TUJUAN
· Mampu melakukan medical consent pada pengaturan diet
· Mampu melakukan anamnesis pola makan pasien
· Mampu menentukan kebutuhan energi sesuai dengan status gizi pasien
· Mampu menentukan komposisi makronutrien dari kebutuhan energi
· Mampu menentukan kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak dalam gram
· Mampu memberikan edukasi gizi pada pasien DM tipe 2
PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI
· Pengelompokan zat gizi (makronutrien dan mikronutrien)
· Penghitungan kandungan zat gizi pada bahan makanan (makronutrien dan mikronutrien)
4A
· Metabolisme zat-zat gizi (makronutrien dan mikronutrien)
· Interaksi antar zat-zat gizi
· Interaksi antara zat gizi dan obat
· Patofisiologi DM tipe 2
· Manajemen DM tipe 2 (non farmakologis dan farmakologis)
· Penentuan status gizi orang dewasa berdasarkan IMT (pengukuran BB dan TB)
· Komunikasi dengan pasien
ALAT DAN BAHAN
· Food model (alat peraga bahan makanan zat gizi makro dan mikro) seperti nasi putih, roti putih, ikan, daging ayam, sayur-sayuran, buah pisang, apel, jeruk dan sebagainya
· Leaflet bahan makanan penukar dan leaflet diet pada pasien DM
· Pengukur TB dan BB
· Kalkulator
TEKNIK PEMERIKSAAN
1) Medical consenta. Sapalah pasien dan keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda serta tanyakan keadaannya
b. Berikan informasi umum kepada pasien dan keluarganya tentang tujuan dan cara pengaturan diet
c. Jelaskan tentang target yang dikehendaki sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
d. Minta komitmen pasien untuk menjalani terapi agar target yang dikehendaki dapat tercapai
2) Anamnesis pola makan pasien
a. Tanyakan pola makan pasien selama ini (jadwal makan, jenis makanan dan jumlah makanannya)
b. Gunakan leaflet bahan makanan penukar untuk melihat pola makan terutama jenis makanan dan jumlah makanan yang dikonsumsi
3) Penentuan kebutuhan energi
Kebutuhan energi dihitung berdasarkan berat badan dan jenis aktivitas.
a. Tegakkan diagnosis gizi à berdasarkan antropometri à IMT à status gizi Tabel 8. Kebutuhan energi berdasarkan BB dan jenis
aktivitas
Jenis Aktivitas Ringan Sedang Berat BB lebih
(kegemukan) 20 – 25
kkal/kgs 30 kkal/kg 35 kkal/kg BB normal 30 kkal/kg 35 kkal/kg 40 kkal/kg BB kurang 30 kkal/kg 40 kkal/kg 45 – 50
kkal/kg 4) Komposisi zat gizi yang dihitung termasuk
makronutrien, mikronutrien dan air a. Makronutrien
Penghitungan makronutrien dari kebutuhan kalori total (KKT).
Karbohidrat : Protein : Lemak = (50- 60%) : (15-20%): (20-30%)
Jumlah ketiga makronutrien ini harus
b. Kebutuhan harian protein100%
Sehat : 1,0 – 1,2 g/kg/hr
Stres : 1,0 – 2,0 g/kg/hr, tergantung kondisi pasien
c. Mikronutrien
Sesuai dengan AKG 2013 d. Air
5) Penentuan kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak dalam gram
a. Kebutuhan karbohidrat dalam gram i. Kebutuhan karbohidrat (kkal)
= persentase komposisi x kebutuhan energi (kkal)
ii. kebutuhan karbohidrat (gram) = kebutuhan karbohidrat (kkal)/4 iii. Contoh:kkal
Kebutuhan energi = 1200 kkal Kebutuhan karbohidrat dalam kkal= 45 – 60 % x 1200 kkal
= 540 – 720 kkal
Kebutuhan karbohidrat dalam gram= 540 – 720 kkal/4 kkal
= 135 –180 gram b. Kebutuhan protein dalam gram
i. Kebutuhan protein (kkal)
= persentase komposisi x kebutuhan energi (kkal)
ii. Kebutuhan protein (gram) = kebutuhan protein (kkal)/4 kkal iii. Contoh:
Kebutuhan energi = 1200 kkal
Kebutuhan protein dalam kkal
= 15 – 20 % x 1200 kkal
= 180 – 240 kkal
Kebutuhan protein dalam gram
= 180 – 240 kkal/4 kkal
= 45 – 60 gram
c. Kebutuhan lemak dalam gram
i. Kebutuhan lemak (kkal)
= persentase komposisi x kebutuhan energi (kkal)
ii. Kebutuhan lemak (gram) = kebutuhan lemak (kkal)/9 kkal iii. Contoh:
Kebutuhan energi = 1200 kkal Kebutuhan lemak dalam kkal
= 20 – 30 % x 1200 kkal
= 240 – 360 kkal
Kebutuhan lemak dalam gram
= 240 – 360 kkal/9 kkal
= 26,7 – 40 gram 6) Melakukan edukasi gizi
a. Pasien sebaiknya memiliki waktu makan 5-6 kali yang terdiri atas 3 kali makanan utama (pagi, siang dan malam) serta 2-3 kali makanan selingan (snack pagi, sore dan malam) b. Asupan karbohidrat sederhana tidak
boleh lebih dari 10% kebutuhan energi c. Pasien makan sesuai dengan porsi
yang dianjurkan
d. Pada pemberian edukasi tetap memperhatikan kebiasaan makan sebelumnya, daya beli pasien serta ketersediaan bahan makanan tersebut e. Meningkatkan aktivitas fisik
f. Melakukan olahraga yang bersifat aerobik ringan – sedang
g. Manajemen stress
Seorang laki-laki berusia 43 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gula darah yang tidak bisa turun padahal sudah mengonsumsi obat penurun gula darah oleh dokter. Kontrol terakhir dua hari yang lalu diketahui GDP pasien 345 mg/dl.
Dari anamnesis didapatkan pasien sering mengonsumsi nasi 2 sendok nasi tiap makan, biskuit dan minum teh dengan dua sendok makan gula pasir untuk segelas seduhan teh 300 ml. Akhir-akhir ini pasien makan lebih sering dari pada biasanya dengan porsi yang lebih tetapi pasien tetap merasa lapar. Pasien baru menyadari kalau tubuhnya semakin kurus beberapa waktu belakangan. Pasien telah mencoba beberapa diet yang disarankan kawan- kawan dan keluarganya tetapi pasien justru merasa semakin lelah dan akhirnya justru menambah porsi makan. Makanan yang sering dikonsumsi yaitu nasi putih, goreng- gorengan dan kuah sayur. Jarang makan sayur karena menurut pasien rasanya tidak enak. Pada pemeriksaan antropometri diperoleh data berat badan (BB) 45 kg, tinggi badan (TB) 160 cm, IMT 17,6 kg/m2. Tingkat aktivitas harian pasien termasuk sedang. Lakukanlah pengaturan diet dan edukasi pada pasien tersebut!
CONTOH KASUS
• Melakukan medical consent terlebih dahulu kemudian melakukan anamnesis pola makan pasien.
◦ Melakukan pengaturan diet berdasarkan IMT pasien (17,6 kg/
m2) yaitu status gizi kurang. Tahap pengaturan diet berupa:
◦ Menentukan kebutuhan energi yaitu 40 kkal/kg à 1800 kkal
◦ Menentukan komposisi
makronutrien terdiri dari karbohidrat : protein : lemak yaitu = 45-60% : 15-20% : <20-30%
• Menentukan kebutuhan makronutrien dalam gram
• Melakukan edukasi gizi
REFERENSI
Bredbenner, C.B, et al, 2013. Wardlaw’s Perspectives in Nutrition. Ninth edition. Mc Graw-Hill.
Elia M, Olle Ljungqvist, Rebecca J Strattan, Susan A Lanham, 2013. Clinical Nutrition. Second Edition. Willey- Blackwell.
PERKENI., 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia
Waspadji, S, 2011. Daftar Bahan Makanan Penukar.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.