• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA INGGRIS D A L A M T E R J E M A H A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAHASA INGGRIS D A L A M T E R J E M A H A N"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Dr. Syarifudin, M.Pd

A N A L I S I S K E S A L A H A N

PENGGUNAAN

BAHASA INGGRIS

D A L A M T E R J E M A H A N

(3)

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Inggris dalam Terjemahan

© Sanabil 2019

Judul : Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Inggris dalam Terjemahan

Penulis : Dr. Syarifudin, M.Pd

Editor : Dr. Hj. Nurul Lailatul Husniyah, M.Pd Layout : Sanabil Creative

Desain Cover : Husnul Khatimah All rights reserved

Hak Cipta Dilindungi Undang Undang

Dilarang memperpanyak dan menyebarluaskan

sebagian atau keseluruhan isi buku dengan media cetak atau elektronik tanpa izin tertulis dari penerbit

Cetak 1 : Desember 2019 ISBN : 978-623-7090-91-5 Sanabil

Jln. Kerajinan 1

Puri Bunga Amanah Blok C/13 Telp. 0370-7505946

Email : [email protected] www.sanabil.web.id

(4)

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Inggris dalam Terjemahan | iii KATA PENGANTAR

P

uji syukur ke hadiran Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan buku ini. Buku yang ada ditangan pembeca ini yang berjudul Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Inggris dalam Terjemahan merupakan sebuah buku referensi yang materinya berdasarkan hasil penelitian. Buku ini dapat digunakan sebagai referensi bagi bahasiswa atau siapapun yang ingin melakukan penelitian dibidang bahasa, khususnya penelitian dibidang analisis kesalahan bahasa.

Buku ini memuat kesalahan bahasa terjemahan bahasa Inggris dari teks berbahasa Indonesia berdasarkan kategori linguistik. Kategori linguistik yang dimaksud meliputi tataran morfologi, sintaksis, dan semantik, dan bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh mahasiswa serta faktor penyebabnya. Selanjutnya terdapat juga materi tentang teori analisis kesalahan bahasa dan teori tentang terjemahan.

Hadirnya buku analisis kesalahan bahasa ini untuk melengkapi dan memperkaya khazanah kajian bahasa Inggris melalui terjemahan teks atau wacana dari bahasa Indonesia. Adapun buku ini terdiri dari delapan bab, yang meliputi (1) pendahuluan, (2) hakikat kesalahan bahasa, (3) hakikat analisis kesalahan bahasa, (4) hakikat terjemahan, (5)

(5)

kesalahan tataran morfologi, (6) kesalahan tataran sintaksis, (7) kesalahan tataran semantik, dan (8) faktor penyebab kesalahan dan tindakan perbaikan.

Dalam penyususnan buku ini telah banyak melibatkan banyak pihak, sehingga pada lembaran ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi material maupun nonmaterial, terutama teman-teman yang mengajar di Program Studi Tadris Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada isteri dan anak tercinta (Dr.

Nikmatullah, MA. Muhammad Anis Azhar, dan Muhammad Rifqi Akbar) karena mereka telah banyak mendorong dan mendukung apa yang dilakukan oleh penulis dalam mengembangkan karir sebagai seorang dosen.

Selanjutnya ucapan terima kasih juga dihaturkan kepada Bapak Rektor Universitas Islam Negeri Mataram, Prof. Dr.

H. Mutawali, M. Ag. dan Ibu Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram, Dr. Hj. Lubna, M.Pd. yang selalu mendorong dosen untuk selalu berkarya untuk menulis buku referensi untuk kebutuhan mahasiswa dan jurnal yang dimuat dalam jurnal terakreditasi nasional dan internasional.

Akhirnya penulis berharap kepada kalangan pemerhati bahasa Inggris untuk memberikan masukkan dan saran kepada penulis guna penyempurnaan buku ini pada tahap pengembangan selanjutnya.

Penulis

(6)

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Inggris dalam Terjemahan | v DAFTAR ISI

KATA PNGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

Bab 1 PENDAHULUAN ... 1

Bab 2 HAKIKAT KESALAHAN BAHASA ... 7

A. Pengertian Kesalahan Bahasa ...7

B. Faktor Penyebab Kesalahan Bahasa ...12

Bab 3 HAKIKAT ANALISIS KESALAHAN BAHASA ... 19

A. Pengertian Analisis Kesalahan Bahasa ...19

B. Fungsi Analisis Kesalahan Bahasa ...22

C. Langkah Analisis Kesalahan Bahasa ...24

Bab 4 HAKIKAT TERJEMAHAN ... 27

A. Pengertian Terjemahan ...27

B. Langkah Terjemahan ...34

C. Jenis Terjemahan ...39

Bab 5 KESALAHAN TATARAN MORFOLOGI ... 51

Bab 6 KESALAHAN TATARAN SINTAKSIS ... 61

(7)

Bab 7 KESALAHAN TATARAN SEMANTIK ... 81 A. Kesalahan ‘Ketidaktepatan

dalam Penggunaan Kata’ ...82 B. Kesalahan ‘Ketidaktepatan

dalam Pengungkapan Makna’ ...88 Bab 8 FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN

DAN TINDAKAN PERBAIKAN ... 97 A. Tindakan Perbaikan pada Tataran Morfologi .102 B. Tindakan Perbaikan pada Tataran Sintaksis ...110 C. Tindakan Perbaikan pada Tataran Semantik ..116 DAFTAR PUSTAKA ... 119

(8)

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Inggris dalam Terjemahan | 1

Bab 1

PENDAHULUAN

B

ahasa Inggris bukanlah bahasa yang asing untuk didengar bagi warga negara Indonesia, walaupun bahasa ini adalah bahasa asing.

Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang diajarkan mulai dari jenjang sekolah menengah pertama sampai perguruan tinggi, agar pembelajar dapat menggunakan bahasa Inggris, terutama dalam membaca dan memahami buku dan bahan kepustakaan lainya yang tertulis dalam bahasa Inggris.

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan. Sedangkan fungsi bahasa Inggris sebagai bahasa asing pertama di Indonesia cukup penting karena beberapa alasan. Alasan tersebut dikemukakan oleh Junaidi sebagai berikut: Pertama, buku, jurnal, dan sarana lain yang memungkinkan untuk memperoleh informasi dan perkembangan pengetahuan dan teknologi banyak yang ditulis dalam bahasa Inggris.

Kedua, bahasa Inggris yang dipakai sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber untuk pengembangan istilah. Ketiga, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional

(9)

yang paling luas penggunaannya.1 Dengan melihat betapa pentingnya bahasa Inggris di Indonesia, maka tidak heran jika banyak orang Indonesia khususnya pelajar yang ingin mempelajari bahasa Inggris dengan tujuan agar mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris.

Komunikasi bahasa berpangkal dari satu macam saling mengerti, yaitu saling mengerti dan saling memahami antara dua pihak, yang dinamakan sebagai pemberi pengertian dan yang mengerti, atau sumber dan penyambut, atau pembicara dan pendengar, atau penulis dan pembaca.

Namun komunikasi baik lisan maupun tulisan tidak akan terjadi jika bahasa yang digunakan penulis atau pembicara berbeda dengan bahasa pembaca dan pendengar. Jika penulis teks menggunakan bahasa Indonesia dengan tujuan agar dapat dibaca oleh orang yang berbahasa Inggris atau sebaliknya, hal ini merupakan kegiatan yang kurang tepat, untuk itu perlu dilakukan pengalihbahasaan yang biasa disebut dengan terjemahan.

Berbahasa merupakan salah satu bentuk perbuatan yang bersifat komunikatif. Tingkat komunikatif perbuatan ini ditentukan oleh kemampuan pemakai bahasa untuk mengemukakan atau menangkap gagasan dalam wujud bahasa. Untuk memenuhi tuntutan komunikasi berbahasa diperlukan adanya ketaatan pemakai bahasa terhadap sistem bahasa yang digunakannya. Terpenuhi tidaknya tuntutan itu membuka dua kemungkinan, yaitu ketepatan berbahasa dan kesalahan berbahasa.

1 A. Junaidi, Pengembangan Materi Pengajaran Bahasa Inggris Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontrastif: Teori dan Praktek (Jakarta: Depdikbud, 1987), p. 9.

(10)

Ketepatan berbahasa merupakan hal yang diharapkan oleh setiap pemakai bahasa. Sebaliknya, kesalahan berbahasa akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena itu, untuk mengatasi masalah ini, diperlukan adanya analisis kesalahan berbahasa untuk mengetahui apa kesalahan yang buat oleh pembelajar bahasa. Bagi pembelajar Indonesia yang belajar bahasa asing, terutama bahasa Inggris masih sering membuat kesalahan, seperti kesalahan gramatikal dan semantik, baik pada tataran fonologi, morfologi dan sintaksis.

Bahasa dalam pengajarannya terdiri dari empat keterampilan (skills), yaitu keterampilan berbicara, menulis, membaca, dan menyimak. Keempat keterampilan tersebut dan unsur bahasa lainnya, seperti tatabahasa, kosakata, harus terintegrasi, sehingga komunikasi dan interaksi dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dalam komunikasi, manusia mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bahasa sumber, yaitu bahasanya sendiri untuk keperluan penutur bahasa lain, ide itu harus dialihkan ke bahasa sasaran atau bahasa lain. Pengalihan ini dikenal dengan terjemahan. Terjemahan merupakan kegiatan antarbahasa yang mempunyai peranan penting dalam pengalihan informasi, komunikasi, dan kebudayaan antarindividu, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara yang berbeda.

Terjemaham (translation) merupakan hal yang sama pentingnya dengan speaking, listening, writing, reading, grammar, vocabulary, dan unsur bahasa lainnya dalam penguasaan bahasa asing. Kegiatan terjemahan dari bahasa

(11)

sumber bahasa sumber ke bahasa sasaran perlu diketahui tatabahasa atau aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran agar penerjemah tidak melakukan penyimpangan kaidah dan makna bahasa sasaran. Oleh sebab itu penerjemah perlu menguasai unsur bahasa lainnya karena banyak persoalan dan kesulitan yang dihadapi dalam beberapa aspek yang berbeda, antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran dan begitu juga sebaliknya. Berkaitan dengan hal tersebut kita dapat mengatakan bahwa jika dua bahasa mempunyai struktur yang sama, maka hal itu akan mendatangkan kemudahan dan jika berbeda akan menimbulkan kesulitan dan kesalahan dalam penerjemahan.

Kegiatan terjemahan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris maupun sebaliknya bukanlah suatu yang baru di kalangan akademisi dan mahasiswa yang berkecimpung dalam bahasa dan ilmu pengetahuan. Hal ini tampak dengan banyaknya buku-buku dan teks-teks berbahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, dan juga buku-buku berbahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Melihat pentingnya penerjemahan, maka banyak lembaga-lembaga pendidikan telah menjadikan penerjemahan sebagai mata pelajaran/kuliah. Di dalam penerjemahan sering kita jumpai kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa. Kesalahan tersebut dapat terjadi oleh beberapa faktor yang dalam versi yang kuat analisis kontrastif dikaitkan dengan interferensi, kurang menguasai sistem tatabahasa bahasa sasaran, generalisasi yang berlebihan dan sebagainya. Dalam menerjemahkan suatu bahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, penerjemah dituntut

(12)

untuk mematuhi ketentuan tatabahasa bahasa sasaran. Oleh sebab itu ketika mahasiswa ditugaskan untuk menerjemah kalimat atau teks berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, kadang mereka mengalami kesulitan akibat mereka belum menguasai tatabahasa (grammar) dan kosakata (vocabulary) bahasa Inggris.

(13)
(14)

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Inggris dalam Terjemahan | 7

Bab 2

HAKIKAT KESALAHAN BAHASA

A. Pengertian Kesalahan Bahasa

K

esalahan bahasa adalah penyimpangan dari apa yang biasa berlaku dalam bahasa itu menurut kriteria yang dianut oleh penutur aslinya.

Supriyadi mengemukakan istilah kesalahan bahasa sebagai bentuk penyimpangan wujud bahasa dari sistem atau kebiasaan berbahasa umumnya pada suatu bahasa sehingga menghambat kelancaran komunikasi berbahasa.2

Penyimpangan yang dimaksud dapat terjadi pada pengucapan, cara penulisan, struktur kata, struktur kalimat, cara pengungkapan baik lisan maupun tulisan yang menyangkut dengan kebudayaan yang melatarbelakangi bahasa tersebut.

Ada perbedaan pengertian antara kekeliruan (mistakes) dan kesalahan (errors) yaitu, kekeliruan mengarah kepada performansi, sedangkan kesalahan mengarah kepada kompetensi. Perbedaan seperti muncul ketika pembelajar keliru dalam menggunakan bahasa yang bersifa sementara dan kesalahan karena mereka tidak bisa menggunakan

2 Supriyadi, Buku Materi Pokok Analisis Kesalahan berbahasa: PINA2235/2 SKS/Modul 1-3 (Jakarta: Karunika Jakarta Universitas Terbuka, 1986), 1.4.

(15)

bahasa itu. Berkaitan dengan hal ini Corder mengemukakan perbedaan antara kekeliruan (mistakes) dengan kesalahan (errors) seperti pernyataannya berikut ini:

Selanjutnya akan bermanfaat jika menghubungkan kesalahan performansi sebagai kekeliruan (mistakes) (hal ini disebabkan oleh hilang ingatan, kondisi fisik seperti kelelahan, dan kondisi psikologi seperti emosi), sedangkan kesalahan (errors) mengarah kepada kesalahan pembelajar yang sistematis karena mereka tidak mampu menampilkan pengetahuan bahasanya pada saat diperlukan.

(It will be usefull therefore hereafter to refer to errors of performance as mistakes (these are due to memory lapses, physical states such as tiredness, and psyhological conditions such as emotion), reserving the term error to refer to the systematic errors of the learner from which we are able to reconstruct his knowledge of the language to date, i.e. his transtional competence.)3

Dari pernyataan di atas dapat diperjelas bahwa kekeliruan (mistakes) adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor performansi (performance), seperti kehilangan ingatan, kelelahan, dan kondisi psikologi seseorang pada saat menggunakan bahasa itu, tetapi tidak dapat menampilkan dengan sempurna. Kekeliruan (mistakes) tetap menjadi masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajar suatu bahasa. Namun demikian masalah penentuan perbedaan antara kekeliruan (mistakes) dan kesalahan (errors) yang dilakukan oleh pembelajar merupakan masalah yang sulit, perlu pengkajian dan analisis yang mendalam tentang analisis kesalahan. Sedangkan kesalahan (errors) adalah

3 S. P. Corder, Error Analysis and Interlanguage (Oxford: Oxford University Press, 1981), p. 10.

(16)

kesalahan yang sistematis yang dibuat oleh pembelajar karena belum menguasai sistem bahasa sasaran yang dipelajari, sehingga nampak pengetahuan bahasa (competence) yang dimiliki oleh pembelajar bahasa tersebut.

Dari kedua istilah di atas kekeliruan (mistakes) dan kesalahan (errors) mempunyai makna yang sangat dekat dan bahkan susah untuk dibedakan. Kekeliruan (mistakes) pada umumnya disebabkan faktor performansi karena keterbatasan dalam mengingat atau lupa dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, penggunaan kata, dan sebagainya, sehingga menyebabkan kesalahan. Kekeliruan ini bersifat acak, yaitu dapat terjadi pada setiap tataran linguistik, dan biasanya kekeliruan dapat diperbaiki oleh pembelajar itu sendiri dan mereka tidak lama mengalaminya dan frekuensi kesalahannya bisa terjadi sekali atau dua kali.

Tetapi kalau lebih dari dua kali melakukan kekeliruan yang sama sudah dianggap kesalahan. Sedangkan kesalahan (errors) disebabkan oleh faktor kompetensi, berarti pembelajar memang belum memahami sistem linguistik yang digunakan dalam bahasa sasaran yang sedang dipelajari. Kesalahan ini biasanya konsisten dan sistematis serta dapat berlangsung lama sebelum pembelajar memahami unsur kesalahan tersebut atau jika tidak diperbaiki oleh pengajar.

Perbandingan antara kesalahan dan kekeliruan dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut ini:

(17)

KATEGORI Sudut Pandang

KESALAHAN KEKELIRUAN

Sumber 1.

Sifat 2.

Durasi 3.

Sistem 4.

Linguistik Hasil 5.

Perbaikan 6.

Kompetensi Sistematis Agak Lama Belum Dikuasai Penyimpangan Dibantu oleh guru:

latihan, pengajaran remedial

Performansi Tidak Sistematis Sementara Sudah Dikuasai Penyimpangan Pembelajar sendiri:

pemusatan perhatian

Diagram Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan4 Kesalahan bahasa (language errors) yang dilakukan oleh pembelajar dapat menunjukkan pada tataran mana mereka banyak melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut penting dalam beberapa hal. Pertama, kesalahan membantu guru untuk mengetahui sejauhmana arah kemajuan pembelajar.

Kedua, kesalahan menunjukkan kepada peneliti tentang bagaimana siswa mempelajari dan menggunakan bahasa.

Ketiga, kesalahan dapat membantu pembelajar itu sendiri untuk memperbaiki cara belajar, sehingga mereka bisa belajar dengan lebih baik lagi.5

Dari penjelasan ini ternyata kesalahan bahasa bukanlah hal yang tidak selalu negatif. Bagi pengajar bahasa dan bagi peneliti bahasa, kesalahan dapat membantu langkah, prosedur, dan strategi dalam mengajarkan bahasa. Sedangkan bagi pembelajar sendiri, kesalahan dapat merupakan tolok ukur dan alat untuk mendorong agar bisa meningkatkan

4 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1988), p. 76.

5 Corder, op. cit., p. 10

(18)

kompetensi bahasanya.

Kesalahan yang diperbuat oleh pembelajar selama dalam proses pembelajaran tidak dapat dipandang sebagai kesalahan begitu saja, tetapi harus dipandang sebagai suatu bagian dari strategi pembelajaran. Kesalahan pada pembelajaran bahasa asing adalah suatu hal yang alamiah dan tidak dapat dihindari. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang progresif terhadap pembelajaran bahasa tersebut. Kesulitan yang dihadapi oleh pembelajar dalam mempelajari bahasa asing telah lama dijumpai dan di

sadari oleh pengajar, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Kesalahan memang selalu ada dalam setiap pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Dulay, “orang tidak dapat belajar bahasa tampa melakukan kesalahan secara sistematis (people can’t learn language without first systematically committing errors)”6 Dalam hal ini bahwa pembelajar bahasa asing tidak perlu khawatir terhadap kesalahan, asalkan kesalahan tersebut dapat di pergunakan untuk memperbaiki kemampuan komunikasi.

Untuk dapat mengetahui kesalahan yang biasanya dilakukan oleh pembelajar bahasa sasaran (dalam penelitian ini adalah bahasa Inggris), maka perlu dilakukan suatu penyelidikan yang menganalisis kesalahan dalam belajar bahasa sasaran terebut. Adapun teknik atau metode yang digunakan telah mendapat dukungan dari para ahli ilmu bahasa di dalam penyelidikan terhadap kesalahan bahasa (error analysis).

6 Heidi Dulay et al., Language Two (New York: Oxford University Press, 1982) p. 138.

(19)

Brown mengemukakan bahwa, “pada kenyataannya pembelajar bahasa selalu membuat kesalahan dan kesalahan tersebut dapat diobservasi, dianalisis, dan klasifikasi untuk mengetahui atau memperlihatkan kesalahan pembelajar dalam suatu sistem pelaksanaan pembelajaran (the fact that learners do make errors and that these errors can be observed, analyzed, and classified to reveal something of the system operating within the learner, led to a surge of study of learners’ errors, called error analysis.)7

Dari pernyataan ini dapat dijelaskan bahwa kesalahan bahasa dapat dijadikan sebagai obyek penelitian untuk mengetahui sejauhmana kemampuan pembelajar dan keberhasilan dalam proses pembelajaran bahasa.

B. Faktor Penyebab Kesalahan Bahasa

Penyebab kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa sasaran dapat diklasifikasi menurut sudut pandang yang berbeda-beda. Sering pengelompokkan itu dapat saling bertumpang-tindih karena sudut pandang yang berlainan, tetapi acuan yang sama. Richards mengelompokkan kesalahan tersebut dalam tiga jenis, yaitu kesalahan antarbahasa (interlingual errors) atau kesalahan interferensi (interference errors), kesalahan intrabahasa (intralingual errors) dan kesalahan pengembangan (developmental errors).8 Walaupun Richards mengemukakan ada tiga kelompok kesalahan berbahasa, namun perhatian yang

7 H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and Teaching (San Francisco: Prentice Hall Regents, 1994), p. 206.

8 Jack C. Richards, Error Analysis: Perspectives on Second Language Acquisition (London: Longman, 1974), p.173.

(20)

diutamakan dalam pembahasan adalah dari dua sumber kesalahan yaitu kesalahan antarbahasa (interlingual) dan kesalahan intrabahasa (intralingual). Sedangkan kesalahan perkembangan (developmental erros) sesungguhnya adalah kesalahan dalam bahasa itu sendiri.

Sementara James juga menyebutkan penyebab kesalahan bahasa ada dua jenis, yaitu antarbahasa (interlingual) dan intrabahasa (intralingual errors.)9 Selanjutnya Nababan mengelompokkan sebab kesalahan bahasa ke dalam empat jenis, seperti pernyataannya sebagai berikut:

(1) Kesalahan yang disebabkan oleh interferensi, dan kesalahan yang bukan disebabkan oleh interferensi tetapi oleh kesulitan yang disebabkan oleh pembelajar itu sendiri.

(2) Kesalahan yang disebabkan oleh unsur yang tidak benar dalam mikrolinguistik dan kesalahan yang disebabkan oleh unsur yang tidak benar interpretasinya dalam makrolinguistik. (3) Keasalahan yang sukar diberantas karena sudah “mendarah daging” (yang dijuluki “kesalahan yang membantu/fossilized errors” dan kesalahan yang tidak sukar diberantas). (4) kesalahan yang menyebabkan lawan bicara tidak mengerti maksud atau tujuannya (global errors) dan kesalahan yang tidak menyebabkan salah faham (local errors).10

a. Penyebab Antarbahasa (Interlingual)

Sistem bahasa yang dibangun oleh pembelajar agak menyimpang dari linguistik yang ada dalam bahasa sumber maupun dalam bahasa sasaran, sehingga pembelajar

9 Carl James, Error in Language Learning and Use (London: Longman, 1998), p.137.

10 Sri Utari Subyakto-Nababan, Analisis Kontrastif dan Kesalahan: Suatu Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa (Jakarta: PPs IKIP Jakarta) p. 92.

(21)

menampilkan sistem bahasa yang mengarah kepada dialek idiosinkratik. Idiosinkratik adalah ujaran yang dilakukan yang tidak mempunyai model baik dalam bahasa sumber maupun dalam bahasa sasaran. Kesalahan seperti ini yang disebut kesalahan interferensi (interlingual) bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Kesalahan antarbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa sumber yang mengarah ke pengaruh negatif terhadap bahasa sasaran. Bahasa sumber merupakan suatu hal yang mengganggu (interference) dalam upaya mempelajari bahasa sasaran. Bahasa sumber bahkan sering kali dianggap sebagai kesulitan utama yang dihadapi pembelajar dalam mempelajari bahasa sasaran. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Dulay yang menyatakan bahwa “bahasa sumber telah dianggap sebagai penghambat dalam mempelajari bahasa sasaran, penyebab utama masalah pembelajar dengan bahasa yang baru (the first language has long been considered the villain in second language learning, the major cause of a learner’s problem with the new language).”11 Dari pernyataan Dulay ini dapat dijelaskan bahwa bahasa sumber dapat menjadi penyebab kesulitan utama bagi pembelajar dalam mempelajari bahasa sasaran. Hal ini biasanya disebabkan oleh karena pembelajar sering melakukan pengalihan (transfer) dari bahasa sumber yang sebelumnya telah mereka pelajari.

Pengaruh bahasa sumber terhadap bahasa sasaran yang sedang dipelajari dapat diketahui dari struktur kalimat yang dibentuk oleh pembelajar. Dalam teori pengalihan (transfer) pembelajar cenderung untuk mengalihkan pola

11 Dulay, op., cit. p. 96.

(22)

struktur dan budaya bahasa sumber ke dalam pola struktur dan budaya bahasa yang dipelajari. Jika pengalihan (transfer) itu terjadi apabila terdapat beberapa persamaan dan akan memberikan kemudahan dalam mempelajari bahasa sasaran maka disebut pengalihan (transfer) positif. Pengalihan ini tidak menyebabkan kesalahan bahkan akan memberikan kemudahan bagi pembelajar dalam pembelajaran. Tetapi apabila unsur dalam bahasa sasaran berbeda dengan unsur bahasa sumber, maka akan menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa sasaran, maka hal ini dikatakan sebagai pengalihan (transfer) negatif yang sering disebut interferensi.

Hal ini juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Raekha bahwa “apabila pengalihan (transfer) itu membantu pembelajar bahasa dalam mempelajari bahasa sasaran, maka pengalihan (transfer) tersebut di katakan sebagai pengalihan (transfer) positif, sedangkan pengalihan (transfer) yang tidak membantu pembelajar bahasa dalam mempelajari bahasa, disebut pengalihan (transfer) negatif (interference).12

Pengaruh interfensi bahasa sumber akan terlihat ketika pembelajar berusaha untuk menerjemahkan bentuk ungkapan yang biasa digunakan dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, atau dalam menerjemahkan teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam melakukan ini akan terlihat kesalahan struktur kalimat bahasa sasaran yang menyimpang dari kaidah bahasa tersebut.

b. Penyebab Intrabahasa (Intralingual)

Kesalahan intrabahasa (intralingual) adalah kesalahan

12 Nurhadi Roekha, Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua (Malang:

Sinar Baru Bandung, 1990), p. 51.

(23)

yang dilakukan oleh pembelajar dalam tahap perkembangan pemerolehan bahasa sasaran, yang mengarah kepada karakteristik umum atau kompleksitas dari aturan bahasa sasaran yang dipelajari. Richards menjelaskan bahwa kesalahan intrabahasa (intralingual) biasanya muncul dalam bentuk kesalahan karena generalisasi berlebihan, mengabaikan pembatasan kaidah bahasa sasaran, penerapan kaidah secara tidak sempurna, dan perumusan konsep kaidah secara keliru (over-generalization, ignorerance rule restriction, incomplete application of rules, and false concepts hypothesized).13

Pernyataan Richards ini banyak dikutip oleh para ahli ilmu bahasa dan dijadikan acuan teoretis dalam analisis kesalaha bahasa. Untuk lebih mengetahui ketiga sumber kesalahan intrabahasa (intralingual), akan dijelaskan satu persatu dalam pemabahasa berikuti ini:

Kesalahan generalisasi yang berlebihan (over- generalization) adalah kesalahan yang disebabkan oleh pembelajar menggabungkan kaidah bahasa yang dipelajari dan menerapkannya dalam bentuk yang sama, artinya penggunaanya berlebihan. Aplikasi berlebihan terjadi pada saat pembelajar bahasa sasaran memperluas kaidah bahasa sasaran pada konteks yang kurang tepat.

Mengabaikan pembatasan kaidah (ignorance of rule restriction) adalah kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar ketika menerapkan kaidah pada konteks yang salah.

Ketidaktaatan akan pembatasan kaidah terjadi ketika

13 Richards, op., cit., p. 174.

(24)

pembelajar bahasa sasaran tidak mengetahui bahwa setiap bahasa mempunyai pengecualian oleh kerena itu pembelajar menerapkan pada semua bentuk.

Ketidak lengkapan penerapan kaidah (incomplete application of rules) adalah kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar bahasa sasaran ketika tidak menerapkan tatabahasa secara lengkap.

Hipotesis konsep yang salah (false concept hypotheses) adalah kesalahan bahasa yang dilakukan oleh pembelajar pada saat mereka tidak memahami dengan benar kaidah dan nuansa perbedaan dalam bahasa sasaran yang dipelajari.

Berdasarkan ciri kesalahan yang telah dikemukakan di atas, terlihat bahwa pembelajar sering melalukan kesalahan dalam perbandingan dua sistem bahasa yang bebeda. Faktor lain yang menjadi penyebab kesalahan bahasa pembelajar adalah kurangnya pengetahuan tentang bahasa sasaran yang dipelajari. Kesalahan intrabahasa (intralingual) disebut juga kesalahan perkembangan (developmental errors). Hal ini terjadi apabila kesalahan itu bersumber dari pengetahuan bahasa sasaran yang belum memadai dan masih dalam proses pembelajaran.

Jenis kesalahan berbahasa dapat ditinjau dari segi penyebabnya, dan dapat pula dari segi kebahasaannya.

Ditinjau dari faktor penyebab kesalahan, selain faktor antarbahasa (interlingual) dan intrabahasa (intralingual), ada faktor lain sebagai penyebab kesalahan berbahasa, di antaranya menyangkut faktor pribadi pemakai bahasa dan faktor sosial budaya. Ditinjau dari faktor kebahasaan,

(25)

kesalahan berbahasa terjadi dalam segi ketatabahasaan, semantik, dan ejaan. Hal ini seperti dikemukakan oleh Supriyadi sebagai berikut:

Faktor pribadi pemakai bahasa yang menimbulkan kesalahan berbahasa, menyangkut segi fisiologis dan psikologis, baik yang bersifat bawaan ataupun yang terjadi kemudian.

Kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh faktor sosial budaya terjadi melalui peristiwa kontak bahasa. Kesalahan berbahasa dalam segi ketatabahasaan menyangkut segi sintaksis, morfologi, dan fonologi. Kesalahan tersebut terwujud dalam suatu wacana, paragraf, kalimat, klausa, kata, morfem, dan fonem. Kesalahan berbahasa dalam segi semantis disebabkan oleh kurangnya kemampuan pemakai bahasa dalam memanfaatkan kosakatanya.14

Dari semua permyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebab kesalahan bahasa yaitu, faktor antarbahasa atau yang sering di sebut interferensi (interference) dari bahasa sumber atau bahasa lain ke dalam bahasa sasaran, faktor intrabahasa atau yang disebut kesalahan perkembangan (developmental) karena kompleksitas dalam bahasa itu sendiri, pribadi, sosial budaya, dan kebahasaan.

Pengetahuan yang kurang memadai tentang bahasa sasaran yang sedang dipelajari oleh pembelajar bahasa dapat disebabkan juga oleh berbagai faktor, antara lain kesalahan pengajar dalam memilih materi yang kurang tepat dengan kemampuan dan kebutuhan pembelajar, metode yang digunakan tidak cocok, dan cara mengajar yang kurang baik.

14 Supriyadi, op. cit, p. 1.29.

(26)

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Inggris dalam Terjemahan | 19

Bab 3

HAKIKAT ANALISIS KESALAHAN BAHASA

A. Pengertian Analisis Kesalahan Bahasa

K

ebangkitan perhatian terhadap analisis kesalahan berbahasa merupakan pencarian alternatif penjelasan kesalahan berbahasa di samping analisis kontrastif. Analisis kontrastif berasumsi bahwa kesulitan dalam belajar bahasa sasaran pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan sistem bahasa sumber pembelajar dengan bahasa sasaran yang dipelajari, oleh sebab itu analisis kontrastif berusaha mencari persamaan dan perbedaan sistem bahasa sumber dan sasaran. Unsur yang sama dari kedua bahasa tersebut akan memberikan kemudahan dan unsur yang yang berbeda akan menimbulkan kesulitan atau penghambat dalam pembelajaran.

Sedangkan analisis kesalahan berbahasa berasumsi bahwa pembelajaran bahasa hendaknya lebih difokuskan pada frekuensi kesalahan berbahasa pembelajar. Penelusuran faktor penyebab dan jenis kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar jauh lebih penting karena dapat dipergunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kesalahan pembelajaran dan kesalahan berbahasa pembelajar. Analisis kesalahan lebih menekankan pada aspek kreatifitas pembelajar bahasa

(27)

dan menempatkan mereka sebagai titik pusat pembelajaran bahasa, karena mereka yang banyak melakukan kegiatan berbahasa. Dari kegiatan berbahasa ini munculah berbagai kesalahan dan persoalan yang dilakukan oleh mereka, sehingga muncul inspirasi para pakar bahasa untuk meneliti kesalahan dan menganalisis apa foktor penyebab kesalahan berbahasa.

Para ahli ilmu bahasa banyak memberikan definisi atau penjelasan tentang istilah analisis kesalaha bahasa.

Untuk mengetahui istilah analisis kesalahan bahasa, berikut penjelasan para ahli ilmu bahasa tersebu. James menyatakan bahwa, “analisis kesalahan bahasa merupakan proses penentuan munculnya sifat, sebab dan akibat ketidaksuksesan pembelajaran bahasa (error analysis is the process of determining the incidence, nature, causes and consequences of unsuccessful language.)”15 Dalam definisi ini terlihat adanya suatu penekanan pada proses penentuan munculnya, sifat, penyebab dan akibat dari kegagalan pembelajaran bahasa.

Namun dalam definisi yang lain Jame juga nenekankan pada kajian tentang kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar bahasa, seperti pernyataannya berikut ini, “analisis kesalahan bahasa merupakan kajian tentang kesalahan ungkapan yang dilakukan oleh kelompok pembelajar (the error analysis is reserved for the study of erroneous utterances produced by groups of learners.)”16. Dalam definisi ini walaupun dikemukakan bahwa suatu kajian tentang kesalahan ungkapan, namun yang dimaksud buka berarti hanya menganalisis

15 James, op.cit., p. 1.

16 James, loc. cit.

(28)

kesalahan dalam bahasa lisan, tetapi dalam hal ini dapat juga diasosiasikan dengan analisis pada kesalahan bahasa tertulis. Kedua pernyataan yang dikemukakan oleh Jame ini dapat diasumsikan bahwa analisis kesalahan bahasa merupakan kajian tentang kesalahan bahasa yang dilakukan oleh pembelajar bahasa untuk mengetahui sejauhmana penguasaan mereka terhadap bahasa yang dipelajari.

Sementara Corder mengemukakan bahwa “analisis kesalahan bahasa merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa sasaran dalam proses pembelajaran bahasa sasaran tersebut.”17 eknik pengkajian kesulitan dalam pembelajaran bahasa kedua tentu berdasarkan bukti dari hasil yang dicapai oleh pembelajar terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, sehingga dapat diketahui pola, jenis, dan tingkat kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran.

Pandangan lain juga dikemukakan oleh James bahwa,

“analisis kesalahan bahasa adalah kajian tentang pengabaian linguistik, penyelidikan tentang apa yang tidak diketahui oleh orang, dan bagaimana mereka berusaha untuk mengatasi ketidatahuannya itu (error analysis is being the study of linguistic ignorance, the investigation of what people do not know and how they attempt to cope with their ignorance.)18 Dari apa yang dikemukakan oleh James ini, dapat dijelaskan bahwa analisis kesalahan bahasa merupakan pengkajian tentang ketidaktahuan linguistik yang dilakukan oleh orang atau pembelajar bahasa sasaran. Hasil penyelidikan

17 Pit S. Corder, Error Analysis: Dalam J. P. Allen & Pit S. Corder (eds) The Adnburg Course in Applied Linguistics. Vol. 5. (London: OUP, 1974) p. 122.

18 James, op. cit., p. 62.

(29)

tersebut dapat dijadikan pertimbangan dan masukan kepada pembelajar tentang jenis kesalahan yang telah mereka lakukan sehingga pembelajar tersebut dapat mengatasi dan memperbaiki sendiri kesalahannya Dalam pernyataan James menggunakan istilah ketidaktahuan linguistik (linguistic ignorance) dan apa yang orang tidak ketahui (what people do not know), hal ini berarti kesalahan itu muncul karena seseorang tidak mengetahui atau belum menguasai linguistik bahasa sumber, sehingga mereka menggunakan sesuatu yang tidak diketahui tersebut yang mengakibatkan kesalahan dalam pemakaian bahasa atau kesalahan performansi.

B. Fungsi Analisis Kesalahan Bahasa

Melaksanakan penyelidikan atau analisis terhadap kesalahan bahasa tentu ada fungsi dan manfaatnya dalam pembelajaran bahasa, yaitu untuk memberikan umpan balik yang berharga bagi pengajar dan pembelajar dalam proses belajar mengajar, baik dari aspek teoretis maupun aspek praktis. Corder menjelaskan dua fungsi tersebut yaitu,

“aspek teoretis analisis kesalahan bahasa adalah bagian dari metodologi penyelidikan proses pembelajaran bahasa, dan aspek praktis analisis kesalahan bahasa adalah berfungsi sebagai panduan dalam tindakan remidial.” 19

Fungsi aspek teoretis analisis kesalahan bahasa yang merupakan bagian dari metodologi penyelidikan proses pembelajaran bahasa agar supaya menemukan sifat proses pembelajaran tersebut secara psikologis. Dalam proses ini kita harus mempunyai cara untuk menggambarkan pengetahuan

19 Corder, op. cit, p. 45.

(30)

(competence) bahasa sasaran pembelajar bahasa, agar supaya pembelajar dapat dihubungkan pengetahuannya atau materi yang telah mereka terima dengan pembelajaran

Sedangkan aspek praktis analisis kesalahan bahasa adalah berfungsi sebagai panduan dalam tindakan perbaikan kembali (remedial) yang harus dilakukan untuk memperbaiki kesalahan bahasa dan untuk mendeteksi agar ada kecocokan atau ketepatan di dalam memperbaiki kesalahan tersebut.

Tindakan ini sangat berfanfaat bagi pengagar maupun pembelajar itu sendiri dalam proses pembelajaran bahasa sasaran.

Selain fungsi analisis kesalahan bahasa yang telah dikemukakan oleh Corder di atas, Dulay juga mengemukakan dua tujuan utama dalam mempelajari kesalahan bahasa yang dilakukan oleh pembelajar yaitu, (1) memperlihatkan data interferensi tentang kesalahan yang dilakukan dalam proses pembelajaran bahasa, (2) memperlihatkan kepada guru dan pengembang kurikulum bagian bahasa sasaran mana yang masih sulit diproduksi dengan benar oleh pembelajar, mengurangi bentuk kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh pembelajar, dan meningkatkan kemampuan pembelajar untuk berkomunikasi secara efektif.20

Selanjutnya analisis kesalahan berbahasa mempunyai berbagai tujuan dan manfaat, baik yang bersifar linguistis, praktis, politis, sosiokultural, dan sebagainya, yang bisa dipergunakan dalam proses pembelajaran bahasa. Hal ini terlihat seperti yang dikemukakan oleh Hendricson dan

20 Dulay, op. cit., p.138.

(31)

Corder yang dikutip oleh Nababan, mereka mengatakan bahwa “Analisis kesalahan bahasa itu beguna untuk mengetahui beberapa hal mengenai kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa sasaran yaitu, (1) kesalahan berguna sebagai tanda bahwa pembelajar bahasa sasaran memang sungguh belajar, (2) kesalahan merupakan indikator bahwa ada kemajuan, (3) kesalahan memberikan umpan balik tentang efektivitas materi ajar dan metode penyajian oleh pengajar, (4) kesalahan menunjukkan bagian mana dari suatu silabus bahas yang belum dipelajari dengan sempurna, dan (5) kesalahan yang banyak dibuat dapat menjadi bahan untuk penulisan latihan perbaikan.”21

Disini terlihat sekali kegunaan analisis kesalahan dari berbagai aspek dalam proses pembelajaran, seperti sebagai tanda kesungguhan dan kemajuan pembelajar, keefektivitasan materi ajar dan metode yang digunakan dalam pembelajaran, mengetahui ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, dan acuan terhadap perbaiakn materi atau remedial yang telah diajarkan.

C. Langkah Analisis Kesalahan Bahasa

Dalam penelitian dan penganalisian kesalahan bahasa tentu menggunakan teknik dan langkah tersendiri yang dapat dipakai untuk menganalisis kesalahan bahasa pembelajar. Penjelasan lebih lanjut mengenai langkah analisis kesalahan bahasa (error analysis) dapat diketahui seperti yang dikemukakan oleh Crystal, dikutip dari Pateda, yaitu “analisis kesalahan bahasa adalah suatu

21 SUS, op. cit., p. 7.

(32)

teknik untuk mengidentifika-sikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pembelajar yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.”22

Pernyataan ini menjelaskan bahwa di dalam analisis kesalahan bahasa ada langkah-langkah atau cara yang terstruktur atau sistematis yang harus diperhatikan untuk melakukan penelitian di lapangan, yaitu mulai dari mengidentifikasi data, menglasifikasi atau mengelompokan kesalahan yang terdapat di dalam data, dan kemudia menginterpretasi hasilnya.

Ellis lebih rinci membagi lima langkah di dalam penerapan analisis kesalahan bahasa (error analysis) yang merupakan suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa yaitu meliputi, mengumpulkan sampel dari bahasa pembelajar (data), mengidentifikasi kesalahan, mengklasifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, dan mengevaluasi kesalahan (collection of sample of learner language, identification of errors, description of errors, explanation of errors, and evaluation of errors.)”23

Selanjutnya Parera mengemukakan enam langkah dalam analisis kesalahan bahasa seperti penjelasannya berikut ini:

Metodologi analisis kesalahan bahasa, baik yang tradisional maupun yang diperbaharui, pada umumnya dilaksanakan

22 Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan (Flores: Nusa Indah, 1989), p.32.

23 Rod Ellis, The Study of Second Language Acquisition (New York: Oxford University Press, 1999), p. 48.

(33)

dengan langkah-langkah seperi berikut ini, (1) pengumpulan data dari hasil terjemahan, (2) identifikasi kesalahan baik yang mendapat perhatian khusus dengan tujuan tertentu maupum penyimpangan yang umum, (3) klasifikasi atau pengelompokan kesalahan, (4) pernyataan tentang frekuensi tipe kesalahan, (5) identifikasi lingkup tipe kesalahan, (6) tindakan perbaikan.24

Selain langkah yang dikemukakan tersebut di atas, Norrish mengemukakan dua pendekatan utama dalam menganalisis kesalahan bahasa. Pertama yaitu, membuat kategori kesalahan berdasarkan dugaan awal tentang permasalahan umum pembelajar. Kedua yaitu, mengelompok- kan jenis kesalahan itu berdasarkan tatararan gramatikal dan semantik.25 Secara teknis pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan cara (a) menetapkan kategori awal, (b) menetapkan kategori kesalahan, (c) mengelompokan kesalahan, dan (d) membuat frekuensi kesalahan.

Dari berbagai pernyataan yang telah dikemukakan di atas mengenai pengertian, prosedur dan langkah dalam analisis kesalahan bahasa, semuanya tidak jauh berbeda dan mempunyai kesamaan. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan adalah teknik yang digunakan untuk menyelidiki kesalahan berbahasa, yang di dalamnya memiliki langkah atau prosedur yang dimulai dari mengumpulkan data, mengidentifikasi data, mengklasifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, dan mengevalusasi kesalahan atau rekonstruksi.

24 Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional (Jakarta: Erlangga, 1997), p. 145.

25 John Norrish, Language Learners and Their Errors (London: Macmillan Publishers, 1987), pp. 80-81.

(34)

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Inggris dalam Terjemahan | 27

Bab 4

HAKIKAT TERJEMAHAN

A. Pengertian Terjemahan

K

ata terjemahan yang dalam bahasa Inggris disebut ‘translation’ adalah suatu konsep abstrak yang mencakup proses penerjemahan dan hasil dari proses tersebut. Kata terjemahan (translation) berasal dari kata kerja bahasa Inggris ‘translate’ menerjemahkan, mengalihbahasakan, dan manafsirkan. Sedangkan secara terminologi terjemahan adalah menggantikan kata dalam bahasa sumber ke dalam kata bahasa lain atau bahasa sasaran dengan makna yang sepadan.

Sebelum memberikan definisi atau penjelasan tentang istilah terjemahan (translation), perlu dibedakan makna yang terkandung dalam istilah menerjemahkan (translate), penerjemahan (translating), hasil penerjemahan (a translation), dan terjemahan (translation). Istilah terjemahan (translation) dapat dibedakan dalam tiga makna, seperti yang dikemukakan oleh Bell sebagai berikut:

…sebenarnya ada tiga makna yang berbeda dalam kata terjemahan, yaitu mengarah kepada: (1) penerjemahan merupakan suatu proses (menerjemah yang mengutamakan aktivitas daripada obyek); (2) sebuah terjemahan: hasil dari proses penerjemahan; (3) terjemahan: konsep abstrak yang

(35)

mencakup proses penerjemahan dan hasil dari proses.

(…in fact, there are three distinguishable meanings for the word translation. It refer to: (1) translating: the process (to translate; the activity rather than the tangible object); (2) a translation: the product of the process of translating (i.e.

the translated text); (3) translation: the abstract concept which encompassed both the process of translating and the product of that process.)26

Berdasarkan kutipan ini jelas bahwa istilah terjemahan (translation) yang merupakan konsep abstrak meliputi kegiatan menerjemahkan, proses penerjemahan, dan hasil terjemahan.

Secara luas terjemahan dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan (message), baik verbal maupun non- verbal dari informasi sumber (source information) ke dalam informasi sasaran (target information). Sedangkan secara keseharian, dalam pengertian dan cakupan yang lebih sempit, terjemahan biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa sumber (source language) dengan padanannya di dalam bahasa sasaran (target language).

Dalam kamus ‘The Merriam-Webster Dictionary’, terjemahan merupakan pengubahan dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain, atau pengubahan dari satu bahasa atau sistem yang representasional ke dalam bahasa lain, dan sebaliknya.27 Senada dengan definisi di atas, Larson

26 Roger T. Bell, Translating and Translation: Theory and Prtactice (London:

Longman, 1994), p. 13.

27 The Merriam-Webster Dictionary: Webster’s Thierd New International

(36)

mendefinisikan terjemahan pada dasarnya adalah suatu perubahan bentuk (translation is basically a change of form).

Yang dimaksud dengan bentuk bahasa ialah kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, dan lain-lain, baik lisan maupun tulisan.28 Bentuk itu disebut struktur lahir bahasa, yaitu bagian struktural bahasa yang biasa terlihat dalam bentuk cetak atau terdengar dalam ujaran. Dalam terjemahan, bentuk bahasa sumber diganti dengan bentuk bahasa sararan dengan memperhatikan struktur dan makna yang sesuai dengan bahasa sasaran.

Catford mendefinisikan terjemahan sebagai suatu kegiatan penggantian (replacement) materi teks dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dengan materi teks yang sepadan dalam bahasa lain (bahasa sasaran) seperti pernyataannya berikut ini, “translation is the replacement of text material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL).29 Dari definisi ini menekankan bahwa dalam proses penerjemahan terjadi pengalihan bahasa dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran baik berupa kata, frase, klausa dan kalimat yang sepadan ke dalam bahasa sasaran. Di sini terlihat betapa Catford menekankan bahwa teks penganti hendaknya sepadan. Karena kesepadanan (equivalency) merupakan hal yang amat penting dalam penerjemahan, praktis lewat itu pesannya akan seragam dengan pesan yang terkandung pada teks aslinya. Kesepadanan bahasa bukan hanya terfokus pada

Dictionary of the English Language Unabridged (USA: Merriam Wbster Inc, 1988), p.

2429.

28 Mildred L Larson, Meaning Based Translation: A Guide to Cross-language Equivalence; Alibahasa: Kencanawati Taniran, Penerjemahan Berdasarkan makna:

Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa (Jakarta: Arca, 1989), p. 3.

29 J. C. Catford, A Linguistic Theory of Translation: An Essay in Applied Linguistics (New York: Oxford University Press, 1975), p. 1.

(37)

kata perkata, kalimat perkalimat, frase perfrase. Lebih dari itu kesepadanan juga harus ditinjau dari segi makna baik konotatif, denotatif, dan makna gramatikal.

Selanjutnya Newmark mendefinisikan terjemahan sebagai berikut, “terjemahan adalah suatu keahlian yang diperbuat dalam usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain (translation is a craft consisting in the attempt to replace a written message or statement in one language by the same message or statement in another language)”. 30. Definisi terjemahan yang lain juga dikemukakan oleh Newmark seperti yang dikutip oleh Hanafi berikut ini, “terjemahan merupakan latihan dalam upaya mengantikan pesan tertulis dari bahasa yang satu dengan pesan yang sama pada bahasa lainnya (translation is an exercise which consists in the attempt to replace a written message in one language by the same message in other language).31

Antara Newmark dan Catford terdapat kesamaan pendapat sekalipun apa yang diungkapkannya menggunakan kalimat yang berbeda sebagaimana tercermin dalam definisi yang mereka ungkapkan. Ada tiga hal penting yang bisa dikaji dari definisi Newmark ini, yaitu “latihan (exercise)”,

“pesan tertulis (written message)”, dan yang sama dalam bahasa lain (the same in another language)”. Karena terjemahan merupakan ajang latihan, maka penerjemah harus aktif melatih diri sehingga perbuatan itu nantinya bisa diandalkan

30 Peter Newmark, Approaches to Translation ( Oxford: Pergamon Press, 1981), p. 7.

31 Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan ( Flores: Nusa Indah, 2001), p. 21.

(38)

sebagai suatu profesi. Adapun pesan tertulis merupakan ciri khas dari suatu penerjemahan yang membedakannya dengan interpretasi. Sedangkan dalam mentrasferkan bahasa sumber ke bahasa sasara harus sesuai dengan gramatikal dan makna bahasa sasaran.

Weber menjelaskan pengertian terjemahan yang lebih menekankan pada perubahan teks tertulis bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Weber menjelaskan bahwa terjemahan merupakan perubahan bentuk teks tertulis dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, hasil terjemahan harus benar-benar mempunyai makna yang akurat, mengandung semua nuansa bahasa sumber dan mudah dimengerti oleh pembaca (translation is the transposition of a text written in a source language into a target language, the translated version must be absolutely accurate in meaning, contain all nuance of the original, and must be easily understood by the reader).”32

Sementara itu Lawson mendefinisikan terjemahan sebagai proses penerapan mediasi terhadap keberadaan teks agar menghasilkan teks yang lain (translation is a process of mediation applied to existing text which are variously modified to generate derived text).”33 Dari pernyataan Lawson ini dapat dijelaskan bahwa terjemahan adalah proses penerapan mediasi terhadap keberadaan berbagai macam teks untuk menghasilkan bentuk teks yang lain.

Kemudian Nida dan Taber mendefinisikan terjemahan lebih menekankan pada proses seperti yang mereka ungkapkan

32 Wilhelm K. Weber, Training Translators and Conference Interpreters:

Language in Education Theory and Practice (New Jersey: Englewood Cliffs, 1984), p.3 33 Veronica Lawson, Practical Experience of Machine Translation: Proceedings of a Conference London, 5-6 November 1981 (London: 1982), p. 14)

(39)

berikut ini: Penerjemahan merupakan usaha menciptakan kembali pesan dalam bahasa sumber dengan padanan alami yang sedekat mungkin ke dalam bahasa sasaran, pertama dalam hal makna dan yang kedua dalam gaya bahasanya (translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in term of style.34 Dalam hal ini Nida dan Taber tidak mempermasalahkan bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, tetapi lebih tertarik pada cara kerja penerjemahan, yaitu mencari padanan alami yang semirip mungkin sehingga pesan dalam bahasa sumber bisa disampaikan dalam bahasa sasaran.

Definisi lain juga dikemukakan oleh Nida seperti yang dikutip dari Pakar, sebagai berikut:

Penerjemahan adalah usaha mengalihkan pesan yang terdapat dalam suatu bahasa ke dalam bahasa lain, sedemikian rupa sehingga orang yang membaca atau mendengan pesan yang telah dialihkan ke dalam bahasa penerima, memperoleh kesan yang sama dengan kesan yang diterima orang yang membaca atau mendengar pesan tersebut dalam bahasa sumber atau bahasa sasaran aslinya.35

Dari kutipan ini dapat dijelaskan bahwa dalam penerjemahan, pengalihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran harus diungkapkan sewajar mungkin dalam bahasa pemerima atau sasaran dengan menuruti semua aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran.

34 Eugene A. Nida and Charles R. Taber, The Theory and Practice of Translation (Leiden: E. J. Brill, 1982), p. 13.

35 Dadi Pakar “Penerjemah dan Editor Sebagai Profesi” (htt://www:Pikiran Rakyat.com/cetak/1202/10/otokir/index.htm.)

(40)

Lain halnya dengan Wills yang memberikan definisi terjemahan berdasarkan tiga cara yang berbeda, tetapi yang sekaligus agak berkaitan yaitu, berdasarkan penerjemah, berdasarkan teks, dan berdasarkan komputer. Definisi terjemahan berdasarkan ‘penerjemah’ adalah suatu proses mereproduksi-dalam sederetan operasi alih kode yang berdasarkan teks-amanat bahasa sumber dalam amanat bahasa sasaran yang dilakukan oleh penerjemah. Adapun definisi terjemahan berdasarkan ‘teks’ adalah suatu proses pengalihan yang bertujuan mentransformasikan teks bahasa sumber yang tertulis ke dalam teks bahasa sasaran yang paling sepadan dan yang mensyaratkan pemahaman sintaksis, semantis, dan pragmatis, serta pemrosesan analitis dari teks bahasa sumber. Sedangkan definisi terjemahan berdasarkan ‘komputer’ adalah suatu proses substitusi yang terprogram dalam komputer; substitusi kombinasi isyarat bahasa sumber dengan kombinasi isyarata bahasa sasaran.36

Bell mengemukakan definisi terjemahan agak berbeda seperti yang telah diungkapkan di atas, namun maksud dari definisi tersebut sama yaitu tetap mengganti bahasa sumber dengan bahasa sasaran yang setara. Menurut Bell,

terjemahan adalah ekspresi di dalam bahasa lain (bahasa sasaran) dari apa yang telah diekspresikan dari bahasa sumber, menjaga ekuivalensi makna dan gaya bahasa (translation is the expression in another language (or target language) of what has been expressed in another, source language, preserving semantic and stylistic equivalences).37 Banyak definisi terjemahan

36 Wolfram Wilss, “Translation Equivalence” dalam Richard B. Noss (editor), Ten Papers on Translation (Singapore: SEAMEO Regional Language Centre, 1982), p. 3.

37 Bell, op. cit., p. 5.

(41)

meskipun berbeda-beda, tetapi tatap mengacu kepada ciri secara umum, yaitu pengalihan isi atau informasi dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan menjaga gaya bahasa dan makna yang ekuivalen.

Selanjutnya Bell menegaskan kata ekuivalen dengan definisi yang lain seperti, “penerjemahan adalah penggantian sebuat teks dari suatu bahasa pertama dengan teks yang ekuivalen dalam bahasa kedua (translation is the replacement of a representation of a text in one language by a representation of an equivalent text in a secong language”.38

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjemahan adalah proses pengantian atau transformasi pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan memperhatikan kesepadanan dua bahasa tersebut.

Kesepadanan makna dalam mengungkapakan hasil terjemahan merupakan hal yang paling penting, karena hal ini yang menjadi tujuan utama dalam penerjemahan. Gaya penerjemahan dan pengungkapan makna sangat tergantung dari kemampuan penerjemah, oleh sebab itu penerjemah harus menguasai kaidah dan kosakata (vocabulary) bahasa sasaran agar mampu menggunakan bahasa tersebut yang sepadan dengan makna yang dimaksud oleh penulis dalam bahasa sumber.

B. Langkah Terjemahan

Terjemahan merupakan sebuah proses yang sangat kompleks tentu ada tahapan yang akan dilalui oleh penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang baik.

38 Ibid, p. 6.

(42)

Larson mengemukakan tahapan terjemahan yaitu, (1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber, (2) menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, (3) mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya.39 Proses tersebut dapat dilihat pada diagram sebagai berikut:

Diagram Proses Terjemahan Menurut Larso40

Mencermati langkah-langkah yang dikemukakan oleh Larso ini tentu proses penerjemahan terdiri dari mempelajari dan menganalisis kata-kata, struktur gramatikal, situasi komunikasi dalam teks bahasa sumber, dan konteks budaya bahasa sumber untuk memahami makna yang ingin disampaikan oleh teks bahasa sumber ke dalam bahasa target.

Nida dan Taber mengemukakan, bahwa proses penerjemahan berlangsung dalam tiga tahap, yaitu analisis

39 Larso, loc. cit.

40 Ibid, p. 4.

(43)

(analysis), pengalihan (transfer), dan penyusunan kembali (restructuring). Nida dan Taber menggambarkan proses tersebut sebagai berikut:

Diagram Proses Terjemahan Menurut Nida dan Taber41 Pada tahap pertama atau analisis penerjemah menganalisis teks bahasa sumber seperti membaca, memahami hubungan antar elemen kalimat dalam teks, dan kemudia memahami makna yang terkandung dalam teks. Dalam tahap kedua atau pengalihan, penerjemah mengalihkan makna dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Kemudian tahap ketiga atau penyusunan kemabli, penerjemah menulis kembali apa yang sudah dialihkan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Selanjutnya Suryawinata dan Hariyanto menyatakan bahwa proses penerjemahan terdiri dari empat tahap yaitu, (1) Tahap menganalisis atau pemahaman, yaitu struktur lahir atau kalimat dianalisis menurut hubungan gramatikal, menururt makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual, dan bahkan makna kntekstual. (2) Tahap transfer, yaitu mentransfer materi yang telah dianalisis dan difahami maknanya dalam bentuk penerjemahan dari bahasa sumber

41 Nida dan Taber, op. cit., p. 33.

(44)

ke dalam bahasa sasaran. (3) Tahap restrukturisasi, yaitu berusaha mencari padanan kata, ungkapan, dan struktur kalimat yang tepat dalam bahasa sasaran sehingga isi, makna, dan pesan yang ada dalam teks bahasa sumber dapat disampaikan sepenuhnya dalam bahasa sasaran. (4) Tahap evaluasi atau revisi, yaitu hasil terjemahan dievaluasi atau dicocokan kembali dengan teks aslinya, kalau dirasakan kurang padan, maka dilakukan revisi.42

Lebih lanjut Bathgate yang dikutip oleh Widyamartaya mengemukakan tujuh langkah atau bagian yang integral dari proses terjemahan sebagai berikut:

1. Penjajagan (Turning), yaitu menjajangi bahan yang akan diterjemahkan dalam hal ragam bahasanya, bahasa siapa, apakah bahasa seorang pujangga, novelis, ahli hukum atau peneliti ilmiah dan sebagainya, agar bahasa terjemahan selaras dengan bahasa yang diterjemahkan dalam hal makna dan gayanya.

2. Penguraian (Analysis), yaitu menguraikan setiap kalimat dalam bahasa sumber menjadi satuan-satuan kata dan frase. Kemudian penerjemah harus dapat menentukan hubungan sintaksis antara perbagai unsur kalimat, dan sudah dapat melihat hubungan antara unsur-unsur dalam bagian teks yang lebih besar agar mulai dapat berpikir untuk menciptakan konsistensi dalam terjemahan.

3. Pemahaman (Understanding), yaitu berusaha memahami2. bahan yang akan diterjemahkan, dan

42 Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa Teori

& Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 2003), p. 19.

(45)

menangkap gagasan utama tiap paragraf dan ide- ide pendukung dan pengembangannya, memahami hubungan ide-ide yang satu dengan yang lain dalam setiap paragraf dan antar paragraf.

4. Peristilahan (Terminology), yaitu berpikir tentang cara pengungkapan dalam bahasa sasaran, mencari istilah, ungkapan dalam bahasa sasaran yang tepat, cermat dan selaras. Kata, ungkapan, istilah yang dipakai dalam bahasa sasaran jangan sampai menyesatkan, menertawakan, atau menusuk hati pemakai bahasa sasaran.

5. Perakitan (Restructuring), yaitu mulai menyususn istilah menjadi kalimat yang tepat dan selaras dalam bahasa sasaran, baik dalam makna maupun gayanya setelah semua masalah dalam bahasa sumber dapat diatasi.

6. Pengecekan (Checking), yaitu mencek hasil terjemahan untuk mengetahui kesalahan yang terjadi baik dalam hal penulisan, pemakaian tanda baca, penggunaan kata maupun sususnan kalimat, hal ini dilakukan agar diperoleh hasil terjemahanyang baik.

7. Pembicaraan (Discussion), yaitu mendiskusikan hasil terjemahan, baik menyangkut isi maupun bahasanya.43 Bathgate memaparkan ketuju langkah dalam proses terjemahan tersebut sebagai model lain dalam proses terjemahan, disamping beberapa model yang telah dikemukakan oleh para ahli lainnya. Langkah terjemahan yang dikemukakan oleh Bathgate ini disebutnya Model Operasional.

43 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989), pp.

15-18.

(46)

Sementara itu Pakar menyatakan bahwa proses terjemahan itu pada dasarnya terdiri dari tiga langkah yaitu, (1) berusahan memahami dan menafsirkan isi teks secara keseluruhan, kemudian memusatkan perhatinnya pada bagian teks, dilanjutkan dengan mengupas aliea demi alinea, (2) mengalihbahasakan teks tersebut ke dalam bahasa sasaran, dan (3) penghalusan bentuk terjemahan.44

Dari beberapa proses penerjemahan yang telah dikemukakan di atas pada dasarnya mempunyai kesamaan tahapan-tahapan, yaitu ada teks dalam bahasa sumber, kemudian teks tersebut dianalisis. Hasil analisis mendapatkan pemahaman tentang isi teks bahasa sumber tersebut, kemudian ditranfer ke dalam isi teks bahasa sasaran. Setelah itu baru di susun kembali ke dalam bentuk teks bahasa sasaran, sehingga mendapatkan teks bahasa sasaran yang bermakna sepadan dengan sumber teks aslinya.

C. Jenis Terjemahan

Kegiatan terjemahan dibagi menjadi dua bagian yaitu, kegiatan terjemahan lisan (live translation) dan terjemahan tulisan (written translation). Terjemahan lisan atau disebut interpretasi (interpretation) adalah kegiatan yang mengarah kepada situasi komunikasi lisan dimana seorang pembicara di dalam bahasa sumber langsung diinterpretasikan kedalam bahasa sasaran.45 Sedangkan terjemahan tulisan adalah kegiatan yang mengalihbahasakan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yang sepadan secara tertulis. Terjemahan

44 Pakar, loc. cit.

45 Richard W. Brislin. Translation Application and Research (New York:

Garden Press, 1976), p. 1.

Gambar

Diagram Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan 4 Kesalahan bahasa (language errors) yang dilakukan oleh  pembelajar dapat  menunjukkan pada tataran mana mereka  banyak  melakukan  kesalahan
Diagram Proses Terjemahan Menurut Larso 40

Referensi

Dokumen terkait

"Pendidikan di sekoiah adalah pendidikan yang menemskan pendidikan yang didapat oleh siswa dalam keluarga mereka, oleh karena itu peran orang tua sangat mempengaruhi

1) Melakukan Pembinaan, bagi para penjudi yang tertangkap pihak kepolisan lebih mengedepankan pendekatan dengan cara pembinaan agar kelak mereka jera dan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

c) Memastikan informasi digital tersimpan didalam platform kolaborasi proyek unor (CDE Bina Marga) yang dihasilkan oleh business user pada kegiatan operation maintenance.

 Keikutsertaan pada kegiatan Pameran Produk Inovasi (PPI) Jawa Tengah yang diadakan oleh Balitbang Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 24 s/d 26 November 2015 di Gedung

Sinar Sosro adalah terjadinya kesalahan dalam penulisan spesifikasi material kepada pihak supplier, hal ini terjadi karena ada kesalahan pada pekerja (human error)

Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan mengenai pengaruh masing-masing variabel yang telah dipaparkan, disimpulkan bahwa lingkungan toko berpengaruh