Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Inggris dalam Terjemahan | 27
Bab 4
HAKIKAT TERJEMAHAN
mencakup proses penerjemahan dan hasil dari proses.
(…in fact, there are three distinguishable meanings for the word translation. It refer to: (1) translating: the process (to translate; the activity rather than the tangible object); (2) a translation: the product of the process of translating (i.e.
the translated text); (3) translation: the abstract concept which encompassed both the process of translating and the product of that process.)26
Berdasarkan kutipan ini jelas bahwa istilah terjemahan (translation) yang merupakan konsep abstrak meliputi kegiatan menerjemahkan, proses penerjemahan, dan hasil terjemahan.
Secara luas terjemahan dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan (message), baik verbal maupun non- verbal dari informasi sumber (source information) ke dalam informasi sasaran (target information). Sedangkan secara keseharian, dalam pengertian dan cakupan yang lebih sempit, terjemahan biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa sumber (source language) dengan padanannya di dalam bahasa sasaran (target language).
Dalam kamus ‘The Merriam-Webster Dictionary’, terjemahan merupakan pengubahan dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain, atau pengubahan dari satu bahasa atau sistem yang representasional ke dalam bahasa lain, dan sebaliknya.27 Senada dengan definisi di atas, Larson
26 Roger T. Bell, Translating and Translation: Theory and Prtactice (London:
Longman, 1994), p. 13.
27 The Merriam-Webster Dictionary: Webster’s Thierd New International
mendefinisikan terjemahan pada dasarnya adalah suatu perubahan bentuk (translation is basically a change of form).
Yang dimaksud dengan bentuk bahasa ialah kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, dan lain-lain, baik lisan maupun tulisan.28 Bentuk itu disebut struktur lahir bahasa, yaitu bagian struktural bahasa yang biasa terlihat dalam bentuk cetak atau terdengar dalam ujaran. Dalam terjemahan, bentuk bahasa sumber diganti dengan bentuk bahasa sararan dengan memperhatikan struktur dan makna yang sesuai dengan bahasa sasaran.
Catford mendefinisikan terjemahan sebagai suatu kegiatan penggantian (replacement) materi teks dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dengan materi teks yang sepadan dalam bahasa lain (bahasa sasaran) seperti pernyataannya berikut ini, “translation is the replacement of text material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL).29 Dari definisi ini menekankan bahwa dalam proses penerjemahan terjadi pengalihan bahasa dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran baik berupa kata, frase, klausa dan kalimat yang sepadan ke dalam bahasa sasaran. Di sini terlihat betapa Catford menekankan bahwa teks penganti hendaknya sepadan. Karena kesepadanan (equivalency) merupakan hal yang amat penting dalam penerjemahan, praktis lewat itu pesannya akan seragam dengan pesan yang terkandung pada teks aslinya. Kesepadanan bahasa bukan hanya terfokus pada
Dictionary of the English Language Unabridged (USA: Merriam Wbster Inc, 1988), p.
2429.
28 Mildred L Larson, Meaning Based Translation: A Guide to Cross-language Equivalence; Alibahasa: Kencanawati Taniran, Penerjemahan Berdasarkan makna:
Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa (Jakarta: Arca, 1989), p. 3.
29 J. C. Catford, A Linguistic Theory of Translation: An Essay in Applied Linguistics (New York: Oxford University Press, 1975), p. 1.
kata perkata, kalimat perkalimat, frase perfrase. Lebih dari itu kesepadanan juga harus ditinjau dari segi makna baik konotatif, denotatif, dan makna gramatikal.
Selanjutnya Newmark mendefinisikan terjemahan sebagai berikut, “terjemahan adalah suatu keahlian yang diperbuat dalam usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain (translation is a craft consisting in the attempt to replace a written message or statement in one language by the same message or statement in another language)”. 30. Definisi terjemahan yang lain juga dikemukakan oleh Newmark seperti yang dikutip oleh Hanafi berikut ini, “terjemahan merupakan latihan dalam upaya mengantikan pesan tertulis dari bahasa yang satu dengan pesan yang sama pada bahasa lainnya (translation is an exercise which consists in the attempt to replace a written message in one language by the same message in other language).31
Antara Newmark dan Catford terdapat kesamaan pendapat sekalipun apa yang diungkapkannya menggunakan kalimat yang berbeda sebagaimana tercermin dalam definisi yang mereka ungkapkan. Ada tiga hal penting yang bisa dikaji dari definisi Newmark ini, yaitu “latihan (exercise)”,
“pesan tertulis (written message)”, dan “yang sama dalam bahasa lain (the same in another language)”. Karena terjemahan merupakan ajang latihan, maka penerjemah harus aktif melatih diri sehingga perbuatan itu nantinya bisa diandalkan
30 Peter Newmark, Approaches to Translation ( Oxford: Pergamon Press, 1981), p. 7.
31 Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan ( Flores: Nusa Indah, 2001), p. 21.
sebagai suatu profesi. Adapun pesan tertulis merupakan ciri khas dari suatu penerjemahan yang membedakannya dengan interpretasi. Sedangkan dalam mentrasferkan bahasa sumber ke bahasa sasara harus sesuai dengan gramatikal dan makna bahasa sasaran.
Weber menjelaskan pengertian terjemahan yang lebih menekankan pada perubahan teks tertulis bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Weber menjelaskan bahwa terjemahan merupakan perubahan bentuk teks tertulis dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, hasil terjemahan harus benar-benar mempunyai makna yang akurat, mengandung semua nuansa bahasa sumber dan mudah dimengerti oleh pembaca (translation is the transposition of a text written in a source language into a target language, the translated version must be absolutely accurate in meaning, contain all nuance of the original, and must be easily understood by the reader).”32
Sementara itu Lawson mendefinisikan terjemahan sebagai proses penerapan mediasi terhadap keberadaan teks agar menghasilkan teks yang lain (translation is a process of mediation applied to existing text which are variously modified to generate derived text).”33 Dari pernyataan Lawson ini dapat dijelaskan bahwa terjemahan adalah proses penerapan mediasi terhadap keberadaan berbagai macam teks untuk menghasilkan bentuk teks yang lain.
Kemudian Nida dan Taber mendefinisikan terjemahan lebih menekankan pada proses seperti yang mereka ungkapkan
32 Wilhelm K. Weber, Training Translators and Conference Interpreters:
Language in Education Theory and Practice (New Jersey: Englewood Cliffs, 1984), p.3 33 Veronica Lawson, Practical Experience of Machine Translation: Proceedings of a Conference London, 5-6 November 1981 (London: 1982), p. 14)
berikut ini: Penerjemahan merupakan usaha menciptakan kembali pesan dalam bahasa sumber dengan padanan alami yang sedekat mungkin ke dalam bahasa sasaran, pertama dalam hal makna dan yang kedua dalam gaya bahasanya (translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in term of style.34 Dalam hal ini Nida dan Taber tidak mempermasalahkan bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, tetapi lebih tertarik pada cara kerja penerjemahan, yaitu mencari padanan alami yang semirip mungkin sehingga pesan dalam bahasa sumber bisa disampaikan dalam bahasa sasaran.
Definisi lain juga dikemukakan oleh Nida seperti yang dikutip dari Pakar, sebagai berikut:
Penerjemahan adalah usaha mengalihkan pesan yang terdapat dalam suatu bahasa ke dalam bahasa lain, sedemikian rupa sehingga orang yang membaca atau mendengan pesan yang telah dialihkan ke dalam bahasa penerima, memperoleh kesan yang sama dengan kesan yang diterima orang yang membaca atau mendengar pesan tersebut dalam bahasa sumber atau bahasa sasaran aslinya.35
Dari kutipan ini dapat dijelaskan bahwa dalam penerjemahan, pengalihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran harus diungkapkan sewajar mungkin dalam bahasa pemerima atau sasaran dengan menuruti semua aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran.
34 Eugene A. Nida and Charles R. Taber, The Theory and Practice of Translation (Leiden: E. J. Brill, 1982), p. 13.
35 Dadi Pakar “Penerjemah dan Editor Sebagai Profesi” (htt://www:Pikiran Rakyat.com/cetak/1202/10/otokir/index.htm.)
Lain halnya dengan Wills yang memberikan definisi terjemahan berdasarkan tiga cara yang berbeda, tetapi yang sekaligus agak berkaitan yaitu, berdasarkan penerjemah, berdasarkan teks, dan berdasarkan komputer. Definisi terjemahan berdasarkan ‘penerjemah’ adalah suatu proses mereproduksi-dalam sederetan operasi alih kode yang berdasarkan teks-amanat bahasa sumber dalam amanat bahasa sasaran yang dilakukan oleh penerjemah. Adapun definisi terjemahan berdasarkan ‘teks’ adalah suatu proses pengalihan yang bertujuan mentransformasikan teks bahasa sumber yang tertulis ke dalam teks bahasa sasaran yang paling sepadan dan yang mensyaratkan pemahaman sintaksis, semantis, dan pragmatis, serta pemrosesan analitis dari teks bahasa sumber. Sedangkan definisi terjemahan berdasarkan ‘komputer’ adalah suatu proses substitusi yang terprogram dalam komputer; substitusi kombinasi isyarat bahasa sumber dengan kombinasi isyarata bahasa sasaran.36
Bell mengemukakan definisi terjemahan agak berbeda seperti yang telah diungkapkan di atas, namun maksud dari definisi tersebut sama yaitu tetap mengganti bahasa sumber dengan bahasa sasaran yang setara. Menurut Bell,
“terjemahan adalah ekspresi di dalam bahasa lain (bahasa sasaran) dari apa yang telah diekspresikan dari bahasa sumber, menjaga ekuivalensi makna dan gaya bahasa (translation is the expression in another language (or target language) of what has been expressed in another, source language, preserving semantic and stylistic equivalences).”37 Banyak definisi terjemahan
36 Wolfram Wilss, “Translation Equivalence” dalam Richard B. Noss (editor), Ten Papers on Translation (Singapore: SEAMEO Regional Language Centre, 1982), p. 3.
37 Bell, op. cit., p. 5.
meskipun berbeda-beda, tetapi tatap mengacu kepada ciri secara umum, yaitu pengalihan isi atau informasi dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan menjaga gaya bahasa dan makna yang ekuivalen.
Selanjutnya Bell menegaskan kata ekuivalen dengan definisi yang lain seperti, “penerjemahan adalah penggantian sebuat teks dari suatu bahasa pertama dengan teks yang ekuivalen dalam bahasa kedua (translation is the replacement of a representation of a text in one language by a representation of an equivalent text in a secong language”.38
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjemahan adalah proses pengantian atau transformasi pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan memperhatikan kesepadanan dua bahasa tersebut.
Kesepadanan makna dalam mengungkapakan hasil terjemahan merupakan hal yang paling penting, karena hal ini yang menjadi tujuan utama dalam penerjemahan. Gaya penerjemahan dan pengungkapan makna sangat tergantung dari kemampuan penerjemah, oleh sebab itu penerjemah harus menguasai kaidah dan kosakata (vocabulary) bahasa sasaran agar mampu menggunakan bahasa tersebut yang sepadan dengan makna yang dimaksud oleh penulis dalam bahasa sumber.