• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

6. Pengembangan Model Pembelajaran

a. Model pengembangan menurut Borg and Gall

Menurut Borg and Gall (1989) yang dimaksud dengan penelitian dan pengembangan adalah “ a process used develop and validate

educational product”. Pendekatan research and development (R & D) dalam pendidikan meliputi sepuluh langkah. Adapun langkah-langkah penelitiannya seperti yang tampak pada gambar 2.3 berikut

Gambar 2.3 Langkah-langkah R & D menurut Borg dan Gall

Selanjutnya untuk dapat memahami tiap-tiap langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Studi pendahuluan (Research and Information Collecting).

Langkah pertama ini meliputi: analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.

b. Merencanakan penelitian (Planning)

Langkah keduai ini meliputi: 1) merumuskan tujuan penelitian, 2) memperkirakan dana, tenaga, dan watu 3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.

c. Pengembangan Desain (Develop Preliminary of Product)

Langkah ini meliputi: 1) menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik), 2) menentukan sarana dan

Rsearch and information colleting

Planning Develop

preliminary form of product

Preliminary field testing

Operational field testing

Oprasional

product revision Main field testing

Main product revision

Final product revisien

Dissrmination And IMplementation

prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan, 3) menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain dinlapangan, dan 4) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.

d. Preliminary Field Testing

Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah-langkah ini meliputi: 1) melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk, 2) bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat, 3) uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi.

e. Revisi hasil uji lapangan terbatas (main product revision).

Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarkan uji lapangan tebatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Evaluas yang dilakuakan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.

f. Main field tes.

Langkah ini, merupakan uji secara lebih luas. Langkah ini meliputi: 1) melakukan uji efektivitas desain produk, 2) uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan eksperimen model pengulangan, 3) hasil uji

lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun teknologi.

g. Revisi hasil uji lapangan lebih luas (Operational Product Revision) Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji

lapangan yang lebih luas dari uji lapangan pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelonpok control. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi sehingga pendekatan yang digunakan adalah oendekatan kualitatif.

h. Uji kelayakan (operational field tesing).

Langkah ini dilakukan dengan skala yang lebih besar, meliputi: 1) melakuakan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk, 2) uji efektivitas dan adaptabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk, 3) hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.

i. Revisi final uji kelayakan (final product revision).

Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat

dipertanggung jawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisai” yang dapat diandalkan.

j. Desiminasi dan implementasi produk akhir (desimination and implementation)

Langkah ini, merupakan langkah terakhir dari pengembangan model yang dapat dilakukan melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui media massa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control.

b. Model umum desain pengembangan model pembelajaran menurut Plomp

Plomp (1997) mengenalkan model umum untuk pemecahan masalah pendidikan. Terkait dengan masalah pendidikan, Plomp (1997) mengklasifikasikan masalah menjadi tiga kategori, yaitu masalah ingin

„mengetahui‟ sesuatu, ingin „membuat‟ sesuatu, dan harus „memilih‟

sesuatu. Masalah pengembangan model pembelajaran merupakan masalah dengan kategori ingin „membuat‟ sesuatu. Masalah pengembangan model pembelajaran solusinya diperoleh dengan mendesain model pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran merupakan bagian dari pengembangan pendidikan, oleh karena itu desain model pembelajaran dapat mengikuti model desain pendidikan.

Desain pendidikan memiliki karakteristik singkat sebagai metode yang bekerja secara sistematis terhadap suatu solusi masalah „membuat‟

sesuatu. Plomp (1997) meperkenalkan desain pendidikan yang disebut

model umum untuk pemecahan masalah pendidikan. Lebih lanjut Plomp menyatakan desain pendidi-kan model umum tersebut memuat lima fase, yaitu (1) fase preliminary investigation (invetigasi awal), (2) fase design (desain), (3) fase realization/contruct-ion (realisasi/konstruksi), (4) fase test, evaluation & revision (tes, evaluasi & revisi), dan (5) fase implementation (implementasi). Model tersebut disajikan pada Gambar 2.4 berikut.

(Gambar 2.4 Model Pengembangan Menurut Plomp 1997) a. Fase investigasi awal

Fase ini biasa juga disebut analisis kebutuhan atau analisis masalah. Pada tahap ini, meliputi: (1) pengkajian teori-teori yang relevan dengan rencana pengembangan, (2) analisis kondisi pembelajaran matematika saat ini, (3) analisis tentang sarana/prasarana pembelajaran, (4) analisis tentang lingkungan , (5) analisis muatan kurikulum, (6) analisis karakteristik siswa, (7) analisis tentang kondisi tenaga edukasi,

I m p

l e m e

i

Preliminary Investigation

Design

Realization/Construction

Test, Evaluation, and Revision

Implementation

I m pl e m e n t a t io n

(8) analisis tujuan pembelajaran, (9) mendifinisikan/membatasi masalah, dan (10) tindak lanjut kegiatan

b. Fase desain

Fase desain atau tahaf perencanaan merupakan yaitu merencanakan seluruh masalah yang telah diidentifikasi pada tahap awal.

Rancangan yang dibuat meliputi proses yang sistematis dengan menggunakan pengetahuan ilmiah dan pengalaman praktis, sehingga pada akhirnya semua bentuk penyelesaian masalah merupakan struktur pemecahan masalah secara lengkap.

c. Fase realisasi

Fase realisasi ini disebut juga dengan tahap produksi. Aktivitas utama pada fase ini adalah merealisasi rancangan pada fase desain.

Realisasi ini tentunya mengacu pada konteks pendidikan yang dapat menjembatani peningkatan hasil belajar matematika dan keterampilan sosial

d. Fase tes, evaluasi, dan revisi

Fase tes, evaluasi, dan revisi bertujuan memutuskan kualitas pengembangan produk dan untuk mengambil keputusan berikutnya. Fase ini bertujuan untuk menetapkan kualitas pengembangan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan berikutnya. Pada tahap ini keputusan diambil melalui pertimbangan yang matang. Sedangkan evaluasi yang dilakukan mencakup kegiatan proses dan menganalisisnya secara sistematis. Evaluasi ini dilakukan untuk menilai kualitas produk.

Tahap ini juga memungkinkan terjadinya siklus yang merupakan umpan balik dan berhenti setelah memperoleh produk yang diinginkan.

e. Fase implementasi

Setelah produk diujicobakan, dievaluasi dan direvisi sampai memenuhi kriteria, fase berikutnya diimplementasikan atau dikenalkan.

Implementasi akan sukses apabila diyakini diterima oleh semua unsur yang terkait dengan situasi masalah. Dalam implementasi, perancang atau pengembang harus melibatkan orang-orang yang terlibat sejak investigasi awal masalah, misal guru dan siswanya. Sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas. Jadi fase ini, dapat dipertimbangkan sebagai proses yang melingkupi mulai pada fase pertama

c. Model pengembangan pembelajaran menurut Thiagarajan, Semmel, dan Semmel

Model pengembangan pembelajaran menurut Thiagarajan (1974), dikenal dengan Four-D model dan secara khusus sebagai model pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini terdiri atas empat tahap, yaitu: pendefinisian (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan pendesiminasian (disseminate). Masing- masing tahap terdiri atas beberapa kegiatan. Uraian keempat tahap beserta beberapa kegiatan yang harus dilakukan pada setiap tahap dari model 4-D ini secara singkat diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap pendefinisian (Define)

Tahap pendefenisian dilakuak untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan

batasan materi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: (1) analisis awal-akhir, (2) analisis siswa, (3) analisis konsep, (4) analisis tugas, dan (5) spesifikasi tujuan pembelajaran.

b. Tahap perancangan (Design).

Tujuan dari tahap ini adalah untuk merancang contoh (prototipe) perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Tahap ini dimulai setelah ditetapkan tujuan pembelajaran khusus. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (1) penyusunan tes beracun patokan (kriteria), (2) pemilihan media, (3) pemilihan format, dan (4) perancangan awal

c. Tahap pengembangan (Develop).

Tujuan dari tahap pengembangan adalah untuk memodifikasi perangkat pembelajaran contoh, yang telah dihasilkan pada kegiatan perancangan awal, revisi berdasarkan masukan para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba. Kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: (1) penilaian para ahli dan (2) uji coba lapangan

d. Tahap diseminasi/penyebaran (Disseminate)

Tahap ini merupakan tahap pengguna perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada skala yang llebih luas, misalnya di kelas lain atau di sekolah lain atau oleh guru lain. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menguji afektivitas pengguna perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, khususnya ditinjau dari ketercapaian tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Model tersebut disajikan pada Gambar 2.5 berikut ini.

Gambar 2. 5 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D (Thiagarajan, Semmel, dan Semmel, 1974)

Berdasarkan uraian di atas tentang jenis-jenis pengembangan model, dapat maka disimpulkan bahawa: (1) langkah 1 pada Borg (1989), langkah 1 pada Plomp (1997), dan langkah 1 pada Plomp (1997), mempunyai makna yang sama yaitu tahap investigasi, (2) langkah 2 pada Borg (1989), langkah 2 pada Plomp (1997), dan langkah 2 pada Thiagarajan (1974) mempunyai makna yang sama yaitu tahap perancangan, (3) langkah 3 pada Borg (1989), langkah 3 pada Plomp , dan langkah 3 pada Thiagarajan (1974) mempunyai makna yang sama yaitu tahap pengembangan, (4) langkah 4 sampai 9 pada Borg (1989),

langkah 3 pada Thiagarajan (1974), dan langkah 4 pada Plomp (1997) mempunyai makna yang sama yaitu tahap uji produk, dan (5) langkah 10 pada Borg (1989), langkah 4 pada Thiagarajan (1974), dan langkah 5 pada Plomp (1997) mempunyai makna yang sama yaitu tahap implementasi.

Klasifikasi tersebut diatas, menunjukkan bahwa setiap pengembangan model memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model Thiagarajan tahap-tahapnya jelas dan singkat tetapi hanya cocok untuk pengembangan bahan ajar, sedangkan kekurangan model ini terletak pada analisis tugas yang sejajar dengan analisis konsep dan tidak ditentukan analisis yang mana duluan dilaksanakan. Sementara untuk Borg tahap-tahapnya sangat banyak dan kurang sistematis, beberapa langkah pengembangan mempunyai kemiripan, dan penggunaan pengembangannya lebih bersifat umum. Selanjutnya model Plomp mempunyai langkah-langkah yang jelas, ringkas, sistematis, dan mudah dipahami, serta merupakan model umum pendidikan yang dapat digunakan untuk pengembangan model dan bahan ajar.