BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
5. Penelitian Yang Relevan
gila. Penyimpangan seperti ini jika dilakukan secara berulang-ulang kata Lamert maka akan menjadi penyimpangan sekunder (secondary deviation). Sehingga diteruskan dengan memulai menganut suatu gaya hidup menyimpang yang akhirnya menghasilkan suatu tindakan yang menyimpang pula (Razak:2013).
tingkat pemikiran agar masyarakat visioner, dan tak keterbelakangan intelektual.
Dari edukasi ini muncul kesadaran akan pentingnya saling menjaga antar ummat manusia. Dari sinilah para penerus bangsa harus dibarengi dengan edukasi yang tinggi.
Natasya Vurginia Leuwol dan Lulu Jola (2019), dengan judul, “begal perilaku menyimpang masyarakat yang dilakukan oleh remaja” (Studi Kasus Tentang Begal Perilaku Menyimpang Masyarakat, Yang Dilakukan Oleh Remaja, Di Kota Sorong, Papua Barat). Hasil penelitian ini menujukan bahwa, faktor yang memengaruhi kenakalan dan kejahatan remaja di kota sorong, adalah faktor sosial ekonomi 2.33% penduduk sorong digolongkan sebagai masyarakat miskin di tahun 2018. Fasilitas pendidikan dasar dan menengah memadai. Warga sorong juga dapat menggunakan jaminan kesehatan nasional diperkuat dengan jaminan kesehatan daerah. Faktor budaya sorong adalah, daerah perantauan yang dipadati berbagai suku bangsa. Urbanisasi pertambahan jumlah penduduk sorong disebabkan, karena sorong adalah pintu masuk semua daerah
Suardi dan Tolla (2016), dengan judul “Begal Sebagai Perilaku Menyimpang” hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor utama terjadinya begal di kota makassar, namun adapun penyebab lainnya adalah karena banyaknya budaya konsumerisme dan materialisme (sepeda motor),serta adanya balapan liar yang harussenantiasa diikuti,serta media, khususnya film saat ini baik film, sinetron, ataupun permainan banyak yang menampilkan adegan kekerasan secara vulgar yang seolahmengajari penontonnya untuk bisa melakukan hal tersebut,dan lemahnya pengawasan sosial.
Hasil penelitian terdahulu diatas, memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan diajukan diantara perbedaannya yaitu, penelitian pertama di atas, lebih difokuskan kepada tinjauan sosiologi hukum terhadap pelaku residivis tindak pidana pencurian dengan kekerasan (begal). Penelitian kedua lebih difokuskan pada begal perilaku menyimpang masyarakat yang dilakukan oleh remaja.
Sedangkan penelitian ketiga lebih kepada begal sebagai menyimpang, Sedangkan kesamaan dari ketiga penelitian diatas dengan penelitian yang diajukan adalah, sama-sama subjek penelitiannya adalah kepada pelaku begal.
B. Kerangka Pikir
Tindak pidana begal merupakan suatu pelanggaran norma serta gangguan terhadap keamanan dan ketentraman umum oleh pelaku begal yang akan dikenakan sanksi atau delik kepada pelaku yang melakukan tindakan pelanggaran tersebut.Kepolisian merupakan penegak hukum yang memberikan tindak pidana terhadap pelaku begal, tentu berharap agar hukuman tersebut bisa memberikan efek jerah terhadap pelaku begal.
Kepolisian dalam memberikan tindak pidana terhadap pelaku begal tentu perlu melihat berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya begal, sehinggapandangan sosiologis dari pihak kepolisian sangat diperlukan guna melihat lebih mendalam secara sosiologis faktor yang menjadi penyebab terjadinya begal, sehingga dalam pemberian sanksi atau pidana yang diberikan oleh pihak penegak hukum atau kepolisian terhadap pelaku begal tentu setimpal serta sesuai dengan hukum yang berlaku dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir Tindak Pidana Begal Wilayah kerja Polsek Rappocini Kota Makassar
Wilayah
Pandangan Kepolisian Terhadap Begal
Faktor-faktor Terjadinya Begal
Tinjauan Yuridis Sosiologis Tindak Pidana Begal
34 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis sosiologis dengan kata lain adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula dengan penelitian lapangan, yaitu yang mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat. Penelitian kualitatif adalah proses untuk memahami masalah sosial berdasarkan metodologi yang berbeda. Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat di amati (Idrus:2009).
Data lain yang diperoleh di lapangan untuk membantu penulis menyelesaikan penelitian. Wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi dari narasumber/ seseorang terkait permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Pendekatan metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara objektif menganalisis data- data yang diperoleh, dan kemudian memakai studi kasus dengan bentuk intrinsik yang menekankan pada pemahaman (verstehen) yang mendalam terhadap kasus tunggal yang disebabkan kasus tersebut menarik (Idrus:2009).
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rappocini Kota Makassar (kantor Polsek Rappocini Kota Makassar). Lokasi tersebut menjadi pilihan
penulis sebab terdapat beberapa data dan pendapat narasumber yang bisa dijadikan bahan kajian serta penelitian dengan latar waktu penelitian kurang lebih dua bulan, dari bulan desember 2020 sampai februari 2021.
C. Informan Penelitian
Informan penelitian yang dimaksud disini yaitu di mana peneliti diberikan informasi oleh informan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Menurut Hendrasono (Suyanto:2005), informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu : (1). Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu pihak Kepolisian dan Sosiolog (2). Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu Pelaku Begal (3).
Informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu, orang Tua atau Kerabat dekat pelaku begal. Berdasarkan uraian diatas, maka untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, yaitu dengan menemukan informan kunci yang kemudian akan dilanjutkan pada informan lainnya dengan tujuan mengembangkan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Maka penelitian ini digunakan informanyang terdiri dari Informan kunci (key informan) : Kapolsek Rappocini. Informan utama : pelaku begal
Berdasarkan uraian di atas, dapat di nyatakan bahwa jumlah informan yang di jelaskan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada penelitian Tinjauan yuridis sosiologis terhadap
tindak pidana begal di Kota Makassar yaituterdapat dua aspek sebagai berikut:
(1) Padangan penegak hukum (Kepolisian) terhadap pelaku begal yang ada di Kota Makassar; (2) Faktor yang menjadi penyebab terjadi begal di Kota Makassar.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kualitatif merupakan peneliti itu sendiri, untuk melakukan penelitian, peneliti menggunakan alat bantu dalam mengumpulkan data. Untuk mendukung tercapainya hasil penelitian, maka alat bantu yang di gunakan peneliti berupa berupa lembar observasi, berisi catatan-catatan yang diperoleh peneliti pada saat melakukan pengamatan langsung di lapangan, panduan wawancara merupakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan peneliti yang akan dijawab melalui proses wawancara, catatan dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, data sesuai dengan kebutuhan penelitian, kamera, ponsel sebagai alat dokumentasi setiap kegiatan peneliti dan buku catatan, alat tulis dan laptop sebagai penunjang dalam penelitian ini.
F. Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan peneliti adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang memenuhi kriteria penelitian melalui teknik observasi dan wawancara secara langsung atau melalui whatsapp secara mendalam.
2. Data Sekunder yaitu sumber data yang memberikan informasi secara tidak langsung. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari dokumen berupa buku, jurnal, blog, web, dan arsip yang terkait dengan penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut:
1. Observasi
Pengamatan (observasi) merupakan pengamatan dan pencacatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang, serta kemudian dapat dilakukan penilaian atas perbuatan tersebut. Observasi merupakan usaha untuk mengumpulkan data-data melalui pengamatan yang cermat dilapangan.observasi dilakukan secara langsung karena penulis ingin memperoleh data secara akurat (Sugiyono:2019).
2. Wawancara
Penulis melakukan proses wawancara terhadap narasumber secara langsung sebagai sumber informasi agar dapat diketahui pendapat, keyakinan, perasaan. Wawancara akan dilakukan kepada narasumber yang selaku aparat
kepolisian rappocini kota makassar. Wawancara dilakukan penulis dalam hal meminta pandangan narasumber terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan.
3. Dokumentasi
Menurut (Sugiyono:2019) adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Sedangkan menurut Guba dan Lincoln dalam (Moleong:2007) dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.
Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan buku-buku tentang pendapat, teori atau hukum yang berhubungan dengan masalah penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi untuk mengumpulkan data yang bersifat documenter seperti foto-foto pada saat kegiatan.
H. Teknik Analisis Data
Agar data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan yang akurat, maka penulis menggunaan metode pengololaan dan analisis data dengan cara kualitatif yaitu dengan mengambil data hasil teknik pengumpulan data kemudian dilakukan klarifikasi dan pengelompokkan data yang sesuai dengan permasalahan yang ingin dikaji. Adapun data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diolah
dan dianalisa dengan menggunakan metode pengelolaan dan analisis data, pada metode ini.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakansuatu proses kegiatan yang dilakukan peneliti dalam wawancara studi kepustakaan dan dokumen, maupun dokumen untuk mendapatkan data yang lengkap.
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus selama proses kualitatif berlangsung. Reduksi data bukanlah hal yang terpisah dari analisis pilihan-pilihan penelitian tentangdata mana yang dikode dan mana yang dibuang semua itu adalah pilihan-pilihan analisis. Reduksi data bentuk analisis yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu serta mengprganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan verifikasi.
3. Penyajian Data
Seluruh data yang berhasil diperoleh atau yang telah berhasil dikumpulkan selama proses penelitian dari data sekunder dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menuliskan, menjelaskan, dan memaparkan tinjauan sosiologihukumterhadap pelaku begal (pencurian dengan kekerasan) di kota makassar guna memperoleh gambaran yang dapat dipahami secara jelas dan terarah untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan penarikan inti dari suatu data yang telah terkumpul pada suatu proses penelitian yang telah dilaksanakan sehingga hasil penelitian yang telah dillakukan tersebut memperoleh kesimpulan atau verifikasi akhir
I. Teknik Pengabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data pemeriksaan terhadap keabsa han data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong:2007). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu (Wiliam Wiersma,1986). Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono:2019)
1. Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (memberchek) dengan sumber data (Sugiyono:2019). Jadi tujuan memberchek adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono:2019)
2. Triangulasi waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara tergantung dengan kesepakatan dengan informan kapan waktu yang tepat untuk melakukan proses wawancara dan informan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel.
Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono:2019).
3. Triangulasi Teori
Memanfaatkan dua teori atau lebih untuk dipadu. Untuk itu di perlukan rancangan penelitian, pengumpulan data dan analisis data yang lengkap. Dengan demikian akan dapat memberikan hasil yang lebih komperhensif. (Bachir:2010).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber, waktu dan teori.
Triangulasi dengan memanfaatkan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan teori yang berbeda dengan penelitian kualitatif. Triangulasi dalam penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara dari informan atau narasumber yang menjadi subjek penelitian dengan objek penelitian, kemudian dibuktikan dengan pengamatan peneliti dilapangan dan dikuatkan melalu cerita, dokumen atau arsip tertulis
42 BAB IV
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Sejarah Singkat Kota Makassar
Nama Makassar sudah di sebutkan dalam kitab Nagararaktagama karya Mpu Prapanca pada abadn ke-14, sebagai salah satu daerah taklukan majapahit.
Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke pentai, mendirikan benteng di muara Suangai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengantur perdagangan.
Pada abad ke -16 Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara.
Raja-raja Makassar meneraokan kebijakan perdagangan bebas dan ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.
Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti meskipun islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnaya masih tetap dapat berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di Kepulauan Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan
ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).
Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli perdagangan rempah-rempah yang di terapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda melakukan penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa- Tallo yang mereka anggap sebagai batu penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa kualisi kerajaan yang di pimpin oleh Belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menanda tangani perjanjian Bongaya
Setelah kemerdekaan, Kota Makassar terbentunk sebagsai satu daerah otonom berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-daerah tingkat II di Sulawesi Selatan, sebagaimana yang tercantum dalam lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1959 nomor 74 dan tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 1822. Kota Makassar selanjutnya menjadi Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Undang- undang nomor 13 tahun 1965 (lembaran Negara Tahun 1965 nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-undang nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi daerah tingkat II Kotamadya Makassar.
Adapun nama-nama Kepala pemeritahan Kota Makassar sebagai berikit:
a. Sampara Dg. Lili (1951-1952)
b. Achamad Dara Syachuddin (1952-1957) c. M. Junus Dg. Mile (1957-1962)
d. Latif Dg. Massikki (1959-1962) e. H. Arupala (1962-1965)
f. Kol. H.M Dg. Patompo ( 1965-1976) g. Kol. Abustan (1976-1982)
h. Kol. Jency Raib (1982-1988) i. Kol. Suwahyo (1988-1994)
j. H.A Malik B. Masry SE.MS (1994-1999)
k. Drs. H.B Amiruddin Maula, SH., M.Si (1999-2004) l. Ir. H. Ilham Arif Sirajuddin, MM (2004-2014) m. Ir. H. Andi Heny Iskandar, M.Si (2008-2014) n. Ir. H. Mohammad Ramadhan Pomanto (2014-2019)
Tahun 2020 Kota Makassar telah berusia 113 tahun sesuai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota Makassar tanggal 9 November 1607, hal tersebut hasil dari semua elemen masyarakat yang mengadakan penelusuran dan pengkajian sejarah Makassar. Diusianya yang ke- 113 ini, Kota Makassar tumbuh menjadi sebuah kota metropolitan yang merupakan pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industry, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara serta pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan. Hal ini dapat
terjadi karena pertumbuhan yang ditunjang dengan sumber daya manusia, serta fasilitas pelayanan penunjang lainnya.
2. Keadaan Geografis
Perkembangan Kota Makassar tidak dapat dipisahkan dengan posisi strategisnya secara geografis pada bentangan Selat Makassar. Sejarah mengungkapkan bahwa Makassar sejak dahulu menjadi tempat pertemuan pedagang-pedagang internasional dari berbagai bangsa. Hal ini mendorong Makassar menjadi kota niaga di wilayah timur yang tumbuh dan berkembangpesat. Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari Utara ke wilayah Selatan Indonesia.
Luas wilayah Kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 KM2 daratan yang meliputi 14 kecamatan dan 11 pulau di Selat Makassar dengan luas wilayah perairan sekitar 100 KM2. Setiap kecamatan di Kota Makassar kemudian dibagi ke dalam beberapa kelurahan yang secara keseluruhan berjumlah 143 kelurahan.
3. Kondisi Demografis
a. Berdasarkan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2020 berdasarkan hasil proyeksi penduduk sebesar 1.545.373 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki 765.485 jiwa dan perempuan 779.888 jiwa. Dengan demikian, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki denganperbandingan jenis kelamin (sex ratio) sebesar 98,15. Yang berarti bahwa setiap 100 jiwa
penduduk perempuan terdapat 98 jiwa penduduk laki-laki. Penduduk ini tersebar pada 15 kecamatan terdiri dari 153 kelurahan dengan total luas 175,77 km2 , sehingga kepadatan penduduk di Kota Makassar pada tahun 2020 sekitar 8.693 jiwa per km2 . Angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2019 yang mencapai 8.686 jiwa per km2.
Tabel 4.1 Penduduk Kota Makassar tahun 2019 dan 2020
Uraian Tahun
2019 2020
Jumlah Penduduk 1.526.677 jiwa 1.545.373 jiwa Laki-laki 755.968 jiwa 765.485 jiwa Perempuan 770.709 jiwa 779.888 jiwa Kepadatan penduduk 8.686 jiwa/km2 8.693 jiwa/km2
Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk Tahun 2019-2020
Makassar merupakan kota yang multi etnis, penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar dan Suku Bugis, sisanya berasal dari Toraja, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya.Jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2020 tercatat 1.545.373 jiwa yang tersebar pada 15 kecamatan. Distribusi penduduk menurut kecamatan menunjukkan keadaan sebaran yang tidak merata.
Kepadatan penduduk terendah sebesar 3.675,00 jiwa/km2 di Kecamatan Tamalanrea, sedangkan kepadatan tertinggi mencapai 34.011,51 jiwa/km2 di Kecamatan Makassar. Terdapat empat kecamatan yang wilayahnya cukup luas, masing-masing di atas 10 persen dari luas wilayah Kota Makassar. Sementara terdapat enam kecamatan lainnya yang memiliki luas wilayah masing-masing kurang dari 2 persen. Empat wilayah kecamatan terluas di Kota Makassar
berturut-turut adalah Biringkanaya 48,22 Km2, Tamalanrea 31,84 Km2, Manggala 24,14 Km2 dan Tamalate 20,21 Km2.
Tabel 4.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2020
No Kecamatan
Luas wilayah
(km2)
(%) Penduduk (%)
Jumlah penduduk (jiwa/km2)
1 Mariso 1,82 1,04 60.866 3,94 33.442,86
2 Mamajang 2,25 1,28 61.557 3,98 27.358,67
3 Tamalate 20,21 11,50 209.214 13,54 10.352,00 4 Rappocini 9,23 5,25 171.893 11,12 18.623,29
5 Makassar 2,52 1,43 85.709 5,65 34.011,51
6 Ujung
Pandang 2,63 1,50 29.291 1,89
11.109,89
7 Wajo 1,99 1,13 31.606 2,05 15.882,41
8 Bontoala 2,10 1,19 57.379 3,71 27.323,33
9 Ujung Tanah 4,40 2,50 35.534 2,31 8.116,14 10 Sangkarrang 1,54 0,88 14.602 0,94 9.481,82
11 Tallo 5,83 3,32 140.621 9,10 24.120,24
12 Panakukang 17,05 9,70 150.189 9,72 8.808,74 13 Manggala 24,14 13,73 153.174 9,91 6.345,2 14 Biringkanaya 48,22 27,43 226.621 14,66 4.699,73 15 Tamalanrea. 31,84 18,11 117.012 7,57 3.675,00 Jumlah 175,77 100,00 1.545.373 100,00 8.693,10 Sumber : Makassar Dalam Angka 2020, BPS
b. Berdasarkan Pendidikan
1) Kemampuan Membaca dan Menulis (Tingkat Buta Huruf)
Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Sehingga potensi sumber daya manusia di suatu wilayah dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan.kemampuan baca dan tulis penduduk berumur 15 tahun ke atas. Secara umum, selama kurun 2019 ʹ2020 kemampuan dapat membaca dan menulis penduduk meningkat.
Hal itu ditandai dengan meningkatnya persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis baik huruf latin maupun huruf lainnya serta menurunnya angka buta huruf. Tahun 2020 sekitar 98,43 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis, atau naik sekitar 0,69 persen dari keadaan tahun 2019 yang mencapai 97,75 persen. Telaah lebih lanjut menurut jenis kelamin, nampak bahwa kemampuan membaca dan menulis penduduk perempuan lebih rendah dari laki-laki. Penduduk perempuan yang bisa membaca dan menulis sekitar 98,28 persen tahun 2020 dan penduduk laki-laki yang dapat membaca dan menulis sekitar 98,60 persen. Masih adanya penduduk yang buta huruf sebesar 1,57 persen, hal ini seringkali disebabkan angka buta huruf terjadi pada usia lanjut yang sudah enggan untuk belajar membaca dan menulis huruf latin maupun huruf lainnya karena faktor usia.
Tabel 4.3 Kemampuan Baca Tulis Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Kota Makassar 2019-2020
Jenis Kelamin
2019 2020
Dapat Membaca dan Menulis
Tidak Dapat
Dapat Membaca dan Menulis
Tidak Dapat
Laki-Laki 98,90 1,10 98,60 1,40
Perempuan 96,65 3,35 98,28 1,72
Laki-laki
+Perempuan 97,75 2,25 98,43 1,57
Sumber : BPS Kota Makassar, Susenas 2019 ʹ2020 2) Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan/Dimiliki
Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Sehingga potensi sumber daya manusia di suatu wilayah dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan.