• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan dan Kebijakan

Dalam dokumen PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK (Halaman 61-65)

Sejak pembentukannya tahun 2000 sampai saat ini pengelolaan TNBD masih dilakukan oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi. Pengelolaan TNBD dilaksanakan oleh Satuan Kerja (Satker) yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala BKSDA (dalam struktur organisasi tidak dijelaskan). Satker ini dikelola oleh seorang Kepala Satker yang dibantu oleh empat orang PEH (Pengendali Ekosistem Hutan) dan empat orang Polhut

(Polisi Hutan). Petugas tersebut secara bergiliran melaksanakan piket (per 15 hari sebanyak dua orang PEH dan dua orang Polhut) yang bertugas mengawasi TNBD.

Komposisi dan jumlah pegawai BKSDA Jambi masih belum mencukupi untuk mengelola beberapa kawasan konservasi yang ada di Provinsi Jambi begitu pula halnya dengan kawasan TNBD. Jumlah petugas yang sedikit dan bertugas mengawasi sebuah taman nasional yang mempunyai luas wilayah sebesar 60.500 Ha dirasa tidak efektif. Bagian khusus yang menangani kepariwisataan di kawasan TNBD juga belum ada. Hal ini merupakan salah satu kendala yang dihadapi pengelola. Untuk itu perlu adanya penambahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas pegawai sehingga pengelolaan dapat menjadi lebih optimal.

Pelayanan pengunjung yang ada berupa kegiatan pemanduan kepada pengunjung.

Kerjasama dan kegiatan yang pernah dilakukan pengelola dalam kegiatan wisata di TNBD antara lain :

1. Ekspedisi Biomedika oleh Tim Gabungan Depkes–IPB–UI– LIPI di kawasan ex Cagar Biosfer tahun 1998.

2. Eksplorasi flora oleh Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI Bogor tahun 2003.

3. Eksplorasi Rotan Manau (Calamus manan Miq) oleh Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI Bogor di kawasan ex Cagar Biosfer Kecamatan Pauh tahun 2003.

4. Inventarisasi anggrek hutan oleh BKSDA Provinsi Jambi tahun 2003.

5. Kegiatan identifikasi obyek wisata alam pada tahun 2002.

6. Kegiatan pelatihan pemandu wisata alam bagi masyarakat desa sekitar kawasan TNBD Kabupaten Sarolangun pada tahun 2005 bekerjasama dengan LSM KKI Warsi dan Dinas Pariwisata, Olah Raga dan Seni Budaya Kabupaten Sarolangun.

Dok. BKSDA Prov. Jambi Dok. BKSDA Prov. Jambi

Gambar 15. Kegiatan yang pernah dilakukan pengelola berkaitan dengan wisata di TNBD

Sarana merupakan fasilitas yang secara langsung dapat menunjang kegiatan wisata sedangkan prasarana merupakan penunjang sarana atau fasilitas yang secara tidak langsung menunjang kegiatan wisata. Sarana -prasarana yang terdapat di TNBD selengkapnya disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Sarana dan prasarana yang ada di TNBD saat ini

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) Lokasi

1. Kantor Seksi Wilayah 2 Bangko dan Muara Bulian

2. Pos Jaga 2 Bukit Suban dan Sungai Jernih

3. Pondok Kerja 1 Pematang Kabau

4. Pusat Informasi 1 Pematang Kabau

5. Gerbang 1 Pematang Kabau

6. Shelter 1 Pematang Kabau

Sumber : BKSDA Jambi (2004) .

Sarana dan prasarana yang terdapat di TNBD dinilai masih sangat kurang sehingga perlu adanya penambahan fasilitas yang mendukung kegiatan wisata dan perbaikan fasilitas yang sudah ada. Sarana-prasarana wisata yang terdapat di TNBD antara lain shelter sebanyak satu buah yang terletak pada jalur menuju Demplot Tanaman Obat dengan kondisi baik. Jalan trail yang belum terdapat petunjuk arah menuju obyek sehingga agak menyulitkan pengunjung. Papan informasi/pengumuman juga masih kurang hanya berupa papan larangan dan himbauan untuk tidak berburu dan menebang pohon dengan kondisi yang tidak terlalu baik dan ada yang roboh bahkan sudah tidak dapat dibaca lagi.

(a) (b)

Gambar 16. Sarana -prasarana : (a) shelter, (b) pondok kerja (Satker) di Desa Pematang Kabau

F.2. Kebijakan Wisata

Landasan hukum yang digunakan dalam pengelolaan wisata alam di TNBD antara lain :

a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan.

b. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

c. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.

d. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

e. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

f. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya.

g. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

h. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

i. Keputusan Presiden No. 111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil.

j. Keputusan Direktur Jenderal PHPA No. 129/Kpts-VI/1996 tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, taman Buru dan Hutan Lindung.

Pokok-pokok Kebijakan Pembangunan Kehutanan dan Konservasi Alam Propinsi Jambi meliputi :

a. Pemantapan keberadaan kawasan hutan yang lestari sesuai dengan fungsinya.

b. Pemulihan kondisi hutan, peningkatan manfaat sosial hutan, peningkatan upaya konservasi sumberdaya hutan dan optimasi manfaat hasil hutan.

Menuju perwujudan visi dan misi yang diemban dengan berpedoman pada kebijakan pengelolaan taman nasional dan memperhatikan peran spesifik yang diemban serta tekanan dan ancaman yang dihadapi, pokok-pokok kebijakan pengelolaan TNBD meliputi :

a. Memantapkan eksistensi kawasan sesuai dengan fungsinya.

b. Mengintegrasi kebijakan pengembangan kawasan kedalam kebijakan pembangunan daerah.

c. Memperkuat sistem pe ngelolaan kawasan.

d. Memulihkan keutuhan habitus kawasan.

e. Meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi kawasan.

Perencanaan obyek dan daya tarik wisata (BKSDA Jambi, 2004) yang akan dikembangkan di TNBD antara lain :

a. Wisata budaya Orang Rimba.

b. Merancang dan mengembangkan areal budidaya biota obat hutan dan tanaman hias.

c. Mengembangkan penangkaran satwa.

d. Mengembangkan sarana, prasarana dan program interpretasi pariwisata untuk memicu pertumbuhan kunjungan wisatawan.

e. Mengembangkan laboratorium alam terbuka.

f. Menyelenggarakan promosi pariwisata Kabupaten Sarolangun.

g. Melakukan pengkajian teknis pengembangan Pusat Penyelamatan Satwa Endemik Sumatera.

Berdasarkan perencanaan tersebut terlihat bahwa obyek dan daya tarik wisata yang dinilai belum secara jelas disusun perenc anaan wisata alamnya.

Begitu pula dalam rencana pengembangan pariwisata Kabupaten Sarolangun berdasarkan RIPPDA Kabupaten Sarolangun tahun 2004 bahwa obyek wisata yang berada di kawasan TNBD yang termasuk dalam rencana pengembangan pariwisata Kabupaten Sarolangun adalah wisata budaya Suku Anak Dalam/Orang Rimba.

Dalam dokumen PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK (Halaman 61-65)

Dokumen terkait