• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik Analisis Data

Agar data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan yang akurat, maka penulis menggunaan metode pengololaan dan analisis data dengan cara kualitatif yaitu dengan mengambil data hasil teknik pengumpulan data kemudian dilakukan klarifikasi dan pengelompokkan data yang sesuai dengan permasalahan yang ingin dikaji. Adapun data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diolah

dan dianalisa dengan menggunakan metode pengelolaan dan analisis data, pada metode ini.

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakansuatu proses kegiatan yang dilakukan peneliti dalam wawancara studi kepustakaan dan dokumen, maupun dokumen untuk mendapatkan data yang lengkap.

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus selama proses kualitatif berlangsung. Reduksi data bukanlah hal yang terpisah dari analisis pilihan-pilihan penelitian tentangdata mana yang dikode dan mana yang dibuang semua itu adalah pilihan-pilihan analisis. Reduksi data bentuk analisis yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu serta mengprganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan verifikasi.

3. Penyajian Data

Seluruh data yang berhasil diperoleh atau yang telah berhasil dikumpulkan selama proses penelitian dari data sekunder dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menuliskan, menjelaskan, dan memaparkan tinjauan sosiologihukumterhadap pelaku begal (pencurian dengan kekerasan) di kota makassar guna memperoleh gambaran yang dapat dipahami secara jelas dan terarah untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan penarikan inti dari suatu data yang telah terkumpul pada suatu proses penelitian yang telah dilaksanakan sehingga hasil penelitian yang telah dillakukan tersebut memperoleh kesimpulan atau verifikasi akhir

I. Teknik Pengabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data pemeriksaan terhadap keabsa han data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong:2007). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu (Wiliam Wiersma,1986). Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono:2019)

1. Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (memberchek) dengan sumber data (Sugiyono:2019). Jadi tujuan memberchek adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono:2019)

2. Triangulasi waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara tergantung dengan kesepakatan dengan informan kapan waktu yang tepat untuk melakukan proses wawancara dan informan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel.

Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono:2019).

3. Triangulasi Teori

Memanfaatkan dua teori atau lebih untuk dipadu. Untuk itu di perlukan rancangan penelitian, pengumpulan data dan analisis data yang lengkap. Dengan demikian akan dapat memberikan hasil yang lebih komperhensif. (Bachir:2010).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber, waktu dan teori.

Triangulasi dengan memanfaatkan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan teori yang berbeda dengan penelitian kualitatif. Triangulasi dalam penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara dari informan atau narasumber yang menjadi subjek penelitian dengan objek penelitian, kemudian dibuktikan dengan pengamatan peneliti dilapangan dan dikuatkan melalu cerita, dokumen atau arsip tertulis

42 BAB IV

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Sejarah Singkat Kota Makassar

Nama Makassar sudah di sebutkan dalam kitab Nagararaktagama karya Mpu Prapanca pada abadn ke-14, sebagai salah satu daerah taklukan majapahit.

Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke pentai, mendirikan benteng di muara Suangai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengantur perdagangan.

Pada abad ke -16 Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara.

Raja-raja Makassar meneraokan kebijakan perdagangan bebas dan ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.

Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti meskipun islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnaya masih tetap dapat berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di Kepulauan Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan

ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).

Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli perdagangan rempah-rempah yang di terapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda melakukan penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa- Tallo yang mereka anggap sebagai batu penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa kualisi kerajaan yang di pimpin oleh Belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menanda tangani perjanjian Bongaya

Setelah kemerdekaan, Kota Makassar terbentunk sebagsai satu daerah otonom berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-daerah tingkat II di Sulawesi Selatan, sebagaimana yang tercantum dalam lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1959 nomor 74 dan tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 1822. Kota Makassar selanjutnya menjadi Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Undang- undang nomor 13 tahun 1965 (lembaran Negara Tahun 1965 nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-undang nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi daerah tingkat II Kotamadya Makassar.

Adapun nama-nama Kepala pemeritahan Kota Makassar sebagai berikit:

a. Sampara Dg. Lili (1951-1952)

b. Achamad Dara Syachuddin (1952-1957) c. M. Junus Dg. Mile (1957-1962)

d. Latif Dg. Massikki (1959-1962) e. H. Arupala (1962-1965)

f. Kol. H.M Dg. Patompo ( 1965-1976) g. Kol. Abustan (1976-1982)

h. Kol. Jency Raib (1982-1988) i. Kol. Suwahyo (1988-1994)

j. H.A Malik B. Masry SE.MS (1994-1999)

k. Drs. H.B Amiruddin Maula, SH., M.Si (1999-2004) l. Ir. H. Ilham Arif Sirajuddin, MM (2004-2014) m. Ir. H. Andi Heny Iskandar, M.Si (2008-2014) n. Ir. H. Mohammad Ramadhan Pomanto (2014-2019)

Tahun 2020 Kota Makassar telah berusia 113 tahun sesuai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota Makassar tanggal 9 November 1607, hal tersebut hasil dari semua elemen masyarakat yang mengadakan penelusuran dan pengkajian sejarah Makassar. Diusianya yang ke- 113 ini, Kota Makassar tumbuh menjadi sebuah kota metropolitan yang merupakan pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industry, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara serta pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan. Hal ini dapat

terjadi karena pertumbuhan yang ditunjang dengan sumber daya manusia, serta fasilitas pelayanan penunjang lainnya.

2. Keadaan Geografis

Perkembangan Kota Makassar tidak dapat dipisahkan dengan posisi strategisnya secara geografis pada bentangan Selat Makassar. Sejarah mengungkapkan bahwa Makassar sejak dahulu menjadi tempat pertemuan pedagang-pedagang internasional dari berbagai bangsa. Hal ini mendorong Makassar menjadi kota niaga di wilayah timur yang tumbuh dan berkembangpesat. Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari Utara ke wilayah Selatan Indonesia.

Luas wilayah Kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 KM2 daratan yang meliputi 14 kecamatan dan 11 pulau di Selat Makassar dengan luas wilayah perairan sekitar 100 KM2. Setiap kecamatan di Kota Makassar kemudian dibagi ke dalam beberapa kelurahan yang secara keseluruhan berjumlah 143 kelurahan.

3. Kondisi Demografis

a. Berdasarkan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2020 berdasarkan hasil proyeksi penduduk sebesar 1.545.373 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki 765.485 jiwa dan perempuan 779.888 jiwa. Dengan demikian, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki denganperbandingan jenis kelamin (sex ratio) sebesar 98,15. Yang berarti bahwa setiap 100 jiwa

penduduk perempuan terdapat 98 jiwa penduduk laki-laki. Penduduk ini tersebar pada 15 kecamatan terdiri dari 153 kelurahan dengan total luas 175,77 km2 , sehingga kepadatan penduduk di Kota Makassar pada tahun 2020 sekitar 8.693 jiwa per km2 . Angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2019 yang mencapai 8.686 jiwa per km2.

Tabel 4.1 Penduduk Kota Makassar tahun 2019 dan 2020

Uraian Tahun

2019 2020

Jumlah Penduduk 1.526.677 jiwa 1.545.373 jiwa Laki-laki 755.968 jiwa 765.485 jiwa Perempuan 770.709 jiwa 779.888 jiwa Kepadatan penduduk 8.686 jiwa/km2 8.693 jiwa/km2

Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk Tahun 2019-2020

Makassar merupakan kota yang multi etnis, penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar dan Suku Bugis, sisanya berasal dari Toraja, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya.Jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2020 tercatat 1.545.373 jiwa yang tersebar pada 15 kecamatan. Distribusi penduduk menurut kecamatan menunjukkan keadaan sebaran yang tidak merata.

Kepadatan penduduk terendah sebesar 3.675,00 jiwa/km2 di Kecamatan Tamalanrea, sedangkan kepadatan tertinggi mencapai 34.011,51 jiwa/km2 di Kecamatan Makassar. Terdapat empat kecamatan yang wilayahnya cukup luas, masing-masing di atas 10 persen dari luas wilayah Kota Makassar. Sementara terdapat enam kecamatan lainnya yang memiliki luas wilayah masing-masing kurang dari 2 persen. Empat wilayah kecamatan terluas di Kota Makassar

berturut-turut adalah Biringkanaya 48,22 Km2, Tamalanrea 31,84 Km2, Manggala 24,14 Km2 dan Tamalate 20,21 Km2.

Tabel 4.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2020

No Kecamatan

Luas wilayah

(km2)

(%) Penduduk (%)

Jumlah penduduk (jiwa/km2)

1 Mariso 1,82 1,04 60.866 3,94 33.442,86

2 Mamajang 2,25 1,28 61.557 3,98 27.358,67

3 Tamalate 20,21 11,50 209.214 13,54 10.352,00 4 Rappocini 9,23 5,25 171.893 11,12 18.623,29

5 Makassar 2,52 1,43 85.709 5,65 34.011,51

6 Ujung

Pandang 2,63 1,50 29.291 1,89

11.109,89

7 Wajo 1,99 1,13 31.606 2,05 15.882,41

8 Bontoala 2,10 1,19 57.379 3,71 27.323,33

9 Ujung Tanah 4,40 2,50 35.534 2,31 8.116,14 10 Sangkarrang 1,54 0,88 14.602 0,94 9.481,82

11 Tallo 5,83 3,32 140.621 9,10 24.120,24

12 Panakukang 17,05 9,70 150.189 9,72 8.808,74 13 Manggala 24,14 13,73 153.174 9,91 6.345,2 14 Biringkanaya 48,22 27,43 226.621 14,66 4.699,73 15 Tamalanrea. 31,84 18,11 117.012 7,57 3.675,00 Jumlah 175,77 100,00 1.545.373 100,00 8.693,10 Sumber : Makassar Dalam Angka 2020, BPS

b. Berdasarkan Pendidikan

1) Kemampuan Membaca dan Menulis (Tingkat Buta Huruf)

Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Sehingga potensi sumber daya manusia di suatu wilayah dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan.kemampuan baca dan tulis penduduk berumur 15 tahun ke atas. Secara umum, selama kurun 2019 ʹ2020 kemampuan dapat membaca dan menulis penduduk meningkat.

Hal itu ditandai dengan meningkatnya persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis baik huruf latin maupun huruf lainnya serta menurunnya angka buta huruf. Tahun 2020 sekitar 98,43 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis, atau naik sekitar 0,69 persen dari keadaan tahun 2019 yang mencapai 97,75 persen. Telaah lebih lanjut menurut jenis kelamin, nampak bahwa kemampuan membaca dan menulis penduduk perempuan lebih rendah dari laki-laki. Penduduk perempuan yang bisa membaca dan menulis sekitar 98,28 persen tahun 2020 dan penduduk laki-laki yang dapat membaca dan menulis sekitar 98,60 persen. Masih adanya penduduk yang buta huruf sebesar 1,57 persen, hal ini seringkali disebabkan angka buta huruf terjadi pada usia lanjut yang sudah enggan untuk belajar membaca dan menulis huruf latin maupun huruf lainnya karena faktor usia.

Tabel 4.3 Kemampuan Baca Tulis Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Kota Makassar 2019-2020

Jenis Kelamin

2019 2020

Dapat Membaca dan Menulis

Tidak Dapat

Dapat Membaca dan Menulis

Tidak Dapat

Laki-Laki 98,90 1,10 98,60 1,40

Perempuan 96,65 3,35 98,28 1,72

Laki-laki

+Perempuan 97,75 2,25 98,43 1,57

Sumber : BPS Kota Makassar, Susenas 2019 ʹ2020 2) Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan/Dimiliki

Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Sehingga potensi sumber daya manusia di suatu wilayah dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan.

Penduduk Kota Makassar usia 15 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan tahun 2020. Bahwa sebagai ibukota provinsi pusat kegiatan ekonomi dengan fasilitas pendidikan yang lengkap, memungkinkan penduduknya untuk memperoleh pendidikan yang tinggi dengan lebih mudah.

Pada tahun 2020 sebagian besar penduduk yang berusia 15 tahun keatas berijazah SMA/ ke atas sebesar 58,76 persen. Sementara penduduk Kota Makassar yang berijazah SD/ sederajat sebesar 13,75 persen, berijazah SMP/ sederajat sebesar 20,32, dan tidak memiliki ijazah sebesar 7,17 persen. Selengkapnya pada Tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Yang Ditamatkan di Kota Makassar Tahun 2020

Pendidikan yang ditamatkan

2020

L P L+P

Tidak punya Ijazah SD 7,16 7,18 7,17

SD/ sederajat 12,99 14,47 13,75

SMP/ sederajat 19,13 21,44 20,81

SMA/ ke atas 60,72 56,91 58,76

Sumber : BPS Kota Makassar, Susenas 2020 c. Berdasarkan Pekerjaan

1) Lapangan Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan

Tingkat pengangguran di kota Makassar pada tahun 2019 mengalami penurunan jika dibandingkan 2018, yaitu dari 12,19 menjadi 10,39. Seperti di negara-negara berkembang, pengangguran masih menjadi persoalan ekonomi di Indonesia. Hal ini diakibatkan oleh tidak terserapnya sebagian angkatan kerja dalam sektor kegiatan ekonomi (lapangan pekerjaan). Dengan kata lain pertumbuhan angkatan kerja lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan lapangan

kerja baru. Sehingga sangat diperlukan data mengenai pencari pekerjaan sebagai bahan untuk pertimbangan mengenai masalah ketenagakerjaan.

Aktifitas ekonomi suatu wilayah dapat ditunjukkan melalui distribusi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha. Aktifitas ekonomi penduduk Kota Makassar terkonsentrasi pada sektor jasa. Pada tahun 2019, sektor Jasa menyerap 474.567 orang pekerja di kota Makassar. Artinya 80,10 persen penduduk Kota Makassar bekerja di Sektor Jasa. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah laki-laki yang bekerja pada sector jasa sebanyak 269.957 pekerja dan perempuan sebanyak 204.610 pekerja.

Selain sektor jasa, lapangan pekerjaan yang banyak mempekerjakan penduduk Kota Makassar adalah Sektor manufaktur yaitu sebanyak 111.642 pekerja. Sedangkan sector yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah sector pertanian. Hal ini karena memang lahan pertanian di Kota Makassar relative kecil.

Tabel 4.5 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin Kota Makassar, 2019

Lapangan Pekerjaan

Utama L P L+P

Pertanian 5.806 502 6.308

Manufaktur 86.648 111.642 111.642

Jasa 269.957 204.610 474.567

Jumlah 362.411 230.106 592.517

Sumber : BPS Kota Makassar, Sakernas 2019

Tabel 4.6 Distribusi Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama seminggu Yang Lalu menurut Jenis Pekerjaan Kota Makassar, 2019

Jenis Pekerjaan 2019

L P L+P

Tenaga Profesional 41.449 37.375 78.824

Tenaga Kepemimpinan

danKetatalaksanaan 14.207 2.838 17.045

Tenaga Tata Usaha dan sejenisnya 44.374 42.482 86.856 Tenaga Usaha Penjualan 75.172 87.871 163.043

Tenaga Usaha Jasa 16.953 27.723 44.676

Tenaga Usaha Pertanian 6.658 502 7.160

Tenaga Produksi, Operator Alat angkutan

dan Pekerja Kasar 150.482 30.446 180.928

Lainnya 13.116 869 13.985

Sumber: BPS Kota Makassar, Sakernas 2019

Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa sebagian besar tenaga kerja kota Makassar terserap di tenaga produksi, operator alat angkutan, dan pekerja kasar, yaitu sebanyak 180.928 orang. hal ini dikarenakan sektor industri merupakan salah satu penyumbang terbesar untuk produk domestik regional bruto Kota Makassar.

Sementara itu, yang paling sedikit merupakan tenaga usaha pertanian, yaitu 7.160 orang.

d. Berdasarkan Agama

Keragaman masyarakat Makassar yang terdiri atas berbagai etnis dan ras seperti Jawa, Cina, Arab, Ambon, India/Pakistan, dan Bugis Makassar sendirimenjadi potensi untuk membangun kekuatan dan keharmonisan kehidupan masyarakat Makassar.. Selengkapnya pada Tabel 4.7 dibawah ini.

Tabel 4.7 Jumlah penduduk menurut kecamatan dan agama yang dianut di kota Makassar 2019

Agama Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya

Mariso 53877 3811 1965 44 594 8

Mamajang 49746 5748 327 95 1206 5

Tamalate 171703 9226 5381 211 1481 13

Rappocini 137833 99 4323 135 825 10

Makassar 73126 7288 3943 24 2091 7

Ujung

Pandang 15779 473 2899 35

2529 10

Wajo 21008 38 2353 30 4669 16

Bontoala 51639 2341 1628 16 223 7

Ujung Tanah 36782 549 230 18 331 6

Sangkarrang 14531 16 - - - -

Tallo 148279 2799 839 83 422 8

Panakukang 120795 18937 5588 176 949 18

Manggala 138798 9254 3581 140 211 5

Biringkanaya 183406 20606 4848 515 122 13

Tamalanrea. 91392 9808 2525 107 109 6

Kota

Makassar 1308694 91063 40430 1629 15762

132 Sumber: BPS Kota Makassar, Sakernas 2019

Berdasarkan tabel 4.7 keragaman ini, selain merupakan perbedaan, juga dapat mewujudkan kompetisi, juga di dalamnya terdapat budaya-budaya lokal yang menjadi perekat dalam hidup bermasyarakat, layak dan sejahtera lahir dan batin, demikian yang diajarkan dalam agama masing-masing. Dengan tujuan terciptanya keharmonisan, ketenteraman dalam realitas sosial yang penuh dengan keberagaman untuk mewujudkan negara yang merdeka secara totalitas. Seorang beragama mempunyai faham yang berbeda dengan orang yang bergama lain, penganut agama tersebut harus tetap pada pendiriannya masingmasing.

B. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian 1. Tinjauan Historis Polsek Rappocini

Pada awalnya wilayah hukum yang saat ini diduduki Polsek Rappocini, merupakan wilayah yang bernaung di bawah Polsek Tamalate, namum pada hari Rabu tanggal 07 Januari tahun 1998 kecamatan Tamalate di bagi menjadi dua, yaitu kecamatan Tamalate dan Kecamatan Rappocini, sebagai tindak lanjut dari persetujuan Mendagri nomor 138/1242/PUOD tanggal 03 mei 1996 dan berdasarkan persetujuan Gubernur Sulawesi Selatan nomor 538/VI/1996 tahun 1996.

Sebelum di bagi menjadi dua kecamatan, saat itu Polsek Tamalate masih memegang kendali dan menaungi kedua kecamatan tersebut. akan tetapi adanya desakan dan kebutuhan masyarakat kecamatan Rappocini terhadap eksistensi Penegak hukum maka di bentuklah Polsek Rappocini pada tahun 2006, namun belum tersedianya tempat khusus untuk Polsek Rappocini, maka kedua Polsek tersebut menjalankan kegiatan dan berkantor di tempat yang sama, hanya saja di bagi menjadi dua yaitu Polsek Tamalate menempati lantai satu sebagai kantor dan Polsek Rappocini berkantor di lantai dua.

Setelah itu Polsek Rappocini di pidahkan dan menempati kantor lurah Balang Parang yang terletak di jalan Nikel untuk di gunakan sebagai kantor sementara karena belum adanya bangunan sendiri untuk Polsek Rappocini, kemudian Polsek Rappocini di pindahakan lagi untuk berkantor di jalan A.P Pettarani yang sekarang di jadikan kantor PJR, dalam kurun waktu yang terhitung

singkat setelah Polsek Rappocini pindah ke jalan A.P Pettarani, Polsek Tamalate di pindahkan karena sudah memiliki bangunan sendiri di jalan Metro Tanjung Bunga yang menjadi kantor Polsekta Tamalate hingga saat ini.

Karena kantor sebelumnya yang di tempati oleh Polsek Tamalate sudah di kosongkan, maka dengan pertimbangan bahwa letek kantor tersebut masih berada dalam wilayah kecamatan Rappocini maka, Polsek Rappocini kembali di pindahkan ke kantor pertama yang terletak di jalan Sultan Alauddin Nomor 321, Gunung Sari,Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, yang hingga saat ini menjadi kantor Polsek Rappocini.

2. Visi Dan Misi Polsek Rappocini a. Visi

Memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat wilayah Polsek Rappocini dengan mewejudkan tampilan polisi yang terempil, cepat, profesional serta kuat dan di percaya masyarakat melalui giat pengelolaan permasalahan dan pengelolaan kepolisian yang terprogram dan sistematis sehingga dapat mewujudkan situasi wilayah Polsek Rappocini aman dan dinamis

b. Misi

Memberikan pelayanan, perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat terbebas dari gangguan fisik maupun psikis.

1) Selalu melaksanakan perubahan-perubahan ke arah perbaikan dalam rangka menjawab tantangan perubahan sosial yang ada serta dalam rangka

mewujudkan tampilan kesatuan yang kuat melayani dan melindungi masyarakat.

2) Menekan gangguan kamtibnas yang terjadi melalui kegiatan preentif, preventif dan penegaka hukun yang terukur, profesional dan proporsional serta menjunjung tinggi HAM dalam rangka mengurangi tingkat keresahan masyarakat.

3) Memelihara kamtibnas dengan tetap memperhatikan norma-norma dan nilai yang berlaku dalam bingkai masyarakat demokratis.

4) Menegakkan hukun secara cepat profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supermasi hukum dan HAM menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan.

5) Mengelola SDM Polri di lingkungan polsek rappocini secara profesional dalam rangka optimalisasi tugas dan tujuan polsek Rappocini.

6) Mengelolsarana dan prasarana serta sumber daya materiil kesatuan dan rangka menunjang kebutuhan operasional pelaksanaan tugas.

7) Melakukan pelaksanaan fungsional kepolisian sehingga dapat mewujudkan polsek yang dapat di percaya masyarakat.

8) Mewujudkan model pengelolaan kepolisian yang sistematis secara utuh, sinergi dan dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas.

9) Melaksanakan upaya mendekatkan polisi dan masyarakat melalui aktifitas nyata mendatangi, berkomunikasi saling berbagi informasi dan berupaya menyelesaikan permasalahan sejak dini dalam rangka pemolisian yang berbasis masyarakat.

3. Struktur Organisasi Polsek Rappocini

Gambar 4.1 Skema Struktur Organisasi Polsek Rappocini

57 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pandangan Aparat Penegak Hukum (Kepolisian) Terhadap Pembegalan Di Kota Makassar

a. Pandangan Aparat Penegak Hukum (Kepolisian)

Tindak pidana begal merupakan tindak pidana pencurian dengan kekerasan, dengan menggunakan kenderaan roda untuk melakukan aksinya. Begal adalah salah satu bentuk kejahatan yang sangat meresahkan masyarakat, sehingga Aparat penegeak hukum (Kepolisian) mempunyai tugas untuk meminimalisir adanya aksi kejahatan tersebut di masyarakat Kepolisian harus menjaga stabilitas keamanan dalam masyarat sehingga terwujutnya masyarakat yang aman damai dan tentram tanpa ada gangguan dan ancaman apapun.

Berdasarkan wawancara dengan IU (41 Th) Selaku Kanit Reskrim mengenai tindak pidana begal, beliau mengatakan bahwa

“Tindak pidana begal ini merupakan tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Hal ini sangat meresahkan di wilayah kota Makassar, khususnya di wilayah Polsek Rappocini.”(Wawancara 31/12/2020)

Dalam penanganan kasus pembegalan kepolisian mempunyai tim khusus yang biasa disebut dengan unit resmob. Unit resmob merupaskan satuan yang di bentuk polsek Rappocini untuk menerima setiap laporan dan pengaduan masyarakat. Unit resmop juga di bentuk untuk meminimalisir terjadinya kasus

Dokumen terkait