BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teori
1. Pengertian Evaluasi Program
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation” yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengikuti keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.7
Sedangkan menurut Abidin evaluasi adalah. “proses untuk melihat apakah perencanaan yang sedang di bangun berhasil sesuia dengan harapan awal atau tidak”. Menurut Hamalik evaliasi adalah.
“suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan menentukan kualiatas (nilai atau arti) daripada sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu”.
Kemudian menurut Sanjaya evaluasi adalah. “suatu proses yang sangat penting dalam pendidikan guru, tetapi pihak-pihak yang terkait dalam program itu seringkali melalaikan atau tidak menghayati sungguh-sungguh proses evaluasi tersebut”.8
Berdasarkan beberapa pengertian evaluasi yang telah diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang
6 Asih, Nur. 2016. Evaluasi Model Stake pada pelaksanaan layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Kurikulum 2013 di SMP 1 Kudus Kabupaten Kudus tahun 2015/2016. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
7 M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
8 Irham, Muhammad, “evaluasi program pembelajaran PAI di SMA Al-Hidayah Medan” Tesis. (Mei 2016)
12
sangat penting dalam proses pembelajaran. Jika diambil sebuah kesimpualn berdasarkan beberapa pendapat di atas, Proses kegitan yang terencana dan sistematis untuk mengukur suatu objek berdasarkan pertimbangan dan criteria tertentu.
Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi di mana suatu tujuan telah dapat dicapai.Definisi tersebut menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, di mana suatu tjuan dapat dicapai.
Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifitas secara spontan daninsidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.
Evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok yaitu evaluasi makro (program) dan evaluasi mikro (kelas). Secara umum, evaluasi terbagi dalam tiga tahap sesuai proses belajar mengajar yakni dimulai dari evaluasi input, evaluasi prosess dan evaluasi output.9 Setiap jenis evaluasi memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lain. Evaluasi input mencakup fungsi kesiapan penempatan dan seleksi.
Evaluasi proses mencakup formatif, diagnostic dan monitoring, sedangkan evaluasi output mencakup sumatif.
Evaluasi program adalah proses untuk mendeskripsikan dan menilai suatu program dengan menggunakan kriteria tertentu dengan tujuan untuk membantu merumuskan keputusan atau kebijakan yang lebih baik. Pertimbangannya adalah untuk memudahkan evaluator dalam mendeskripsikan dan menilai komponen-komponen yang dinilai, apakah sesuai dengan ketentuan atau tidak. Menurut S. Arikunto evaluasi program juga berarti upaya untuk mengetahui tingkat
9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993).
13
keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing komponennya.8 Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program, yaitu:
a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.
b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).
c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.
d. Menyebarluaskan program, karena program berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.
Evaluasi program pembelajaran adalah pemberian estimasi terhadap pelaksanaan supervise pendidikan untuk menentukan keefektifan dan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan supervise pendidikanyang telah di tetapkan. Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap kedalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”. Terdapat beberapa istilah yang hampir sama pengertiannya dengan evaluasi, yaitu pengukuran (measurement) dan penilaian (appraisal).
Pengukuran atau dalam bahasa Inggrisnya measurement adalah kegiatan mengukur, yakni membandingkan sesuatu dengan kriteria/ukuran tertentu. Sedangkan penilaian merupakan suatu tindakan mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik- buruk.
14
Cronbach dan stufflebeam (1982) mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk di sampaikan kepada pengambil keputusan. Meskipun evaluator menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan tentang suatu program.10
Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Kebijakan bersifat umum dan untuk merealisasikan kebijakan disusun berbagai jenis program salah satunya adalah pembelajan.
2. Tujuan Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan obyektif tentang suatu program yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas kegiatan evaluasi suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak atau hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi.
Evaluasi dilaksanakan untuk memakai berbagai tujuan sesuai dengan objek evaluasinya. Tujuan melaksanakan evaluasi antara lain adalah :
a. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar.
Setiap program dirancang dan dilaksanakan berdasarkan standar tertentu.
b. Evaluasi program mengidentifikasi dan menemukan mana dimensi program yang jalan dan mana yang tidak berjalan.
Evaluasi program pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, dan menyajikan informasi tentang implementasi rancangan program
10 Rusdiana, Manajemen Evaluasi Program Pendidikan, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2017). 22 – 23.
15
pembelajaran yang telah disusun untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan, maupun menyusun program pembelajaran selanjutnya.
3. Evaluasi Model Stake (Countenance)
1. Pengertian Evaluasi Model Countenance Stake
Evaluasi Countenance merupakan jenis evaluasi yang dianggap cukup memadai dalam menilai pembelajaran secara kompleks. Model ini dikembangkan oleh Stake.Kata Countenance berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti menyetujui atau persetujuan.
Sedangkan secara istilah evaluasi Countenance berarti evaluasi yang menekankan pelaksanaan deskripsi dan pertimbangan. Kaitan arti dengan asal kata di atas adalah pada pertimbangan yang diperoleh dari evaluator sehingga menimbulkan keputusan atau persetujuan tentang suatu hal.
Evaluasi ini menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok; deskripsi dan pertimbangan, serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi, yaitu; Anteceden (konteks awal), Transaksi (Proses), dan Hasil (outcome).5 Jadi selain mengungkapkan deskripsi dari evaluan juga mengutamakan adanya pertimbangan terhadap hasil evaluasi.
Model countenance adalah salah satu model evaluasi yang memiliki komponen hasil. Evaluasi hasil didasarkan pada kategori hasil belajar. kategori hasil belajar yang umumnya digunakan adalah hasil kerja Benjamin Bloom dan kawan-kawannya yang dikenal dengan nama taxonomy Bloom. Yakni hasil belajar terbagi atas kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.
Model evaluasi countenance ini diajukan stake dalam bentuk gambar berikut:
16
Gambar 1.1
Konsep evaluasi Countenance Stake
Rational Inten Observasi Standar Pertimbangan
antecedent Transaksi
Hasil
Matriks deskripsi Matriks pertimbagan Berdasarkan gambar konsep evaluasi countenance di atas, penerapan evaluasi model countenance dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
Kategori pertama dari matriks deskripsi adalah sesuatu yang direncanakan (intent) pengembang program. Program adalah silabus atau rencana program pengajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru.
seorang guru sebagai pengembang program merencanakan keadaan (persyaratan) yang diinginkannya untuk suatu kegiatan di kelas tertentu. Baik persyaratan tersebut berhubungan dengan peserta didiknya seperti minat, kemampuan, pengalamannya, dan lain sebagainya yang biasa diistilahkan dengan entry behaviors, ataupun persyaratan yang berhubungan dengan lingkungan di kelas, yang kesemuanya dapat dicantumkan dalam antecedent yang direncanakan.
Lebih lanjut, guru tersebut merencanakan apa yang diperkirakan akan terjadi pada waktu interaksi di kelas, dan kemampuan apa yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah proses interaksi berlangsung.
17
Kategori kedua dari matriks deskripsi, dinamakan observasi.
Yakniberhubungan dengan apa yang sesungguhnya terjadi sebagai implementasi dari rencana di kategori pertama. Pada kategori ini evaluator harus melakukan observasi (pengumpulan data) mengenai antecedent, transaksi dan hasil.
Sedangkan matriks pertimbangan terdiri atas kategori standard dan pertimbangan yang tetap fokus pada antecedent, transaksi dan hasil. Standar adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu program yang dijadikan evaluan. Dalam hal ini adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh proses belajar, evaluator dapat mengambil standar yang telah ditentukan oleh sekolah.
Kategori kedua adalah kategori pertimbangan kategori ini menghendaki evaluator melakukan pertimbangan dari apa yang telah di lakukan dari kategori pertama dan kedua dari matrik deskripsi dan kategori pertama dari matriks pertimbangan. Evaluator harus mengumpulkan data mengenai pertimbangan tersebut dari sekelompok orang yang dianggap memiliki kualifikasi untuk memberikan pertimbangan tersebut.
2. Manfaat Evaluasi Model Countenance
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan evaluasi model countenance adalah:
a. Memberikan gambaran yang sangat detail terhadap suatu program, mulai dari konteks awal hingga hasil yang dicapai.
b. Lebih komprehensif, lebih lengkap dalam menyaring informasi.
c. Dengan adanya pertimbangan terhadap standar, evaluasi tidak hanya mengukur keterlaksanaan program sesuai rencana, akan tetapi juga dapat mengetahui ketercapaian standar yang telah ditentukan.
18
d. Dengan adanya pertimbangan dari sekelompok orang yang berkualifikasi di bidangnya, evaluator dapat mengetahui hambatan atau faktor-faktor yang mempengaruhi ketercapaian program.
3. Langkah-Langkah Evaluasi Model Countenance Stake
Sebelum dijelaskan langkah-langkah pelaksanaan model evaluasi Countenance Stake, terlebih dahulu akan digambarkan di bawah ini sebagai berikut:
19
(Sumber : Rusdiana, 2017)
Gambar 1.2 : Langkah-langkah evaluasi model Countenace Stake.11 Sebagaimana langkah-langkah evaluasi model Countenance Stake yang dijelaskan pada gambar tersebut di atas, maka akan dijabarkan sebagai berikut:
1. pada bagian rasional yaitu menjelaskan pentingnya suatu evaluasi pembelajaran yang dalam perihal ini berkaitan dengan evaluasi pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran;
2. pada tahap intens ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan informasi tentang tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. Analisis tujuan ini dilakukan pada tiga komponen evaluasi yaitu: antecedents, transactions, dan outputs;
3. pada tahap observation ini bagaimana melihat apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan terkait dengan ketiga komponen evaluasi tersebut;
4. antara intens dan observation tersebut terdapat contingency logis dan contingency empiric. Contingency logis adalah hasil pertimbangan evaluator terhadap keterkaitan atau keselarasan logis antara kotak antecedents dengan transactions dan outputs.
Evaluator juga memberikan pertimbangan keterkaitan empirik, berdasar data lapangan, antara antecedent, transactions, dan outputs mengenai congruence atau kesesuaian yang terjadi antara apa yang dikerjakan dengan apa yang terjadi di lapangan; (5) analisis congruence terlebih dahulu dengan cara menyusun standar pengukuran keterlaksanaan pembelajaran pada semua tahap evaluasi dengan menyusun kriteria-kriteria yang jelas dan terukur. Standar yang akan
11 Rusdiana. 2017. Manajemen Evaluasi Program Pendidikan.Bandung : CV.
Pustaka Setia.
20
digunakan berdasarkan standar yang digunakan oleh evaluator; (6) analisis terhadap kesesuaian standar dengan data hasil penelitian akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan (judgement).
4. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model Countenance
Adapun kelebihan dari evaluasi model countenance antara lain:
a. Memiliki pendekatan yang holistic dalam evaluasi yang bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail atau luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteknya hingga saat proses penerapannya.
b. Lebih komprehensif atau lebih lengkap menyaring informasi.
c. Mampu memberikan dasar yang baik dalam mengambil keputusan dan kebijakan maupun penyusunan program selanjutnya.
d. Dengan adanya pertimbangan evaluasi dapat mengetahui ketercapaian standar yang telah ditentukan serta dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat ataupun mendukung keberhasilan program.
Sedangkan beberapa kelemahan dari evaluasi model countenance adalah:
a. Terlalu mementingkan dimana proses seharusnya dari pada kenyataan dilapangan.
b. Cenderung fokus pada rational management dari pada mengakui kompleksitas realiatas empiris.
c. Penerapan dalam bidang pembelajaran di kelas mempuyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi.
5. Cara kerja Model Evaluasi Countenance terhadap Program pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
21
Cara kerja model evaluasi Stake, evaluator mengumpulkan data mengenai apa yang diinginkan pengembang program baik yang berhubungan dengan kondisi awal, transaksi, dan hasil. Data dapat dikumpulkan melalui studi dokumen dapat pula melalui wawancara.
Analisis logis diperlukan dalam memberikan pertimbangan mengenai keterkaitan antara prasyarat awal, transaksi, dan hasil.
Evaluator harus dapat menentukan apakah prasyarat awal yang telah dikemukakan pengembang program akan tercapai dengan rencana transaksi yang dikemukakan. Atau sebetulnya ada model transaksi lain yang lebih efektif. Demikian pula mengenai hubungan antara transaksi dengan hasil yang diharapkan. Analisis kedua adalah analisis empirik. Dasar bekerja sama dengan analisis logis tapi data yang digunakan adalah data empirik.
Pekerjaan evaluator berikutnya adalah mengadakan analisis congruence (kesesuaian) antara apa yang dikemukakan dalam tujuan (inten) dengan apa yang terjadi dalam kegiatan (observasi). Perlu diperhatikan apakah yang telah direncanakan dalam tujuan sesuai dengan pelaksanaanya di lapangan atau terjadi penyimpangan- penyimpangan.
Apabila analisis contingency dan congruence tersebut telah selesai, maka evaluator menyerahkannya kepada tim yang terdiri dari para ahli dan orang yang terllibat dalam program. Tim ini yang akan meneliti kesahihan hasil analilsis evaluator dan memberikan persepsinya mengenai faktor penting baik dalam contingency maupun congruence.
Menurut Woods (1988) dalam melakukan evaluasi sebelum melakukan pengumpulan data, maka para evaluator harus bertemu terlebih dahulu untuk membuat kerangka acuan yang berhubungan
22
dengan antecedents, transaksi dan hasil. Hal tersebut dilakukan tidak hanya untu memperjelas tujuan evaluasi tetapi juga untuk melihat apakah model Countenance Stake’s konsisten terhadap transactions yang dimaksud dengan antecendent dan outcome.
Dengan demikian evaluator dapat mengumpulkan data lapangan tentang pelaksanaan evaluasi model countenance pada mata pelajaran PAI sesuai yang telah direncanakan sebelumnya.
6. Tinjauan Tentang Pembelajaran
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
23
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.12
7. Pengertian Pembelajaran
Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran dapat di artikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar, sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan linkungan dan pengalaman.
Kata “pembelajaran” lebih menekankan pada kegiatan belajar belajar peserta didik secara sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan social, sedangkan kata “pengajaran” lebih cenderung pada kegiatan mengajar guru di kelas. Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan tindakan belajar
12 Republik Indonesia.2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.Berita Negara RI Tanggal 28 Juni 2016 Nomor 955.Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.
Tersedia: jdih.kemdikbud.go.id [Rabu, 14 april 2020 Pukul 06:41 wita].
24
peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan.13
Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang baik memerlukan perencanaan yang matang dan dalam pelaksanaannya melibatkan banyak orang, baik guru maupun siswa, memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu dengan kegiatan pembelajaran yang lain, yaitu untuk mencapai kompetensi bidang studi yang pada akhirnya untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan, serta berlangsung dalam organisasi.
Agar pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pembelajaran.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (20) dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah “Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.Kemudian dari pada itu, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 2 Permendikbud No. 103 Tahun 2014, bahwa pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik:
(1) interaktif dan inspiratif; (2) menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; (3) kontekstual dan kolaboratif; (4) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan (5) sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dengan demikian, bahwa pembelajaran dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk menemukan segala potensi yang
13Arifin, Zainal. 2016. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
25
dimiliki oleh peserta didik itu sendiri sehingga pada akhirnya dapat dikembangkan bakat, minat, dan kemampuan tersebut.
8. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Perencanaan Pembelajaran
Menurut Smith & Ragan, perencanaan pembelajaran adalah proses sistematis dalam mengertikan prinsip belajar dan pembelajaran ke dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas pembelajaran. Proses sistematis dan berfikir dalam mengartikan prinsip belajar dan pemebelajaran ke dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas pemebelajaran. Menurut Nana Sudjana, perencanaan pembelajaran adalah kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen pembelajarn sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan (metode dan teknik), serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis. Pendapat lain dari Reigeluth menyatakan bahwa , perencanaan pembelajaran adalah merupakan suatu sistem pengembangan setiap unsur pembelajaran, meliputi pengembangan tujuan, isi, metode, dan pengembangan evaluasi. Secara prinsip memilki makna yang sama bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu proses merumuskan, mengelola, dan mengembangkan setiap unsur pembelajaran menjadi suatu sistem perencanaan sebagai pedoman operasional pembelajaran.14
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwasanya perencanaan pembelajaran adalah suatu persiapan untuk melaksanakan aktifitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip
14 Arifin, Zainal. 2016. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
26
pembelajaran serta melalui langkah-langkah dalam pembelajaran yang menjadi suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang saling berinteraksi, saling terkait, atau saling bergantung agar membentuk keseluruhan yang kompleks sehingga menjadi kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur serta evaluasi yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran.
9. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap penerapan atas desain perencanaan yang telah dibuat pendidik.Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri.
Dalam tahap ini, pendidik melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi, metode, teknik pembelajaran, dan pemanfaatan seperangkat media.
Menurut pendapat Bafadal, pembelajaran dapat diartikan sebagai “segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien”. Pengertian proses pembelajaran antara lain menurut Rooijakkers : “Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan”
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Winkel
“proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
27
menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.15
Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, tahap pelaksanaan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan pendidik: (1) mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan; (2) mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan; (3) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari; (4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan (5) menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
Kegiatan inti dapat diartikan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik, untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Dalam kegiatan penutup terdiri atas (1) kegiatan pendidik bersama peserta didik yaitu: (a) membuat rangkuman/simpulan pelajaran; (b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan (c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. (2) kegiatn pendidik yaitu: (a) melakukan
15 Arifin, Zainal. 2016. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.