• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Studi Kelayakan Bisnis Dalam

BAB I: PENDAHULUAN

C. Penerapan Studi Kelayakan Bisnis Dalam

Syariah Bina Usaha bukan hanya itu, banyak lapangan pekerjaan dengan adanya usaha-usaha yang dimiliki Koptan”.72

C. Penerapan Studi Kelayakan Bisnis Dalam Meminimalisir Resiko Usaha

jahit dan mesin penetas yang kerap terjadi masalah terhadap dua mesin tersebut”.73

Kemudian untuk meminimalisisr resiko yang disebabkan oleh penurunan performa mesin-mesin tersebut pengurus koperasi Bina Usaha melakukan pembaharuan mesin dengan cara menjual mesin lama dan membeli mesin yang baru. Hal tersebut juga diterangkan oleh bapak mulhakim selaku Manager Unit Maal:

Untuk meminimalisir kerugian karena kerusakan mesin untuk operasioal usaha. Manager yang bertanggung jawab untuk usaha tersebut menggambil tindakan dengan cara menjual mesin tersebut dengan harga setengah dari harga beli. Kemudian membeli mesin yang baru dari hasil penjualan mesin yang lama.74 Pengurus mengambil keputusan ini karena tidak mau mengambil resiko rusak totalnya mesin karena digunakan dengan paksa, setidaknya dengan menjual setengah baru pengurus masih bisa mengambil nilai dari mesin tersebut untuk membeli mesin yang baru.

2. Resiko keuangan

Resiko keuangan merupakan resiko yang dihasilkan dari usaha perusahaan yang mengalami keruagian sehingga laba perusahaan mengalami penurunan atau tidak ada sama sekali. Resiko keuangan selalu dihadapi oleh setiap perusahaan dan pelaku usaha tak terkecuali perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan seperti di Koperasi Tani Syariah Bina Usaha yang ada di Desa Pendem, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah. Resiko keuangan yang terjadi tidak jauh beda dengan

73 Abudsy Syukur (Ketua Koptan Syariah Bina Usaha dan Manager Unit Peternakan), wawancara, Pendem 21 Februari 2019.

74Ibid.

resiko yang dihadapi lembaga pembiayan lainnya yaitu resiko pembiayaan berrmasalah. Hal ini dijelaskan Pak Zulkarnain selaku Bendahara Koperasi Tani Syariah Bina Usaha, “disini yang sering bermasalah itu anggota yang diberikan pembiayaan tetapi mangkir dari tanggung jawabnya untuk membayar angsuran untuk pinjaman yang sudah diberikan”.75

Resiko ini terjadi karena lambatnya nasabah atau anggota koperasi dalam pengembalian pinjaman sehingga modal koperasi menjadi terhambat sehingga usaha-usaha yang dijalankan juga tidak bisa termodalkan dengan baik.Untuk menanggulangi resiko ini dengan carapihak koperasi menghubungi nasabah atau anggota yang bermasalah dalam pembiayaan sampai mendatangi rumah nasabah tersebut. Pak Zulkarnain selaku Bendahara Koperasi Tani Syariah Bina Usahamenerangkan tentang ini:

Banyak sekali nasabah atau anggota yang bermasalah dalam pembiayaan. Adapaun langkah yang kita ambil untuk menaggulangi masalah tersebut dengan cara kita menghubungi nasabah atau anggota yang diberi pembiayaan, namun jika dengan cara menhubungi belum bisa membuat nasabah atau anggota tersebut membayar angsurannya, maka langkah selanjutnya yang kita ambil yaitu mendatangi rumah nasabah atau anggota tersebut.76

2019.

75 Zulkarnain (Bendahara Koptan Syariah Bina Usaha), wawancara, Pendem 9 Januari

76Ibid.

3. Resiko Pasar

Resiko pasar merupakan resiko yang disebabkan oleh banyaknya pesaing dari perusahaan yang bergerak dibidang yang sama, bukan hanya itu, resiko ini juga bisa disebabkan oleh munculnya pesaing baru yang lebih potensial dan mengikuti perkembangan zaman. Resiko pasar selalu dihadapi oleh suatu perusahaan dan pelaku usaha tak terkecuali Lembaga Keuangan Syariah yaitu Koperasi Tani Syariah Bina Usaha. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Zulkarnain selaku Bendahara Koperasi Tani Syariah Bina Usaha:

Di desa saja kita sudah banyak sekali pesaingnya. Bagaimana kalau dikota, mungkin Koptan ini tidak bisa maju karena banyak pesaing dari perbankan. Disini saja yang menjadi pesaing kita itu datang dari Bank BRI dan Pegadaian.77

Resiko ini terjadi karena banyaknya pesaing dari lembaga keuangan yang bergerak dalam skala besar Seperti perbankan. Adapun hal yang dilakukan untuk meminimalisir resiko tersebut yaitu dengan cara memperbanyak promosi terhadap masyarakat. Promosi yang dimaksud disini adalah mempromosikan setiap produk-produk yang dimiliki oleh Koperasi Tani Syariah Bina Usaha dengan cara door to door atau dari mulut ke mulut. Seperti yang dikatakan oleh bapak Zulkarnain,

“untuk mempertahankan eksistensi dari Koperasi Tani Syariah Bina Usaha yaitu dengan cara mempromosikan Koptan Syariah ini sendiri, dan menjelaskan produk apa saja yang dimiliki oleh Koptan ini”.78

77Ibid.

78Ibid.

4. Resiko Murni

Resiko murni merupakan resiko yang timbul karena terjadinya musibah seperti banjir, gempa, gunung meletus, tsunami, tanah longsor, topan, kebakaran, resesi ekonomi dan sebagainya. 79 Dan akibat dari resiko murni ini hanya menilbulkan satu kemungkinan, yaitu kemungkina rugi. Sebagaimana yang terjadi pada Koperasi Tani Syariah Bina Usaha dalam unit usaha ayam petelur. Seperti yang dikatakan oleh bapak Mulhakin selaku Manager Unit Maal:

Pada saat musim hujan, usaha ayam petelur ini mengalami penurunan. Ini disebabkan oleh ayam petelur pada saat musim hujan atau dingin intensitas bertelur ayam menjadi turun karena ayam petelur ini tidak tahan terhadap hawa dingin mengakibatkan jumlah telur menurun pada musim tersebut.80

Adapun hal untuk mengatasi dari resiko tersebut, pengurus atau penanggung jawab dari unit usaha ini belum mengambil tindakan serius untuk meminimalisir dampak dari ressiko tersebut.

5. Resiko Dinamis

Resiko dinamis merupakan resiko yang disebabkan karena kemajuan teknologi yang semakin mumpuni seiring dengan perkembangan zaman. Contohnya: pada saat ini kita bisa menarik uang secara tunai tanpa harus pergi ke bank dengan adanya ATM. Bukan hanya itu, bahkan saat ini kita bisa transfer uang melalui Mobile Banking.

Hal ini mengakibatkan lembaga keuangan non bank kurang dilirik oleh masyarakat karena tidak mempunyai pelayanan seperti yang ditawarkan

79Kasidi, Manajemen Risiko, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 5.

80Mulhakim (Manager Unit Maal Koptan Syariah Bina Usaha), Wawancara,Pendem 9 Januari 2019.

oleh perbankan. Seperti yang dikatakan oleh bapak Mulhakim, beliau mengakatakan:

Seiring perkembangan zaman, lembaga keuangan non bank makin sedikit peminatnya. Hal ini karenakan tidak jauh-jauh dari penggunaan teknologi oleh perbankan yang semakin mempermudah transaksi nasabahnya. Seperti adanya ATM untuk penarikan tunai. Dan bahkan sekarang di tambah dengan adanya Mobile Banking semakin membuat peminat untuk lembaga keuangan non bank semakin kurang diminati.81

6. Resiko Operasional

Resiko operasional merupakan resiko yang diakibatkan dari kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan baik. Seperti yang terjadi pada Koperasi Tani Syariah Bina Usaha pada Sumber daya Manusianya yang tidak teliti dalam memberikan pembiayaan, sehingga menimbulkan kerugian untuk lembaga khusunya Koperasi Tani Syariah Bina Usaha. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Zulkarnaen selaku Bendahara Koperasi Tani Syariah Bina Usaha.

Akibat dari kemudahan syarat-syarat mengajukan pembiayaan dan Sumber Daya Manusia dari Koperasi syariah yang tidak terlalu teliti mengamati anggota yang mengajukan pembiayaan sehingga mengakibatkan terjadinya kredit macet.82

Seperti yang kita ketahui dalam memberikan pembiayaan ada hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan dengan cara memperhatiakan beberapa prinsip uatama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip penilaian di kenal dengan 5C + 1S dan 7P.

81Mulhakim (Manager Unit Maal Koptan Syariah Bina Usaha), Wawancara,Pendem 5 Januari 2019.

82Zulkarnaen (Bendahara), Wawancara, Pendem 30 Juni 2019.

7. Resiko spekulatif

Resiko spekulatif merupakan resiko yang memiliki dua kemungkinan yaitu kerugian atau keuntungan.83 Adapun resiko spekulatif yang terjadi pada Koperasi Tani Syariah Bina Usaha yaitu seperti yang terjadi pada unit usaha rumah makan yang dimiliki oleh koptan. Usah rumah makan yang di spekulasikan akan menambah pendapatan untuk koptan namun mengalami kerugian. Seperti yang dikatakan oleh penanggung jawab unit usaha ini yaitu Humidat Basri.

rumah makan ini sebenarnya diramalkan sebagai penambah pemasukan untuk Koperasi Tani Syariah Bina Usaha, namun karena letaknya yang tidak strategis mengakibatkan rumah makan ini jarang pengunjungsehingga bahan-bahan yang sudah disiapkan menjadi rusak.84

Usaha rumah makan sebenarnya adalah salah satu usaha yang terbilang mendatangkan keuntungan. Namun berkebalikan dengan usaha rumah makan yang dimiliki oleh Koperasi Tani Syariah Bina Usaha yang mengalami kerugian di akibatkan oleh letaknya yang tidak strategis sehingga jarang ada pengunjung. Bukan itu saja, modal pengeluaran yang di keluarkan untuk membangun usaha rumah makan juga tidak bisa kembali. Sehingga usaha rumah makan ini mengalmi penutupan.

83Kasidi, Manajemen Risiko, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 5.

84Zulkarnaen (Bendahara), Wawancara, Pendem 30 Juni 2019.

BAB III

Dokumen terkait