• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penggunaan Aplikasi SIMKAH Online dalam Tertib

BAB II PRAKTEK PENGGUNAAN SIMKAH ONLINE DALAM

C. Efektivitas Penggunaan Aplikasi SIMKAH Online dalam Tertib

Adapun cakupan dan fokus penelitian terkait dengan efektivitas penggunan Aplikasi SIMKAH Online dalam tertib administrasi pencatatan pernikahan yang tersebar di sepuluh wilayah kecamatan di atas disesuaikan dengan tingkat keberhasilan penggunaan aplikasi serta faktor- faktor penghambatnya.

2. Setting Penelitian

Mengingat begitu luasnya latar alamiah atau lokasi penelitian disertai dengan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka lokasi yang menjadi setting utama dalam penelitian ini terfokus pada sepuluh KUA Kecamatan Wilayah Kerja Kantor Kemenag Kabupaten Lombok Timur yaitu: (1) KUA Selong, (2) KUA Sukamulia, (3) KUA Masbagik, (4) KUA Aikmel, (5)

Labuhan Haji, (6) KUA Wanasaba, (7) KUA Suralaga, (8) KUA Sikur, (9) KUA Sembalun, dan (10) KUA Jerowaru. Alasan peneliti memilih sepuluh sampel KUA tersebut sebagai setting penelitian karena sepuluh KUA tersebut mampu mewakili lima puluh persen dari dua puluh KUA yang ada. Di samping itu sepuluh KUA tersebut juga dapat mewakili karakteristik yang heterogen di Kabupaten Lombok Timur, baik ditinjau dari segi jarak wilayah dengan pusat ibukota, kondisi geografis dari masing-masing wilayah, akses internet yang berbeda-beda satu sama lain, ketersediaan sarana prasarana yang berlainan satu dengan lainnya, serta ketersediaan SDM yang berbeda pula.

Untuk menjamin originalitas penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan kajian ini. Dari sejumlah penelusuran yang dilaksanakan oleh peneliti, ditemukan beberapa penelitian sejenis ditinjau dari disiplin atau cluster keilmuan yang ditempuh peneliti dan peneliti-peneliti sebelumnya maupun pada kemiripan temanya dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Penelitian pertama oleh Syamsul Bahri dalam tesis berjudul: “Pelaksanaan Pencatatan Pernikahan di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) Terjadi perbedaan yang signifikan dalam hal intensitas pencatatan pernikahan antara Kepala Keluarga dengan jumlah peserta nikah yang tercatat di KUA setempat yang dilandasi oleh sejumlah faktor antara lain: (a) pengaruh agama, (b) administrasi yang rumit, (c) biaya nikah yang mahal, (d) kesadaran masyarakat yang kurang, (e) pernikahan poligami, dan (f) pengaruh pergaulan bebas. (2) Upaya dalam hal penanggulangan masalah pencatatan pernikahan antara lain: (a) melakukan penyuluhan keagamaan, (b) biaya pencatatan nikah bagi masyarakat tidak mampu gratis, (c) pelaku nikah siri harus melakukan Isbat Nikah di Pengadilan Agama, dan (d) menerapkan SIMKAH pada KUA.9

9Syamsul Bahri, “Pelaksanaan Pencatatan Pernikahan di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan”, Tesis (Medan: Pascasarjana IAIN Sumatera Utara, 2012), 5. Diakses dari http://repository.uinsu.ac.id/1498/ pada tanggal 10 Nopember 2019.

15

9

2. Penelitian kedua oleh Fuad Riyadi, dalam jurnal berjudul: “Efektivitas Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) dalam Implementasi Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2013 di KUA Kecamatan Mejobo Kudus.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: Praktik SIMKAH yang berlaku di KUA Kecamatan Mejobo dalam proses pencatatan nikah telah terfasilitasi dengan sangat baik. Fasilitas ini adalah dengan munculnya aplikasi SIMKAH.

Penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan data diri dalam data dukung seperti KTP, KK dan Akta Kelahiran, menurut analisa penulis, kesalahan terjadi karena human error, adanya ketidaktelitian dan kurang cermat dalam pekerjaannya sudah dipastikan akan membuahkan pekerjaan yang kurang memuaskan. Sehingga SIMKAH belum efektif dalam Implementasi Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan berkaitan dengan Pencatatan Nikah di KUA Kecamatan Mejobo Kudus. Ada faktor internal maupun eksternal yang menghambat implementasi UU No. 23 berjalanan secara efektif. Faktor eksternal KUA seperti dari Calon Pengantin, petugas desa dan dinas lain.10

3. Penelitian ketiga oleh Marpuah dalam jurnal berjudul: “Pelayanan Pencatatan Nikah di KUA Pasca PP 48 Tahun 2014 pada KUA Kabupaten Lampung

10Fuad Riyadi, “Efektivitas Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) dalam Implementasi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 di KUA Kecamatan Mejobo Kudus”, Yudisia, Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2018, 229. Diakses dari http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/view/4477/0 pada tanggal 14 Nopember 2019.

Selatan”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) Standar pelayanan dalam hal pencatatan nikah di KUA Pasca PP 48 tahun 2014 meliputi 6 indikator: (a) Prosedur pelayanan; (b) Waktu penyelesaian; (c) Biaya pelayanan; (d) Produk pelayanan; (e) Sarana dan prasarana yang memadai;

dan (6) Kompetensi petugas, dan (2) Faktor kendalanya ialah keterbatasan sarana prasarana KUA khususnya dalam hal jumlah ruangan serta SDM yang kurang kompeten.11

4. Penelitian keempat oleh Al Yasa’ Abu Bakar dalam jurnal berjudul:

Efektivitas Penerapan SIMKAH di KUA Syiah Kuala Kota Banda Aceh.

Hasil penelitiannya menunjukkan: (1) Penerapan SIMKAH di KUA Syiah Kuala Kota Banda Aceh berkenaan dengan sarana penerapan hukum keluarga di bidang pernikahan; (2) Penerapan SIMKAH di KUA setempat cenderung telah efektif dilaksanakan; dan (3) Hambatan dan tantangan dalam penerapan SIMKAH di KUA setempat yaitu berkenaan dengan pola birokrasi yang terus berganti pimpinan sehingga kebijakan SIMKAH dimungkinkan terjadi stagnan atau tidak berkembang. Selain itu, server pusat juga terkadang tidak siap menampung data yang banyak dari bawah sehingga pengiriman data tidak bisa dilakukan.12

11Marpuah, “Pelayanan Pencatatan Nikah di KUA Pasca PP 48 Tahun 2014 pada KUA Kabupaten Lampung Selatan”, Jurnal Al-Qalam, Vol. 24, No. 2, Desember 2018, 285. Diakses dari https://jurnalalqalam.or.id%2Findex.php%2FAlqalam%2Farticle%2Fdownload%2F546%2F523&usg=

AOvVaw0kR5OV37m_HYA_wDyvQzfT pada tanggal 16 Nopember 2019.

12Al Yasa’ Abu Bakar, “Efektivitas Penerapan SIMKAH di KUA Syiah Kuala Kota Banda Aceh”, Samarah, Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2019, 1.

17

9

Pemaparan keempat penelitian terdahulu di atas dapat dilihat unsur perbedaan dan juga persamaannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan saat ini. Lebih detailnya terkait orisinalitas penelitian saat ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1 Orisinalitas Penelitian

No. Penelitian Terdahulu Persamaan Perbedaan Orisinalitas Penelitian

1.

Syamsul Bahri,

“Pelaksanaan

Pencatatan Pernikahan di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan”, Tesis (Medan:

Pascasarjana IAIN Sumatera Utara, 2012).

Mengkaji pencatatan pernikahan oleh KUA melalui SIMKAH

Penelitian terdahulu hanya terfokus pada satu KUA yaitu KUA Medan Labuhan dan penggunaan SIMKAH

Desktop (E-KUA)

Penelitian saat ini lebih terfokus kepada sepuluh KUA Kecamatan Wilayah Kerja Kantor Kementerian Agama Kab. Lombok Timur dalam pencatatan pernikahan

menggunakan aplikasi SIMKAH Web Online.

2.

Fuad Riyadi,

“Efektivitas Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) dalam Implementasi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 di KUA Kecamatan Mejobo Kudus”, Yudisia, Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2018.

Mengkaji efektivitas penerapan SIMKAH di KUA dalam pencatatan pernikahan

Penelitian terdahulu hanya fokus membahas tentang efektivitas SIMKAH di KUA Kecamatan Mejobo Kab.

Kudus Prov. Jawa Tengah

Penelitian saat ini lebih terfokus kepada sepuluh KUA Kecamatan Wilayah Kerja Kantor Kementerian Agama Kab. Lombok Timur dalam pencatatan pernikahan

menggunakan aplikasi SIMKAH Web Online.

3.

Marpuah, “Pelayanan Pencatatan Nikah di KUA Pasca PP 48 Tahun 2014 pada KUA Kabupaten Lampung Selatan”, Jurnal Al- Qalam, Vol. 24, No. 2, Desember 2018.

Mengkaji pelayanan pencatatan pernikahan melalui SIMKAH di KUA

Penelitian terdahulu hanya fokus membahas tentang pelayanan pencatatan nikah melalui SIMKAH berbasis Desktop (E-KUA) di KUA Kecamatan

Penelitian saat ini lebih terfokus kepada sepuluh KUA Kecamatan Wilayah Kerja Kantor Kementerian Agama Kab. Lombok Timur dalam pencatatan pernikahan

Diakses dari https://jurnal.ar-raniry.ac.id › article › download › 3317, dd pada tanggal 18 Nopember 2019.

Wilayah Kerja Kantor Kementerian Agama Kab.

Lampung Selatan

menggunakan aplikasi SIMKAH Web Online.

Al Yasa’ Abu Bakar,

Mengkaji efektivitas penerapan SIMKAH di KUA dalam pencatatan pernikahan

Penelitian Penelitian saat ini lebih terfokus kepada sepuluh KUA Kecamatan Wilayah Kerja Kantor Kementerian Agama Kab. Lombok Timur dalam pencatatan pernikahan

menggunakan aplikasi SIMKAH Web Online.

“Efektivitas Penerapan terdahulu hanya

SIMKAH di KUA fokus membahas

Syiah Kuala Kota tentang efektivitas

4. Banda Aceh”, Samarah, Jurnal

SIMKAH di KUA Kecamatan Syiah

Hukum Keluarga dan Kuala Kota Banda

Hukum Islam, Vol. 3, Aceh Prov.

No. 1, Januari – Juni Nangroe Aceh

2019 Darussalam

Sumber: Hasil Analisis Peneliti

19

9

1) Berhasil guna yaitu untuk menyatakan bahwa suatu kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan;

2) Ekonomis yaitu untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian efektif itu, maka biaya tenaga kerja material, peralatan, waktu, keuangan, dan lain-lainnya telah dipergunakan dengan setepat- tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya penyelewengan;

3) Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab yakni untuk membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan;

4) Pembagian kerja yang nyata yaitu pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan beban kerja, kemampuan kerja, dan waktu yang tersedia;

5) Rasionalitas, wewenang, dan tanggung jawab haruslah seimbang dan harus dihindari adanya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak lainnya; dan

6) Prosedur kerja yang praktis yang menegaksan bahwa kegiatan kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis, pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan yang operasional dan dapat dilaksanakan dengan lancar.15

Sejumlah pendapat tersebut di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh T. Hani Handoko menyatakan bahwa efektivitas merupakan suatu kemampuan dalam hal memilih tujuan yang tepat atau dalam kalimat lain yaitu suatu peralatan yang tepat dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini terinspirasi dari pernyataan seorang ahli manajemen bernama Peter Dructer yang mendefinisikan efektivitas dan efisiensi.

Menurutnya, efektivitas yaitu melaksanakan pekerjaan yang benar (doing the

15Sujadi F.X., O & M Penunjang Keberhasilan Proses Management, cet. 3 (Jakarta: CV.

Masagung, 1990), 36-39.

right things), sedangkan efisiensi ialah melaksanakan pekerjaan dengan benar (doing things right).16

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan bahwa efektivitas sebagai ketetapan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Dalam pendapat lain disebutkan bahwa efektivitas merupakan hasil pengukuran prestasi kerja suatu program atau organisasi. Pengukuran prestasi kerja yang dimaksud terbagi menjadi dua kategori yaitu: Pertama, pengukuran prestasi kerja yang relatif mudah untuk diukur karena standar yang harus terpenuhi bersifat konkret dan teknis. Kedua, pengukuran prestasi kerja yang relatif sukar untuk dilaksanakan disebabkan karena standar yang harus terpenuhi tidak selalu dapat dinyatakan secara konret.17

Selanjutnya Gibson alam kaitannya dengan pendekatan teori sistem, memberikan kesimpulan-kesimpulan tentang kriteria efektivitas sebagai berikut: 1) Bahwa kriteria efektivitas harus menggambarkan seluruh siklus input dan proses output, dan 2) Efektivitas harus menggambarkan hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan yang lebih luas tempat hidup organisasi.18

16T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2, Cet. Ke-18 (Yogyakarta: BPFE, 2003), 7.

17Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), 174.

18James L. Gibson, Organisasi dan Managemen (Jakarta: PT. Agung, 1984), 39.

21

9

Dari beberapa definisi efektivitas di atas, bahwa yang dimaksud dengan efektivitas adalah suatu tingkatan atau tolak ukur keberhasilan dari suatu tindakan atau usaha yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam konteks ini, penggunaan aplikasi SIMKAH online dapat dikatakan efektif apabila memenuhi sejumlah keriteria seperti: 1) cepat, 2) tepat, dan 3) aman dalam tertib administrasi pencatatan pernikahan di sepuluh KUA Kecamatan Wilayah Kerja Kementerian Agama Kabupaten Lombok Timur.

Peraturan perundang-undangan, baik yang tingkatnya lebih tinggi maupun lebih rendah bertujuan agar masyarakat maupun aparatur penegak hukum dapat melaksanakannya secara konsisten dan tanpa adanya diskriminasi yang membedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Semua orang dianggap sama di hadapan hukum (equality before the law).

Namun, dalam realitasnya peraturan perundang-undangan yang ditetapkan seringkali dilanggar, sehingga aturan itu tidak berlaku efektif.

Ketidakefektifan undang-undang bisa disebabkan karena undang yang kabur atau tidak jelas, aparat yang tidak konsisten dan atau masyarakat yang tidak mendukung pelaksanaan dari undang-undang tersebut. Apabila undang-undang itu dilaksanakan dengan baik, maka undang-undang itu dikatakan efektif. Teori yang mengkaji hal inilah yang disebut dengan teori efektivitas hukum.

Dalam teori efektivitas hukum, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fungsi hukum berlaku dalam masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat disarikan menjadi empat faktor yaitu: materi hukum yang baik, penegak

hikum yang baik, masyarakat hukum yang baik, dan sarana prasarana hukum yang baik.19

Pertama, adanya materi hukum yang baik. Semakin baik suatu materi peraturan atau hukum, maka akan semakin memberikan kemungkin dalam hal penegakannya. Demikian pula sebaliknya, semakin tidak baik suatu materi peraturan atau hukum, maka akan semakin menimbulkan kesukaran dalam penegakannya. menegakkannya. Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa suatu materi peraturan atau hukum yang baik itu berlaku dalam tiga aspek mendasar yaitu yuridis, sosiologis, dan filosofis.

Kedua, adanya penegak hukum yang baik. Dalam proses penegakan hukum dan keadilan, maka pihak-pihak atau stakeholder terkait mulai dari pihak kepolisian, kejaksaan, peradilan, advokat, maupun lembaga pemasyarakatan memiliki andil dan peranan yang sangat penting untuk menentukan kesuksesan dalam usaha penegakan hukum dan keadilan di tengah kehidupan bermasyarakat.

Ketiga, adanya masyarakat hukum yang baik. Kesadaran hukum di tengah masyarakat sangat berperan vital dalam upaya penegakan hukum.

Artinya semakin tinggi tingkat kesadaran hukum suatu masyarakat, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan penegakan hukum yang baik. Hal sebaliknya

19Munir Fuady, Teori- Teori Besar “Grand Theory” dalam Hukum, Cet. 3 (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2014), 117.

23

9

juga berlaku demikian, dimana semakin rendah tingkat kesadarannya, maka pelaksanaan penegakannya yang baik akan semakin sukar dan sulit terlaksana.

Keempat, adanya sarana dan prasarana hukum yang baik. Tanpa keberadaan sarana prasarana ataupun fasilitas pendukung, maka upaya penegakan hukum mustahil dapat berlangsung lancar. Sarana atau fasilitas yang dimaksud tersebut diantaranya mencakup sumber daya manusia yang terdidik dan terampil, organisasi yang solid, peralatan dan perlengkapan yang memadai, keuangan yang terjangkau, dan sebagainya. Jika semua hal-hal tersebut tidak terpenuhi, maka upaya penegakan hukum akan menjadi hal yang mustahil sebagai suatu tujuan.

memperoleh kehalalan dalam hubungan suami isteri, timbul antara keduanya hak dan kewajiban suami isteri.20

Kebijakan atau instruksi pelaksanaan SIMKAH baru dikeluarkan pada tahun 2013 melalui Keputusan Dirjen Bimas Islam tentang Penerapan SIMKAH pada KUA Kecamatan yang menyatakan bahwa:

(1) Penerapan SIMKAH pada KUA Kecamatan merupakan suatu tuntutan yang mesti dilakukan pada era globalisasi dan transformasi saat ini dalam rangka meningkatkan pelayanan publik; (2) Pelayanan yang mudah dan murah sebagai lembaga pemerintah dalam mengayomi masyarakat mengharuskan adanya upaya perubahan paradigma agar semua layanan dapat diakses melalui media teknologi informasi; dan (3) Aplikasi SIMKAH merupakan sarana pencarian data pencatatan nikah pada KUA Kecamatan yang dapat menghasilkan data dan informasi secara elektronik menuju penerapan e-nikah.21

Keputusan Dirjen Bimas Islam tersebut diperbarui lagi melalui KMA RI No. 892 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) Berbasis Web pada KUA Kecamatan yang menyatakan bahwa:

(1) Menetapkan Sistem Manajemen Nikah Berbasis Web (SIMKAH WEB) pada KUA Kecamatan; (2) SIMKAH WEB sebagaimana dalam Diktum Kesatu digunakan untuk mengelola administrasi pencatatan pernikahan, yang meliputi: a) Pendaftaran Nikah; b) Pemeriksaan Nikah;

c) Pengumuman Nikah; d) Pencatatan Nikah; e) Rekomendasi Nikah; f) Pelaporan Nikah; dan g) Survei Kepuasan Masyarakat; (3) KUA Kecamatan wajib menggunakan SIMKAH WEB dalam memberikan pelayanan pencatatan pernikahan; (4) Dalam hal KUA Kecamatan belum terjangkau aliran listrik, jaringan internet, dan terkena force majeur, layanan pernikahan dapat dilakukan secara manual; (5) Input data SIMKAH Web menggunakan data berbasis KTP Elektronik; (6)

20Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3 (Jakarta: Pustaka Phoenix, 2009), 379.

21Keputusan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/369 Tahun 2013 tentang Penerapan SIMKAH pada KUA Kecamatan. Diakses dari simbi.kemenag.go.id › pustaka › images › materibuku pada tanggal 22 Nopember 2019.

25

9

SIMKAH WEB dapat diintegrasikan dengan apliksai Kementerian dan Lembaga Lain sesuai keperluan; (7) SIMKAH WEB tidak dapat diubah, dimodifikasi dan diintegrasikan dengan aplikasi lain tanpa persetujuan Dirjen Bimas Islam; (8) SIMKAH WEB dapat dikembangkan fitur dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan layanan; (9) Tata cara pengoperasian SIMKAH WEB ditetapkan dengan Keputusan Dirjen Bimas Islam; (10) Pada saat keputusan ini mulai berlaku, penggunaan aplikasi SIMKAH Berbasis Desktop ditiadakan; dan (11) Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan yaitu 18 Oktober 2019.22

Pengertian SIMKAH lebih jelas dimuat dalam Buletin “Penghulu”, terbitan Bimas Islam, bahwa sistem informasi manajemen nikah merupakan suatu program aplikasi komputer berbasis windows yang berfungsi untuk mengumpulkan data-data pernikahan dari seluruh KUA di wilayah hukum Republik Indonesia secara “online”, data tersebut tersimpan dengan aman di masing-masing KUA Kecematan setempat di tingkat Kabupaten/Kota, di Kanwil Propinsi dan juga di Dirjen Bimas Islam. Data-data tersebut sangat bermanfaat untuk membuat sejumlah analisa dan laporan sesuai dengan keperluan peruntukannya.23 Dalam pengertian lain SIMKAH adalah salah satu sistem berbasis website yang memberikan layanan kepada masyarakat untuk mendaftar nikah secara online.24

22Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 892 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) Berbasis Web pada KUA Kecamatan. Diakses dari:

https://nikahdikua.com › 2019/10/23 › kma-no-892-tah... simbi.kemenag.go.id › pustaka › images › materibuku pada tanggal 22 Nopember 2019.

23Buletin “Penghulu: Layanan Berbasis IT”, Edisi I, (November 2012), 11. Dimuat juga dalam: Kementerian Agama, Buku Panduan: Sistema Informasi Manajemen Nikah, (tt, 2009), 4.

24Dwi Rahayu, “Visual Interface of E-Marriage Card Website Design”. Jurnal: Ilmiah Sisfotenika. Vol. VII, No. 2, (Juli 2017), 136-137. Diakses dari https://www.researchgate.net/

publication/323123911_Desain_Visual_Antarmuka_Website_E kartu_nikah, pada tanggal 20 Nopember 2019.

Dua pengertian di atas tampak memperluas makna yang disebutkan dalam keputusan Bimas Islam sebelumnya. Artinya, SIMKAH dioperasikan dalam bentuk aplikasi di komputer dengan memanfaatkan jaringan internet sebagai media pengumpulan data pernikahan. Mengacu pada pengertian serta sisi dari SIMKAH di atas, dapat dipahami bahwa SIMKAH merupakan satu sistem aplikasi dalam komputer yang digunakan untuk mendata pernikahan di kalangan masyarakat melalui jaringan online atau internet. Jadi, SIMKAH bagian dari sistem aplikasi berbasis internet dengan alamat website tertentu, memiliki fungsi salah satunya mendata perkawinan.

Program aplikasi SIMKAH ini menggunakan teknik internate yang dipandang sebagai cara yang lebih tepat, cepat, dan aman selain teknik back-up yang konvensional. Selain itu, program ini bertujuan yaitu: 1) diperlukan sistem penyeragaman data, dan 2) diperlukan back-up data yang harus terintegrasi. Penyeragaman data diperlukan karena diharapkan data dapat lebih efektif dan efisien sehingga penanganannya lebih mudah apalagi melalui suatu program yang memadai. Diperlukannya back-up data adalah upaya untuk penyelamatan data dari berbagai masalah yang dihadapi manusia seperti kehilangan dokumen pernikahan karena pencurian, ataupun kerusakan dokumen pernikahan disebabkan oleh kebakaran, kebanjiran, maupun bencana alam lainnya.

Perangkat dan cara kerja SIMKAH ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gardon B. Davis yang menungkapkan bahwa, sistem

27

9

informasi manajemen merupakan sebuah istilah dikenal orang pada umumnya sebagai suatu sistem perpaduan antara manusia dan mesin dalam menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem ini terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah database.25

Sistem basis data (database) menurut Tata Sutabri dirancang dan dibangun dengan orientasi para pemakai, artinya sistem ini ditunjukkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan para pemakainya. Selain harus lengkap, sistem database (basis data) juga dirancang agar mudah digunakan, dapat digunakan melalui berbagai macam cara oleh banyak pengguna baik secara terpisah maupun bersama-sama, serta meminimalisir kerangkapan data.26

Di samping itu, keunggulan basis data ialah memudahkan modifikasi dan mengembangkan data, baik volume maupun strukturnya. Dengan sistem basis data, berbagai kebutuhan sistem-sistem baru dapat dipenuhi dengan segera tanpa perlu mengubah basis datanya. Sistem database atau basis data sangat mendukung bagi tercapainya efektivitas penerapan SIMKAH, karena data-data yang disusun dan disimpan dalam file-file sistem database merupakan data yang teruji keabsahannya (validitasnya).

25Gardon B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressendo, 2002), 3.

26Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), 186.

29

9

utang piutang dan mendatangkan saksi dihadapan pihak ketiga yang dipercaya. Selain itu, ayat ini juga menekankan perlunya menulis utang

27Q.S. Al-Baqarah [2]: 282.

walaupun hanya sedikit, disertai dengan jumlah dan ketetapan waktunya.

bertujuan untuk menghindarkan terjadinya sengketa dikemudian hari.28 Dengan mencermati dan mengkaji surat Al-Baqarah ayat 282 di atas yang berisikan sebuah anjuran untuk melakukan penulisan atau pencatatan terkait utang piutang. Bahkan sebagian besar atau jumhur ulama berpendapat bahwa anjuran tersebut dapat dikategorikan bersifat wajib dalam melakukan pencatatan utang piutang serta keberadaan saksi yang dapat dipercaya sebagai pihak ketiga untuk memperkuat pencatatan tersebut.

Dari ayat tersebut juga dapat dilakukan penarikan hukum (istinbâth) dengan model qiyâs aulâwi, yaitu suatu perkara yang tidak ditegaskan dalam teks, namun lebih utama hukumnya daripada yang ditegaskan. Melalui analisis qiyâs aulâwi), jika perjanjian yang berhubungan dengan harta dan utang piutang saja sangat dianjurkan untuk dicatatkan di atas hitam dan putih, apalagi masalah yang terkait dengan pernikahan sebagai suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang disebut dalam al-Qur’an sebagai mitsâqan ghalîzhan dengan tujuan membina keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, tentu saja perkara ini lebih utama untuk dilakukan pencatatannya.

28M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 602.