalui kontrak dan prosedur tender untuk mendapatkan kemampuan teknis lebih baik bagi pengelolaan yang diperlukan.
PHKA Tingkat Nasional
Wakil PHKA
Wakil FoMMA
Wakil Pemda
MoU
Kepala Badan Pelaksana Seksi Konservasi
Sub. Bag. TU Ten. Fung
Teknis Sub Seksi
Wilayah Konservasi
V-66 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
masyarakat setempat juga dapat diterima untuk mengisi posisi tersebut. Pada tingkat pos lapangan sebaiknya diisi oleh campuran antara karyawan lokal dan non-lokal untuk membantu menekankan keuntungan dari masing-masing kelompok dan mengatasi kelemahannya.